Selama di rumah sakit, papa, Reza, Mia menemaniku terus menerus membuat ku tak bosan berada di sini, hingga akhirnya aku diperbolehkan pulang. Aku dan Reza berpisah di rumah sakit, kami berpelukan lalu aku pulang dengan Mia dan Papa.
Seperti biasa, Mia tak ikut ke dalam perbincanganku dengan papa, ia malah asik memasang headphone. Aku melihat papah menatap ke jalan sedih. Aku menggenggam tangan papa dan tersenyum. "Aimee sama Mia ngga bakal ninggalin papa sendirian kok."kataku tersenyum. "Mama kamu punya banyak uang, jadi dia bisa keluar dengan cepat dari penjara. Papa akan ceraikan mama supaya tidak menyakiti kamu."kata papa.
Aku langsung memeluk papa, "Iya, terserah papa aja." Ya, dengan begitu kami bahagia. Kami memulai semua dari awal.
Papa mulai menyukai lukisan-lukisanku, hubungan Mia dan papa pun juga membaik. Papa sering mengantarku ke lomba melukis jika beliau sempat.
Sementara Mia sering ikut papa bepergian untuk belajar bisnis tanpa paksaan papa lagi. Hubunganku dan Reza pun membaik, kami juga pergi kuliah bersama dan aku sering main ke rumah Reza.
Hingga suatu hari, seusai kuliah, aku dan Reza berencana memakan es krim di taman dekat rumahku. Kami bercanda dan berbincang seperti biasa. Hingga saat Reza hampir menciumku, aku menghindarinya.
***
Author point of viewAimee menatap Reza lekat. "Gue gabisa ngelanjutin ini semua."ucap Aimee menunduk. "Maksud lo? Ngelanjutin apa?"tanya Reza.
"Gue gabisa ngelanjutin hubungan kita, Za. Mungkin lebih baik kalo--" "Elo kenapa? Kenapa lo mutusin gue tiba-tiba? Kita kan uda janji gabakal ninggalin satu sama lain. Ya kan?"tanya Reza memegang pundak Aimee.
"Gue uda ga punya rasa ke elo, Za. Mending kita tetep sahabatan."ucap Aimee menunduk. "Liat mata gue dan bilang lo ga sayang sama gue."kata Reza. Aimee menguatkan dirinya dan menatap mata Reza yang sudah berkaca-kaca. "Gue ga sayang lagi sama elo, Za."ucap Aimee.
"No, lo pasti boong. Kenapa lo putusin gue tiba-tiba sih? Gue.... gue gabisa nerima..."kata Reza bingung. Aimee berdiri dari duduknya. "Selamat tinggal, Reza."ucap Aimee lalu berlalu.
"Aimee!!"teriak Reza. "Lo benci selamat tinggal, kenapa lo ngomong itu ke gue?!"teriak Reza kesal. Aimee menangis selama perjalanannya pulang. Ia terpaksa melakukan itu semua karena Aimee.....
Two days ago.....
"Jadi gimana kanker saya, dok? Saya uda minum obat tiap hari. Saya kemo sesuai jadwal. Saya bakalan sembuh kan?"tanya Aimee saat check up.
"Maaf, Aimee. Kanker otakmu sudah menyebar, tidak memungkinkan untuk sembuh. Mulai sekarang kamu akan merasakan kesakitan yang luar biasa. Saya akan berika--"
"Ngga, dok. Saya sudah sembuh. Mungkin itu salah. Saya bisa disembuhkan, dok."kata Aimee sudah berkaca-kaca.
"Maafkan saya, Aimee. Saya akan berikan obat penahan sakit untuk digunakan saat penyakitmu kambuh."kata dokter Farhan.
"Baik, dok. Tolong jangan beritahu keluarga Reza. Saya gamau mereka khawatir."kata Aimee.
Aimee keluar dari ruangan dokter Farhan penuh tangis. Ia benar-benar putus asa. Ia berjalan menuju apotek untuk menebus obat lalu masuk ke dalam mobilnya dan menangis. Hingga muncul nama Reza di hpnya.
"Hey! Gimana check upnya?"
"Baik! Kata dokter gue mau sembuh loohh!!"ucap Aimee berpura-pura senang.
"Oh ya? Syukur deh!!! Yaudah, gue mau bantu mama dulu ya! Love you!"kata Reza mematikan telfonnya.
"I..... love you..... Reza....."ucap Aimee menangis deras.
Today...
Aimee masuk ke kamarnya dan menangis deras. Ia harus melakukannya agar Reza tak terlalu memikirkan dirinya yang tidak akan sembuh.
Jerry muncul di layar hp Aimee dan menunjukkan video call. Aimee pun mengangkatnya dan mencoba tersenyum. "Hai Aimee! Loh? Sayang, kamu kenapa?"tanya Jerry yang kaget melihat mata sembab putrinya.
"Gapapa, pah. Ada apa, pah?"tanya Aimee. "Papah pulang hari ini sama Mia, papah punya hadiah buat kamu juga! Nanti jemput papah ya!"kata papa. "Iya pah. Nanti Aimee jemput papa."ucap Aimee mematikan telfonnya.
Saat Aimee bangun dari tempat tidurnya ia segera dilanda sakit kepala yang tak karuan hingga membuatnya jatuh ke lantai. "Mb....mbo....mbookk...."ucap Aimee lirih. Aimee menarik-narik seprai tempat tidurnya dan membuat hpnya terbanting ke sebelahnya. Tampak Reza sedang menelfonnya. Ia menatap sedih layar hpnya dan tiba-tiba tak sadarkan diri.
Tak ada yang mengetahui keadaan Aimee yang tak sadarkan diri karena mbok Darmi dan Ijah sedang kepasar diantar pak Yadi.
Reza yang masih tak terima dengan perlakuan Aimee masih menelfon Aimee hingga ibunya berteriak karena jarinya teriris. "Reza, mama ga tenang nih. Coba kamu samperin Aimee. Mama takut terjadi apa-apa."kata Diana. Reza pun mengikuti saran ibunya dan berangkat menuju rumah Aimee.
Ia mengetuk keras rumah Aimee namun tak ada yang menjawab. Iapun mencoba pintu belakang yang ditunjukkan Ijah dan berhasil masuk. "Mbok? Ijah?"panggil Reza namun nihil. Apa gaada orang di sini? Trus Aimee kemana? Reza pun membuka kamar Aimee namun ia tak melihat apapun. "Kok seprainya berantakan gitu? Apa mbok Darmi ngga bersihin kamar Aimee?"gumam Reza.
Reza pun berniat membereskan seprai Aimee dan sekarang ia melihat Aimee yang tak sadarkan diri. Ia berlari ke arah Aimee. "Aimee?! Aimee!!"teriaknya. Ia segera menelfon ambulance dan menghubungi Mia.
Tak lama mbok Darmi dan Ijah datang disusul ambulance. Aimee pun dibawa ke ambulance dengan Reza terus menggenggam tangan Aimee. "Denyut nadi rendah!"teriak salah satu perawat. Perawat itu menyiapkan Defibrillator (alat pengejut jantung) dan bersiap mengarahkan ke dada Aimee sedangkan perawat lainnya memompa oksigen ke mulut dan hidung Aimee.
Sesampai di rumah sakit, Aimee masuk ke UGD dan Reza menunggunya di ruang tunggu. Hingga Mia dan Jerry datang menemui Reza dan Reza menceritakan semuanya.
Untuk pasien dengan kasus Aimee, sebenarnya dokter tak perlu lama di dalam UGD namun dokter sangat lama di dalam karena Aimee tiba-tiba sadar.
"Tolong bilang keluarga saya, kalau saya baik-baik saja, dok."ucap Aimee. "Tapi Aimee--" "Tolong, dok. Saya yang akan menjelaskan."bantah Aimee. Dokter tak punya lain selain meng iyakan permintaan Aimee.
Dokterpun keluar dari UGD dan memberitahu Jerry, Reza dan Mia. "Aimee baik-baik saja dan sekarang boleh dijeng--" Belum selesai dokter berbicara, Aimee sudah keluar sendiri dari UGD dan berjalan cuek melewati kerumunan.
Jerry segera menuntun anak perempuannya yang lemas disusul Reza di sisi lainnya namun Aimee segera menepis tangan Reza. Sesampai di lobby rumah sakit, Jerry mengambil mobil dan meninggalkan Mia, Reza dan Aimee. "Gue uda nebus obat lo nih, mau pulang ke rumah atau maen ke rumah si Re--" "Gue mau pulang."jawab Aimee tanpa menoleh ke arah Reza.
"Aimee. Lo gabisa giniin gue. Salah gue apa sama lo? Hubungan kita kan baik-baik aja. Kenapa--" "Lo uda slese ngomongnya?"tanya Aimee lalu berjalan keluar rumah sakit. "Aimee!"panggil Reza membuat Aimee menghentikan langkahnya. "Kalo lo masuk ke mobil bokap lo, kita gabakal ketemu lagi."kata Reza. Aimee diam menahan tangisnya lalu masuk ke dalam mobil Jerry lalu meninggalkan rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
11:11 PM
RomanceATTENTION! (18++) "Hey its 11:11 lets make a wish!" Apa kau percaya keajaiban pukul 11:11? Inilah kisah Aimee Suherman tentang kepercayaannya pada pukul 11:11. Aimee percaya jika ia membuat permintaan pada pukul 11:11 maka permintaannya akan terkabu...