Part 9 "Disaster"

2K 98 1
                                    

Aku baru sadar aku sedang asyik tertidur di meja belajarku. Semalaman aku menyelesaikan tugas bisnis dan mengirimnya pada Mike untuk diberikan pak Jen, dosen bisnis killer.

Aku mencoba melepaskan buku-buku yang menempel di wajahku dan melihat jam sudah pukul dua belas. Aku loncat dari tempat ku duduk dan segera mandi. Lalu memakai pakaian yang sederhana. (Kayak di gambar lah kira-kira).

Saat aku menuruni tangga, aku melihat Ijah sudah menebar aura-aura norak dengan Reza

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat aku menuruni tangga, aku melihat Ijah sudah menebar aura-aura norak dengan Reza. Akupun tak tau kenapa Reza bisa ada di rumahku. "Za? Lo ngapain di sini? Jah, bikinin gue omelet sama sosis sama jus jeruk buruan gue telat."kataku terburu-buru menyiapkan.

"Gue dengerin si Susi nelfon lo bilang kalo lo masuk sepuluh besar. So gue ke sini mau nganterin elo!"katanya meminum jus apel. "Anter? Duh lo bisa ngebut? Gue telat."kataku meminum jus jeruk. "Tenang. Hari ini gue bawa badboy gue. Lo gabakal telat di tangan gue. Lagian, ini masih setengah satu. Santai lah."kata Reza menepuk bahuku. "Yaudah gue percaya sama lo."kataku sedikit tenang.

Namun saat aku menyantap makananku, Mike mengirimku sms.

From: Mike
"Tugas lo di acc sama pak Jen. Kata pak Jen, dia kagum banget. Sekalinya lo ngerjain, eh dapet A+. Bidang lo kayaknya emang di bidang bisnis deh. Selamat dan tetep semangat!"

Aku diam menatap pesan singkatnya. "Woy! Ngapaen lo ngelamun? Ayo berangkat ntar lo telat!"kata Reza menyadarkanku. "Gue gatau harus berangkat apa ngga."jawabku sedih.

"Hey, liat gue."kata Mike memegang wajahku. "Ngelukis. Elo cinta ngelukis. Gue cuma mau elo ngelakuin hal yang lo cintai di dunia ini tanpa beban. Ini kesempatan yang jarang dateng di hidup lo. Please pilih dengan bijak. Karena ini masa depan lo."kata Reza menatapku dalam.

Aku diam berpikir sejenak. "Lets go."ajakku sambil menariknya menuju motor gedenya. Ia memakaikan ku jaket miliknya. "Elo pake jaket apa?"tanyaku. "Ah tenang aja. Pemenang tingkat nasional ada sama gue, jadi harus gue jagain. Yuk cabut!"ajaknya menyalakan mesin motornya.

Sesampai di aula gedung Artie, aku melihat banyak orang berkerumun. Reza menggenggam tanganku dan membantu membelah kerumunan hingga aku masuk ke dalam hall. Aku melihat Adam dan Dinda sudah duduk di depan kanvas. "Aimee Suherman? Silahkan kanvas anda di sebelah sini."kata panitia.

"Selamat siang! Yap temen-temen pelukis pasti penasaran kenapa kalian ngga dikasih tau tema nya sama panitia dan juri karena kita mau lukisan spontan. Dan tema kali ini adalah...... PRESSURE! Yeah, tekanan. Kalian bisa ngelukis apapun yang penting ngga melenceng dari tema ya. Waktu kalian dua jam. Use wisely and goodluck!"kata seorang MC. Aku langsung memakai apron lukis yang di sediakan dan mulai melukis.

Pressure? Huh? Thats so me.batinku senang. Aku melukis diriku sendiri, terjerat tali di leherku, darah mengalir di pergelangan tanganku, borgol di kakiku, dan aku keluar dari rumah membawa koper. Kurasa itu sudah sangat cukup menggambar keadaanku sekarang.

"Oke temen-temen pelukis, waktu kalian habis, para juri akan berkeliling dan melihat gambar peserta satu persatu tanpa mengetahui milik siapa lukisan tersebut. Temen-temen pelukis sementara boleh meninggalkan ruangan."

Aku berlari menuju Reza dan memeluknya. "Aaahhh gue lega banget!"ucapku. Um, wait. This is wrong. Aku segera melepas pelukanku dan awkward!!! Reza tersenyum lalu memeluk pundakku. "Yuk nyemil! Gue laper lagi!"kata Reza.

Seusai kami nyemil, Reza dan aku berkumpul kembali ke ha untuk menunggu pengumuman juara. "Wah hari ini lukisan temen-temen pelukis bagus-bagus dan keputusan juri sudah tidak bisa diganggu gugat. Dan, untuk juara tiga adalah...."

Aku diam, aku tak berharap memenangkan lomba ini karna aku hanya menggambar asal saja. "Dinda Naresta!"teriak MC. Dinda maju ke depan dengan wajah sumringah menyabet juara ke tiga. "Juara kedua disusul oleh............. Adam DiCaprio!"teriak MC. Aku bertepuk tangan heboh saat melihat Adam maju.

"Wah sepertinya universitas Harrington banyak memborong piala. Dan untuk pemenang juara satu adalah.........." Semua audience diam tampak penasaran. "Heh, lo ga pengen denger juara satu?"kata Reza saat melihatku ingin keluar. "Buat apa? Toh gue ga juara."ucapku.

"Aimee Suherman!!"teriak MC membuatku kaget. Aku diam membeku, lalu maju ke depan dengan kikuk. "Wah wah, universitas Harrington memborong semua pialanya! Oh iya, Aimee bisa tolong tunjukan lukisan kamu?"kata MC. Akupun mengambil lukisan di belakangku dan menunjukkan ke semua orang.

"Wah wah wah. Lukisan yang indah! Seperti kamu benar-benar tertekan! Baiklah sampailah kita di penghujung acara! Bagi yang belum memenangkan piala jangan bersedih! Salam, Artié!"kata MC.

"Selamat, kak My!!!"ucap Adam memelukku seusai acara. "Hahahaha tengs! Lo hebat juga pemula juara dua!"ucapku senang. "Tuh kan gue tau lo pasti juara. Ga sia-sia gue ga pake jaket tadi!"goda Reza. Aku hanya tertawa. Namun, Dinda, ia menatapku dengan benci di kejauhan dan Alvin datang menjemputnya lalu ikut melihatku.

"Aimee Suherman!"teriak seorang laki-laki. Aku mencari sumber suara dan melihat papa dan mama dari kejauhan. Namun, wajahnya tak menampakan wajah senang. "Apa yang kamu lakukan di sini, Aimee Suherman?"tanya papa di depan Reza dan Adam. "Papah, Aimee lomba lukis dan juara satu tingkat nasional, pah!"ucapku senang. Plak! Sebuah tamparan yang tak kuharapkan mendarat di pipiku. Papa membuatku malu di depan semua orang.

"Kenapa kamu masih ngelukis, hah? Papa sudah bilang kan? Kamu harus mengikuti semua kegiatan berbau bisnis! Mau jadi apa kamu kalo cuma ngelukis?!"teriak papa dan semakin membuat orang menatapku iba. Aku melihat taksi yang baru menurunkan penumpang. "Pah, Aimee juara satu!"teriakku marah sambil membanting lukisanku lalu berlari membawa piala dan bunga masuk ke dalam taksi dan pergi.

Di dalam taksi aku terus menangis tanpa henti, hpku sudah kumatikan. Aku sudah tak ingin melihat mereka, papa mempermalukanku.....

11:11 PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang