Part 24 "Escaped"

1.2K 66 1
                                        

Sudah hampir setahun. Rasanya aku lebih memilih di penjara daripada dikurung di kamar. Setiap hari aku meminum obat depresi namun tak menunjukan proses, aku tetap merasa depresi.

Setiap hari aku duduk di tepi ranjangku melamun. Terkadang melukis terkadang membaringkan tubuh kadang melamun dan kadang tak makan juga tak tidur. Aku merindukan kuliah, setiap hari datang guru yang sama yang selalu mengajar tentang bisnis.

Aku merindukan Reza, aku merindukan lukisanku yang hidup, bukan lukisan mati yang selalu kugambar akhir-akhir ini saat depresi.

Bahkan aku harus berlarian menyembunyikan lukisanku jika papa datang. Karena aku takut jika ia melihat lukisanku akan makin lama mengurungku.

"Selamat pagi, nona Aimee."kata guru bisnisku. "Terry."sapaku. "Hari ini kita belajar bagaimana caranya mempertahankan suatu bisnis."kata Terry. Selama ini aku tak pernah benar-benar mendengar Terry saat berbicara. Aku terlalu sibuk dengan lamunanku. Sedikit demi sedikit bahkan ingatanku melemah. Aku bahkan tak lagi mengingat siapa yang kucintai, siapa teman-temanku? Apakah aku punya saudara?

Yeah, aku memang kacau dan bisa dibilang gila.  Ya, aku bisa jadi penghuni tetap rumah sakit jiwa jika melihat kondisiku sekarang. "Thank you for today."ucap Terry mengakhiri sesinya.

Aku diam melamun melihat balkon kamarku. Sudah seminggu terakhir angin meniup-niup sangat kencang. Terkadang disertai dengan hujan. Pintu kamarku terbuka dan muncul mbok Darmi dan anaknya, entah aku lupa namanya. "Non, sekarang waktunya non mandi."kata mbok Darmi memberikan handuk dan menunjukan kamar mandi sementara anaknya membereskan kamarku.

Aku diam menatap dinding kamar mandiku dengan air shower terus mengguyur badanku. Mbok Darmi membantu memandikanku. Ia dengan sabar menyabuniku, menggosok gigiku juga memakaikanku pakaian. Mbok Darmi membantuku kembali duduk di tepi ranjang lalu menata rambutku.

"Non, apa beneran non ga inget Ijah? Ijah dulu temennya non Aimee loh. Kita belanja bareng inget gak non?"ucap Ijah. Aku menggeleng lemas lalu mengulurkan tanganku. "Hai gue Aimee. Elo Ijah ya?"ucapku menatap kosong. "Non, jangan pura-pura dong ah! Ijah sedih ga punya temen yang mau Ijah usilin?!"ucap Ijah menangis.

"Ssttt sudah, Jah. Sana kamu ke bawah siapin makanan aja!"kata mbok Darmi. "Maafkan anak saya, non."kata mbok Darmi memakaikan parfum. "Temen...... apa saya punya temen, mbok?"tanyaku. "Non Aimee punya banyak temen kok!"ucap mbok Darmi. Aku diam kembali melamun. Bahkan aku tak mengingat apa yang baru kukatakan.

Mbok Darmi diam lalu meninggalkanku dan tak lupa mengunci kamarku. Aku merasa kesepian menusuk setiap inci tubuhku. "Aaarrrgghhhh!!!!"teriakku. Aku sangat ingin menghancurkan tubuhku sendiri hingga aku mendengar teriakan lain di depan rumahku. Aku pergi ke balkonku dan melihat seorang laki-laki berusaha masuk ke rumahku namun di hadang bodyguard. "Aimeee!!!"teriaknya berulang kali. Siapa dia?batinku.

Namun saat hanya melihatnya, aku meneteskan air mata tanpa alasan. "Let me see her once! Please!"teriaknya makin melemas. Entah kenapa hatiku sangat sakit melihatnya begitu.

***
Reza point of view

"Just..... just let me see her for once."ucapku menangis. Aku sangat merindukannya. Setahun lebih sudah aku tak bertemu dengan Aimee. Aku sangat, sangat, sangat merindukannya. Aksiku ini bukanlah yang pertama kulakukan. Aku sudah mencoba menjadi tukang kebun, teman Ijah, aku melakukan semuanya untuk menemui nya namun sia-sia.

"Reza, tolong pergi. Aimee ngga mungkin mau ketemu sama kamu. Lebih baik tidak usah bertemu Aimee."kata tante Natalie. "Please, tante. Biarin Reza ketemu sekali aja."ucapku berlutut. "Selamat sore, Reza."kata tante Natalie masuk ke dalam rumahnya. Aku menangis, tiba-tiba Adam menarikku kembali ke dalam mobil.

Aku menangis semakin kencang di dalam mobil. "Bang its fine. Mending kita cari cara biar bisa bikin Aimee keluar dari sana."kata Adam mencoba menenangkanku. "God i miss her so much."ucapku menatap ke jalan.

Sesampai di rumah, aku segera menghubungi Mia dan menceritakan semua yang terjadi dan Mia setuju besok akan terbang ke Indonesia. Ia juga akan mengajak Mike dan Morgan untuk membantu. Aku menghubungi Ijah untuk membantuku dan ia bersedia.

---
"Hey!"kata Mia memelukku. "Hahaha for a second i thought its Aimee."ucapku mempersilahkan ia masuk. "Hey buddy!"ucap Mike memelukku erat. "Sorry for what happens."ucapnya. Aku mengangguk, tak hanya itu Morgan juga datang. Semua orang sudah berkumpul di rumahku dan kami merencanakannya dengan matang.

"Tiap pagi, abang Terry dateng buat ngajarin bisnis ke non Aimee. Abis gitu langsung mandi trus non Aimee pasti bakal diem aja di rumah."jelas Ijah. "Jam berapa Jerry sama Natalie pergi kerja?"tanya Mia. "Siang. Kalo tuan sama nyonya tau non Aimee sudah belajar bisnis, mereka pergi. Tapi kadang nyonya di rumah."lanjut Ijah.

"Oke, gue sama Morgan bakal ngurus tante Natalie."ucap Mike. "Oke. Ijah lo bagian ngawasi keadaan dan gue perlu kunci kamar Aimee. Adam sama Mia urus bodyguardnya. Lets rest now. Tomorrow is the show time."ucap Reza.

***
Author point of view

Mike dan Morgan datang ke rumah Aimee dan sesuai perkiraan, ia tak dihadang bodyguard. "Hey aunt Natalie!"sapa Mike seperti biasa. "Heeyyy, Mike and Morgan! Long time no see!"ucap Natalie. "Yeah. Tante mumpung Mike sama Morgan di Indonesia. Why dont we have a lunch?"ajak Morgan. "Great idea!!! Tante siap-siap dulu ya boys!"kata Natalie.

Reza mengamati rumah Aimee dari jauh. "You nervous?"tanya Mia. Reza mengangguk. "Dont be. Your plan gonna work."ucap Mia. "I hope so."ucap Reza. Tak lama Reza melihat Mike, Morgan dan ibu Aimee pergi. Mia dan Adam pun mulai beraksi.

"Bodyguard! Aduuhh saya liat non Aimee kabur!"teriak Ijah. Para bodyguard seperti tak percaya dengan Ijah. "Loh loh ayo dikejaarr ituuu non Aimee!"teriak Ijah menunjuk Mia yang berlari dengan Adam. Para bodyguard pun percaya dan semua berlari mengejar Mia dan Adam. Namun, itu hanya ilusi, Mia berputar dan tidak menaiki mobil bersama Adam melainkan bersama Reza.

"Now."ucap Mia pada Reza. Reza dan Mia pun berlari menuju rumah Aimee dan segera menuju kamarnya bersama Ijah. Ijah membuka pintu kamar Aimee dan terlihatlah seorang gadis yang memunggungi mereka. Gadis berambut hitam kecoklatan diurai diam tak merespon keramaian yang ada di belakangnya.

Reza masuk ke dalam kamar Aimee dan bersimpuh di depan Aimee yang menatap kosong keluar jendelanya. "Hey..."ucap Reza menahan tangisnya. Reza menggenggam tangan Aimee erat. "Ini gue, Reza."lanjut Reza menangis. "Reza?"ucap Aimee tetap melamun. "Yeah, Reza. Kita sahabatan dari kecil dan kita pacaran Aimee."ucap Reza mencium tangan Aimee.

"Reza we dont have much time."ucap Mia. "Gue pengen lo ikut gue, Aimee. Gue bakal ngebebasin elo dari sini. Oke? Lo harus percaya sama gue."ucap Reza. Reza segera menggendong Aimee lalu keluar bersama Mia juga dan pergi menuju rumah Reza.

***

11:11 PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang