Entah aku berada di mana. Banyak orang yang tak kukenal berada di satu rumah. "Aimee... sayang mama Diana di sini bakalan ngerawat Aimee, oke sayang?"kata seorang ibu menyentuh lenganku. Secara reflek aku menarik diriku agar tangannya tak menyentuh tubuhku.
"Saya ingin sendiri. Tolong antar saya."ucapku mengulurkan tangan pada seorang laki-laki bernama Reza yang membawaku kemari. Reza menyambut tanganku lalu mengantarku ke sebuah kamar. "Ini sementara kamar lo. Itu barang-barang lo. Itu kamar mandinya trus--" "Obat gue.... mana obat gue?"ucapku menyelanya. Ia merogoh saku kemejanya dan memberikan obatnya padaku. "Berapa lama lo minum obat itu?"tanya Reza.
"Gue gatau. Setiap gue minum, gue ngerasa enakan dengan lupa semuanya."ucapku sambil meminum obatku. Reza mengambil obatku lalu meninggalkanku. Aku duduk di tepi ranjang dan menatap sekeliling.
Kayaknya gue pernah ada di sini..... kapan ya? Tak lama seorang gadis sangat mirip denganku masuk dengan Reza. "Hey, Aimee. Gue Mia."ucap Mia. Aku langsung mengeratkan peganganku pada tempat tidur. "Apa gue uda mati? Kenapa gue liat gue beda nama?!"ucapku panik. "No, no, no its fine. Lo belom mati. Ini Mia, kembaran lo."ucap Reza. "Kembaran? Gue punya kembaran?"tanyaku. "Yeah its me. Mia, Aimee and Mia. Remember?"ucap Mia menangis.
Entah mengapa aku pun ikut meneteskan air mata. Aku teriris melihatnya menangis. "Why im crying.."gumamku. "Mia....... Miaaa...."ucapku menyentuh wajahnya dan ia langsung memelukku erat.
"Kenapa lo jadi kayak gini sih?"ucap Mia menangis. Aku hanya diam menangis. Mia melepas pelukannya dan menghapus air mataku. "Its ok. Kita pasti nemuin jalan keluar supaya lo inget masa lalu lo lagi."kata Mia. "Sekarang gue mau pergi dulu. Oke? See you tomorrow."ucap Mia mencium keningku lalu pergi.
"Gue nyiapin mandi lo dulu ya."ucap Reza masuk ke kamar mandi. "Done!"katanya beberapa saat. "Di bathtub sudah ada air anget. Udah ada sabunnya juga, ini handuk buat lo ini baju gantinya. Gue mau bantuin nyokap gue dulu."kata Reza hendak pergi. "Thank you."ucapku lalu Reza pergi.
Aku masuk ke dalam bathtub berisi sabun lalu memikirkan semuanya. Aku mencoba mengingat semua kejadian dimana aku bertemu orang-orang tadi. Kepalaku mulai sakit, namun aku memang harus mengingatnya. "Arrgghh common...." Aku mulai merasa sakit kepala yang luar biasa namun perlahan aku mengingat sedikit. Terutama kenangan tentang Reza dan Mia. Satu persatu ingatan mulai kembali ke kepalaku.
Aku memakai bajuku lalu hendak turun namun tiba-tiba darah mengalir deras di hidungku dan aku tak sadarkan diri.
---
Aku mencoba membuka mataku dan melihat jam sudah pukul 11:11 malam. Aku pun seperti biasa memohon sebuah permintaan. Aku mengangkat kain di keningku dan mendapati Reza duduk di sampingku dan sedang tertidur. Perlahan aku mengusap wajahnya. Sudah setahun lebih aku tak bertemu dengannya. Ya, aku tlah mengingat semuanya.Aku mengusap wajahnya dan tak sadar menangis. Reza membuka matanya mungkin terbangun karena isakku. "Hey, lo kenapa? Mau gue ambilin sesuatu?"tanya Reza menggenggam tanganku. "Im sorry."ucapku menangis. Reza langsung memelukku erat. "Its ok, Aimee."ucapnya mengusap rambutku.
"Gue inget semuanya, gue inget.... maafin gue....."ucapku membasahi kaosnya. Reza semakin memelukku erat, "God i missed you."ucapnya menangis. Kami hanya saling berpelukan membiarkan tangis kami menjelaskan semuanya.
Reza melepas pelukannya lalu menghapus air mataku. "Obat lo tadi... itu bukan obat depresi, Aimee."kata Reza. "What? Itu obat depresi gue kok."ucapku tak percaya. "Nope. Itu obat buat ngehilangin ingatan, Aimee. Kayaknya ada yang nuker obat lo."ucap Reza. "Papah... pasti papah, Za."jawabku. "You safe now."kata Reza mengusap wajahku. "Nothing can separate us again."lanjut Reza mencium keningku.
"Sleep. Gue tidur di sofa aja."katanya hendak pergi. "No."ucapku menahan tangannya. Aku menggeser badanku dan menariknya ke atas tempat tidurku. "Stay with me."ucapku. "Ok."katanya berbaring. Aku pun meletakkan kepalaku di dadanya dan Reza mengusap-usap rambutku hingga aku tertidur.
---
Pagi hari aku membuka mata dan melihat Reza tak ada di sampingku. "Reza?!"panggilku. Namun tak ada jawaban. Aku menelusuri seisi rumahnya bahkan tak ada orang. "Mama Diana? Reza? Adam?"teriakku namun tak ada yang menjawab kembali. Aku mulai ketakutan bila terjadi sesuatu dengan seisi rumah."Reza?!"teriakku sekali lagi namun tak ada jawaban. Tiba-tiba pintu depan terbuka dan muncul Reza membawa sekantong full dengan bahan dari supermarket. Ia meletakkannya di meja lalu kaget melihatku. "Astagaa!! Ngagetin aja sih--" Aku langsung memukuli dadanya sekuat tenaga.
"Aw! Aduh apaan sih sakit Aimee!"ucap Reza menahan kedua tanganku. "Kok lo gabilang sih kalo ke supermarket?! Gue takut lo kenapa-napa! Mana di rumah sepi gue--" Belum selesai aku berbicara Reza sudah memelukku erat.
"Mama papa ada acara. Adam kuliah. Maaf ya, abis lo kan lagi sakit ga tega bangunin. Tuh badan lo aja masih demam gini."kata Reza meletakkan tangannya di keningku. "Tapi gue kaget."ucapku pelan. "Sorry deh. Gue bikinin sarapan sini duduk."katanya menyuruhku duduk. Aku pun duduk dan memperhatikannya memasak ini dan itu.
"Tadaaaa!! Masakan ala korea sudah siap!"ucapnya meletakkan mangkuk berisi nasi, telur dadar, kimchi, daging, dan saus teriyaki. "Daritadi masak cuma berhasil bikin bibimbap?"ejekku. (Bibimbap=semacam nasi campur gitu. jadi semua bahan di aduk jadi satu)
"Gue bikinnya susah tau. Diaduk trus dimakan yah! Gue mandi dulu."ucapnya. Akupun mengikuti arahannya dan memakannya.
Meanwhile with Mia point of view
Aku mengetuk pintu putih besar di hadapanku. Sudah lama rasanya aku tak pernah memasuki rumah ini selain kemarin dalam keadaan terburu-buru. "Maaf, non nyari--AH! Non Aimee! Ijah seneng non Aimee balik ke rumah!"teriak Ijah memelukku. "Papa, mama mana, Jah?"tanyaku. "Ada di dalem, non. Non Aimee yakin mau masuk ketemu tuan sama nyonya?"tanya Ijah. Aku tak menjawabnya dan langsung masuk mencari mereka.
"Aimee?!"kata Jerry mendekat ke arahku. Jerry hampir menamparku namun aku menahan tangannya. "Long time no see, Jerry. Sayangnya gue bukan Aimee yang bisa lo tampar seenaknya."ucapku. "Mia?!"kata Jerry tak percaya dengan yang ia lihat. "Kayaknya lo uda lupa sama gue karena lo ninggalin gue waktu gue SMP. Tapi..... ngehapus ingatan kembaran gue? Thats not gonna work, buddy. Kita punya ikatan terkuat yang lo gatau."ucapku. "Kamu... dimana anak saya?!"teriak Jerry.
"Anak kamu?!"ejekku. "Jerry, kalau dia anak kamu, kamu ngga seharusnya ngehapus ingatan dia, nyoba nyetir kehidupan dia, apalagi ngurung anak kamu sendiri. Apa kamu masih pantas dipanggil Ayah?"tanya Mia. "Dimana anak saya?!!!"teriak Jerry lebih keras. "Jadi gue bukan anak lo lagi? Hahaha doesnt matter, gue juga gamau jadi anak lo. Tenang aja, Aimee aman sama gue. I guess see you later?"kataku melangkah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
11:11 PM
RomantizmATTENTION! (18++) "Hey its 11:11 lets make a wish!" Apa kau percaya keajaiban pukul 11:11? Inilah kisah Aimee Suherman tentang kepercayaannya pada pukul 11:11. Aimee percaya jika ia membuat permintaan pada pukul 11:11 maka permintaannya akan terkabu...