Part 28 "Mom?"

1.2K 53 0
                                    

Sudah hampir seminggu aku berada di sini. Kemoterapi, melamun, CT Scan, makan, melamun, tidur pun jalani seorang diri. Memang tak ada yang menjengukku. Namun aku yakin Reza masih sering datang ke kamarku saat aku tidur dan saat di pagi hari aku belum bangun. Karena setiap hari selalu ada bunga yang berbeda di kamarku dan selalu ada susu rasa pisang yang merupakan favoritku.

Aku diam menatap jendela kamarku. Bahkan aku ingin menjadi burung yang lepas. Ia bisa terbang bebas dan tak perlu merasakan kanker yang kualami. Tak lama, seorang suster memakai masker masuk ke kamarku. Aku sempat menoleh lalu kembali tak acuh sambil terus menatap jendela.

"Suntik vitamin untuk nona Aimee Suherman."kata suster itu. "Tadi pagi bukannya saya sudah suntik ya, sus? Kenapa saya disuntik lagi?"tanyaku tak menoleh. "Ah, ini perintah dokter Farhan."kata suster itu. Aku pun memberikan tangan kiriku dan suster itu bersiap menyuntikku.

"Stop!"teriak suster yang biasa menyuntikku vitamin. Aku menoleh dan melihat Reza, beberapa suster, dokter dan security. Security langsung menarik suster yang menyuntikku. "Ada apa ini?!"ucapku kaget. Reza dan seorang suster mendekat kearahku dan kaget melihat cairan di dalam suntiknya masuk ke infusku.

"Panggil dokter Farhan!"teriak suster yang berada di sampingku. Reza membuka masker dari suster yang menyuntikku dan aku melihat mama. "Mamah?!"ucapku tak percaya. "Papa kamu itu lembek! Gabisa menjadikan kamu pebisnis! Kalo kamu gabisa kerja di bisnis, mending kamu mati!!"teriak mama.

Aku tak mengenalinya lagi. Dulu ia sangat manis denganku. Apa iya dia ibu kandungku? Mengapa ia seperti ini? Mengapa ia tega hendak membunuh anaknya?

Setelah cairan itu masuk ke tubuhku, tubuhku kejang hebat. Jantungku berdegup kencang tak karuan. "Tolong pak bawa dia ke kantor polisi! Nanti saya yang urus!"kata Reza kepada security. Reza langsung beralih ke padaku ia menggenggam tanganku erat. "Suster tolong! Dia sudah kejang-kejang!"teriak Reza ketakutan.

"Oke. Bantu saya mendorong nona Aimee ke UGD."kata suster itu. Suster itu pun melepas alat yang menempel di tubuhku dan mendorongku ke UGD. Aku terus menerus kejang hingga di depan UGD rasanya jantungku berhenti berdetak dan aku tak sadarkan diri.

---
Am i dead now? Pertanyaan itu terngiang-ngiang di otakku. Apakah aku senang jika aku mati? Apakah aku akan menemukan kebahagiaan saat aku mati? Berbagai macam pertanyaan muncul di otakku.

Namun faktanya aku sedang melihat diriku sendiri duduk sendirian di kegelapan. Sunyi senyap tak ada suara yang menemani. Hingga ada satu titik putih cerah menunjukkan kebahagiaan, tawa keluarga kecilku dan mereka mengajakku bergabung.

Namun ada titik lain yang muncul. Titik yang terindah, ya aku bisa bahagia di sana namun aku tak akan bertemu keluarga kecilku lagi. Namun di titik ini, aku tak akan merasakan sakit ataupun kankerku.

Aku bingung haruskah aku mengikuti kebahagiaanku di dunia? Atau aku harus pergi dari dunia? Aku menetapkan pilihanku dengan memilih titik yang membuat kankerku menghilang. Namun, suara-suara itu mengangguku. Seakan tak rela aku pergi. Aku diam mencoba memperjelas suara itu.

"Please dont go.... please, Aimee..... kita bisa berjuang bareng... gue ga bakal ninggalin lo...."

Reza? Maafin gue....

"Aimee please kita baru ketemu. Gue masih pengen ngelakuin banyak hal sama lo!"

Mia? Gue minta maaf..... gue ga sanggup.

"Please wake up.... we need you."

Seketika aku membuka lebar mataku dan kembali bernafas. Mia dan Reza berhamburan mencari dokter ketika melihatku sadar.

Dokter Farhan dan para suster memeriksa keadaanku di kamar dan tidak memperbolehkan Reza dan Mia masuk.

"Ini keajaiban, Aimee. Tadi saya yakin kamu sudah tak bernyawa karena cairan itu. Tapi sekarang kamu sadar dan baik-baik saja."kata dokter Farhan. "Saya ga baik-baik aja, dok. Saya punya kanker."ucapku tak acuh. "Yang terpenting adalah kamu masih bernyawa. Baiklah kami permisi dulu."ucap dokter Farhan.

Reza dan Miapun segera masuk ke kamarku dan melihat keadaanku. Aku memutar tubuhku dan memunggungi mereka. Aku benar-benar tak tau harus berkata apa pada mereka. Apa aku harus senang karena mereka menyeretku ke dunia yang menyedihkan ini? Atau aku harus sedih? Atau aku harus marah karena mereka tak memberitahuku tentang kanker?

"Elo gapapa kan?"tanya Mia menyentuh pundakku. Aku diam tak menjawabnya. "Sorry ya gue ga bilang masalah kanker. Gue takut lo bakal bunuh diri, Aimee. Gue takut lo bakal kayak gini. Tadi lo bikin gue takut banget. Nyokap kita gila emang dan tadi udah diurus sama Jerry. Lo bisa tenang sekarang."kata Mia lembut. "Gue mau pulang dulu ya ngabarin Jerry."kata Mia meninggalkanku dan Reza.

Reza diam tak berkata dan tak bergerak sedikitpun. Aku masih tak acuh dengannya karena aku tak tau harus mengatakan apa. "Maafin gue...."katanya terisak. Aku langsung menoleh ke arahnya dan melihatnya tertunduk lemas dan menangis. Aku langsung duduk dan menariknya lembut ke pelukanku. Ia menangis terus menerus dan membuatku ikut menangis. "Maaf karna gue gabisa jagain lo. Harusnya gue ga telat nangkep nyokap lo."ucapnya.

"Hey its ok. Gue sadar sekarang. Lo ga perlu nyesel. Gue terimakasih sama lo karna lo uda nyelamatin gue."ucapku. Reza hanya diam lalu tenggelam dalam pelukku. Ia mulai sedikit tenang dan aku melepas pelukku lalu menghapus air matanya. "Gue gasuka liat lo nangis."kataku tersenyum padanya.

Ia memegang wajahku dengan kedua tangannya lalu mencium bibirku. Hidungnya terus menyenggol selang di hidungku. Ia menghentikan ciumannya lalu melepas selang itu dan kembali menciumku dan seperti biasa... Adam dengan Mia kali ini mengganggu momen kami.

"Tuh!!! Liat kan?! Masih sempet-sempetnya. Kak Mia, cium gue kak. Cium kaaak."ucap Adam. Mia mendorong kepala Adam, "Jiji banget dah."katanya mendekat ke arahku dan Reza.

Reza pun kembali memasangkan selang di hidungku. "Emang ya, Dam. Lo tuh ganggu momen banget."ejek Mia. "Hey guys! Lima menit lagi jam besuk ya? Lo tau ga sih? Berkat fotonya Reza, banyaaaakkkk maba yang kesini buat jengukin elu."kata Mia. "Fotonya Reza? Foto apaan?"tanyaku.

Mia mengeluarkan hpnya dan menunjukan Reza mengupload fotoku sedang tidur dan ada Reza sedang melihatku dan menggenggam tanganku. Ia menulis caption, "Cancer cant separate us away. Im going to stay by yourside and scared the cancer away."

Aku diam menatap Reza. "Oke. Maksud tatapan lo apa?"tanya Reza. Aku diam dan tiba-tiba menangis. Mia langsung memelukku. "Aaww dont cry baby girl."kata Mia menepuk-nepuk punggungku. "Thank you guys."ucapku berusaha menghapus air mataku.

Satu persatu orang yang tak kukenal masuk ke kamar dan mengucapkan cepat sembuh. Banyak yang memberikanku balon, teddy bear dan bahkan wawar.

Semakin lama semakin sedikit orang yang menjengukku. Mia dan Adam juga pamit karena ada acara. Meninggalkan ku dan Reza. Reza tidur di sampingku dan kami saling tatap meninggalkan diam berbicara.

 Reza tidur di sampingku dan kami saling tatap meninggalkan diam berbicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sorry for late update! Author just got in at college!!

11:11 PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang