Part 10 "Runaway"

2K 93 1
                                        

Untung aku masih memiliki persediaan uang yang cukup, aku membayar taksi dan menginap di hotel. Tentu bukan hotel milik perusahaan papaku. Aku masuk ke kamar hotelku, mengcharge hpku, membersihkan diri lalu diam menatap langit di balkon.

Kenapa yang gue liat cuma benci di mata papa? Apa papa ga seneng gue bisa berprestasi tingkat nasional? Apa papa gabisa liat gue ga suka bisnis. Gue suka berseni, gue...... gasuka berbisnis, pah. Aku menangis dalam diam sambil menatap langit malam.

***
Reza point of view

"Pah, Aimee juara satu!"teriak Aimee marah sambil membanting lukisannya lalu berlari ke dalam taksi. Orang tua Aimee hanya berdecak lalu tak ambil pusing dan pergi begitu saja.

"Dek, bawa lukisannya. Yuk cabut."kataku. "Yaelah kak, gue bawa dua dong lukisannya?"protes Adam. "Lu bawa mobil kan? Jangan manja deh. Lo langsung pulang, nyokap nyariin. Bilang gue ada urusan."kataku pergi menaiki motorku.

Aku khawatir dengan keadaan Aimee yang tidak membawa apa-apa kecuali dompet dan charger karna ia pasti membawanya. Aku mencari ke semua hotel dan apartemen milik orangtuanya namun nihil. Aku memutuskan untuk pergi menuju rumah Mike.

Yap, seperti yang kalian kira, pertengkaran akan selalu terjadi. Kami sudah sama-sama babak belur. "Kenapa sih lo selalu ngerusak impian Aimee?"ucap Mike. "Elo yang ngerusak impiannya! Dia cinta ngelukis dan karna mulut ember lo, dia dipermaluin di depan semua orang!"ucapku kesal.

"Jadi lo tau gue yang bilang ke orang tua Aimee dia ikut lomba?"ucap Mike. "Hahaha itu pelajaran buat Aimee. Dia harus berpikir bisnis, Za. Dia calon istri gue jadi harus gue didik dengan benar."ucap Mike tertawa bahagia. Aku segera meninju wajahnya itu tanpa henti. "Gara-gara elo dia ilang sekarang! B*jing*n lo!"ucapku sambil menghajarnya.

Setelah puas menghajarnya aku berhenti dan tertawa. "Calon istri. Hahahaha."ucapku tertawa mengejek. "Gue pastiin dia gabakal jadi istri lo, *sshole!"ucapku pergi dari rumah Mike.

---
"Reza! Kamu tengkar sama siapa lagi sih kali ini?"teriak mama panik. "Reza, kasih tau papa sama mama. Siapa yang menang?"tanya papa. Aku tertawa kecil, "Reza dong, pah! Mama, Reza gapapa kok. Lawan Reza udah bonyok."kataku tersenyum.

"Mama denger Aimee di tampar sama ortunya di depan orang-orang?"ucap mama. (So buat info buat kalian, ibunya Reza itu pelukis sekaligus pengusaha. Dan beliau yang ngadain lomba itu. Papa Reza juga yang punya perusahaan ga kalah gede sama Aimee. Cuman Reza ngga ngeliatin kalo dia orang kaya. So back to story!)

"Iya mam, sekarang dia kabur, gatau kemana. Reza uda nyari ke hotel, apartemen punya keluarganya juga nihil."ucapku murung. "Papa cariin ya si Aimee, siapa tau ketemu."kata papa mengutak-atik hpnya. "Makasih pa."ucapku memeluknya. "Sama-sama udah kamu mandi istirahat sana. Itu lukanya juga diobati."kata papa.
***

Aku memaksa tubuhku bangun. Sudah pukul delapan pagi. Aku memakai pakaian semalam dan breakfast di restauran hotel. "Makanannya jangan diliatin aja."ucap laki-laki duduk di sebelahku. "Pergi. Gue ga pengen di ganggu."ucapku. "Umm, tapi ini meja gue sebenernya. Buktinya itu ada roti yang gue ambil tadi, ada jus gue....."kata laki-laki itu terus menjelaskan.

Aku berdiri dan membawa piringku. "Eh mau kemana?"tahan laki-laki itu. "Ini meja lo kan? Yaudah gue yang pindah. Maaf ya."ucapku melepas tangannya dan pergi ke meja lain. Aku menyantap makananku penuh tak selera masih terbayang semalam. Namun tiba-tiba ada tangan yang memberikan jus. "Ngapain sih lo? Iya gue uda minta maaf kan tadi."ucapku kesal.

"Iisshhh liat dulu muka gue. Kapan kita ketemu? Ngapain minta maaf juga?"tanya Reza yang sudah duduk di sampingku. "Oh elo, Za. Tadi ada cowok aneh sebel gue."kataku terus menyantap makananku. "Iya gue liat kok tadi. Lo ngapain di sini sih? Gue nyariin elo semaleman."kata Reza sambil mengusap matanya. "Uugghhh makasih ya, Ezaaa elu emang sahabat yang bisa gue andelin."kataku mencubit kedua pipinya. "Idih! Apaan sih lo cubit-cubit."kata Reza melepas tanganku dan tertawa.

"Tadi gue ke rumah lo pas nyokap bokap lo gaada di rumah. Trus gue minta tolong Ijah ngebawain barang-barang lo. Sekarang udah di taruh di kamar lo, ntar lo cek sendiri."katanya meminum jus. "Emang lo tau gue di kamar berapa? Kok lo bisa tau juga gue di sini? Bukannya hotel ga ngasih tau id tamu ya?"tanyaku menyelidik.

"Ah apaan sih lo tanya atu-atu! Udah gue mau istirahat bye!"kata Reza mengambil kunci kamarku di meja. Aku hanya tersenyum lalu melanjutkan makanku dan menuju kamar. Saat menunggu lift, lagi-lagi aku bertemu laki-laki tadi. "Eh ketemu lagi."katanya. Aku hanya diam tak menoleh. "Gue Mor--."katanya. "Ga peduli."jawabku. "Oke fine."katanya tertawa. Aku hanya manggut-manggut lalu masuk ke dalan lift.

Aku dan Morgan memencet lantai yang sama, 18. "Wah kayaknya kita jodoh."ucapnya senang. "Haha. Ga lucu."ucapku datar. Sesampai di lantai 18 aku mencoba mengingat nomor kamarku dan sampai di depan pintu, Morgan berdiri di belakangku. "Lo apaan sih ngikutin gue sampek ke kamar?"ucapku kesal. "Harusnya gue yang nanya. Elo mau masuk ke kamar gue ngapain?"tanyanya. Kamarnya? Sial gue salah nomer!

Aku langsung berlari kecil dan menuju kamarku dan membunyikan bel namun Reza tak kunjung membukakan pintu. Sementara Morgan sudah tertawa berkali-kali. Matanya melihatku seakan berkata "lo salah kamar lagi hah?". Akhirnya Reza membuka pintu dan aku segera masuk.

"Lo ngapain aja sih? Gue jadi malu di depan si Mor!"ucapku kesal. "Mor? Morgan sm*sh? Elo stress ya? Mulai halusinasi?"kata Reza menggosok giginya. "Bukan Mor ituu!!"kataku berbaring di tempat tidur. "Soampookk kepon loo do soni?"kata Reza tak jelas. "Ah bahasa alien ya? Slesehin dulu napa baru ngomong."ucapku kesal. Reza pun menyelrsaikan sikatnya dan duduk di sampingku. "Sampek kapan lo disini? Ga pulang?"tanya Reza.

"Selama ortu gue belom sadar gue ga cocok di bisnis, gue bakal terus di sini."ucapku. "Yaudah mungkin dengan gini ortu lo sadar."kata Reza. "Tengs ya, Za. Lo uda nemuin gue dan ngasih barang gue."kataku. "By the way, lo masih belum jawab lo tau darimana gue di sini?"tanyaku.

11:11 PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang