Part 12 "The Plan"

3.1K 87 0
                                    

Mike point of view

"Gue uda ketemu sama Aimee, kayaknya dia lupa sama gue."

"Bagus kak. Perhatiin gerak-gerik dia. Kalo bisa bikin dia nurutin omongan kakak."

"Lo kenapa sih minta bantuan gue? Emang lo gabisa handle calon istri lo sendiri?"

"Dia uda benci sama gue. Jadi ini giliran elo, kak. Gue minta tolong ya, kak!"kataku memohon.

"Iyadah apa sih yang ngga buat lo, dek!"jawab kakakku.
***

Akupun keluar dari kamar hotelku dan hendak menuju supermarket untuk membeli bahan makan siang dan malam. Sialnya, aku bertemu dengan laki-laki resek yang bertemu denganku tadi di restauran. Aku mencoba membuang muka dan berjalan sedikit cepat.

"Well gue anggep reaksi lo barusan kayak gamau ketemu gue."katanya berjalan di sampingku. "Oh common gue males ribut sama stranger."kataku berjalan. "Then dont. Lo mau ke mana? Gue anterin."kata nya membukakan pintu mobil berpintu dua di depanku. "No thanks, stranger."kataku menolak. "Im Morgan not stranger. Now common."katanya memaksaku masuk ke mobilnya.

"Penculikan. Gue aduin lo."kataku berdecak kesal. "Hahaha lucu banget lo. Mau gue anterin ke kantor polisi sekalian?"tanya Morgan. "Here is the deal. Lo anterin gue ke supermarket trus lo tinggalin gue. Jangan ikutin gue. Jangan sapa gue. Jan--" "Gue lakuin semuanya kalo lo ngasih tau nama lo sama nomer hp lo. Deal?"katanya. "Deal!"kataku menjabat tangannya.

Sesampai di supermarket dia pun meninggalkanku dan aku berbelanja ini itu. Saat asik mendorong troli, sebuah troli lain menabrakku dan yeah ofcourse, Morgan. "Lo kok ngikutin gue sih? Kan tadi gue uda bilang!"ucapku kesal. "Gue ga ngikutin elo. Gue emang mau belanja. Jangan pd deh lo."katanya meninggalkanku. I hate that man! Ugh!

Sesampai di kamar hotel, hpku tak henti-hentinya berdering dan menunjukan nomor yang tak ku ketahui. "Siapa sih?! Ga capek apa nelfon mulu?!"teriakku sambil mengangkat telfon. "Hai, Aimee Suherman."kata Morgan. Aku langsung mematikan hpku dan kembali memasak. "Aaahhhh rasanya uda seumur hidup gue ga makan mie instan. Lumayan stock banyak, stock air panas juga banyak!"ucapku senang.

Namun, saat aku makan, aku mendengar suara orang berteriak. Aku mendekat ke pintu kamar hotelku dan mengintip di bulatan kaca. Aku melihat Mike mendatangi kamarku dan mengetuk pintu kamarku seperti orang gila. "Aimee? Reza keluar kalian! Gue tau kalian berdua ada di dalem kan?! Keluar!!"teriak Mike. Aku ketakutan, aku tak pernah melihat Mike sebegitu marahnya. Aku menelfon loby hotel dan mereka akan mengirim security

Security hotel yang datang segera menarik Mike, namun Morgan menahan mereka. "Wait... why Morgan know Mike?"gumamku. Sedikit demi sedikit aku mendengar percakapan mereka.

"Maafkan adik saya, pak. Adik saya mengira ini kamar saya. Dari sini saya akan menjaga adik saya."kata Morgan. W--what....... adik? Morgan.... kakak Mike?

"Lo ngapain si marah-marah kayak orang gila di depan kamar Aimee? Rencana kita hampir berhasil tau gak?"kata Morgan. "Gue tau pasti ada cowok b*ngs*t di kamarnya, kak!"teriak Mike. "Lo salah, dek! Dia belum balik dari supermarket. Dia sendirian. Mending sekarang lo buruan balik ke rumah. Daripada rencana kita batal semua oke?!"kata Morgan.

What....... rencana? Gue.... kenapa gue diincer banyak orang.... rencana apa maksud mereka tadi..... Reza.... Reza gue butuh Reza.

Aku segera meraih hpku dan menelfon Reza. "Idiihhh belum sehari gue tinggal elo uda kangen aja!"kata Reza. "Za? Lo dimana, Zaaa? Gue takut...."ucapku sambil menangis. "Aimee?! Lo kenapa? Lo takut apa!?"tanya Reza panik. "Gue... gue liat Mike di hotel. Please lo ke sini, Za. Gue takut..."ucapku menangis. "Gue ke sana sekarang!"kata Reza sambil mematikan telfonnya.

Aku menunggu Reza dengan penuh kecemasan. Depresiku kambuh, aku memikirkan hal yang tidak-tidak di pikiranku. Dadaku begitu sesak rasanya untuk bernafas. Aku mulai mencari alat untuk menyayat pergelangan tanganku dan tiba-tiba bel kamarku dibunyikan berulang-ulang kali. Aku mengintipnya dan itu Reza. Aku membuka pintuku lalu dengan segera menguncinya lagi.

"Lo kenapa? Siapa yang bikin lo takut? Lo ga--" Aku langsung memeluk Reza erat dan menangis. "Hey its ok. Gue di sini kok."kata Reza mengusap rambutku. Setelah aku sedikit tenang, aku menceritakan semuanya pada Reza dan ia sama kagetnya denganku.

"Kalo lo mau pergi ke luar kota, ke luar negara, gue bisa bantuin lo."kata Reza menawarkan. "No, Za. Setelah gue pikir-pikir, gue mau semua keungkap dari mulut mereka sendiri. Gue uda punya rencana dan lo mesti bantuin gue."kataku menatapnya mantap.


Nb: sorry for the late update!!! Ini author kasih dua episode yaw!!!

11:11 PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang