Part 27 "Brain Cancer"

1.2K 60 1
                                        

Hari ini tante Diana dan om Malik merencakanan pesta kecil di halaman belakang untukku karena besok akan pulang. Aku kembali berkaca di cermin. Kali ini, Reza memakai sweater putih dan jeans biru muda seperti aku memakai tanktop putih dan jeans biru muda.

 Kali ini, Reza memakai sweater putih dan jeans biru muda seperti aku memakai tanktop putih dan jeans biru muda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reza tiba-tiba memelukku dari belakang. "Makasih ya. Gara-gara elo gue uda agak enakan sekarang."ucapnya mencium rambutku. "Gue cuma ngelakuin apa yang lo lakuin waktu gue sakit. Yuk turun."ajakku.

Kami pun menuju halaman belakang  dan melihat pesta kecil dihadiri Adam, Morgan, Mia, tante Diana, om Malik dan kami! Aku berlari senang sambil menggenggam tangan Reza menghampiri mereka. "Ini dia yang ditunggu-tunggu! Mari kita merayakan hidup Aimee yang bebas!"kata tante Diana. Kami semua tertawa.

Kami bermain games, menebak-nebak kata, kami menari, kami bergurau, kami bernyanyi, kami melakukan hal yang sangat bahagia. Hingga waktunya makan siang, aku pergi membantu tante Diana.

"Aimee mama minta maaf ya kemarin momen kamu digangguin Adam. Tapi tenang, Adam uda mama jewer."kata tante Diana. Aku tertawa kecil. "Ah mama, gapapa kok."ucapku. Kamipun memasak ini dan itu dan Adam bertugas mengantar makanan dari dapur ke halaman belakang.

"Aduh mama lupa! Mama ke sana dulu ya sayang. Nanti makanannya keburu habis!"kata tante Diana berlarian ke halaman belakang. Aku pun membuat minuman untuk semua orang namun setetes darah menetes di salah satu gelas. Aku segera mengambil tisu dan menyumbat hidungku yang mimisan lalu mencuci gelas yang terkena darah.

Aku mulai merasakan pusing yang luar biasa. Namun aku tak mungkin bercerita, karena aku tak ingin merusak hari yang bahagia ini. Aku terus menguatkan diriku agar bertahan. Aku membersihkan hidungku dan mencoba tersenyum menahan sakit luar biasa di kepalaku.

Aku mengangkat nampan berisi minuman menuju halaman belakang dan aku melihat kebersamaan yang tak pernah ku lihat. Kebahagiaan ini terlalu indah untuk ku rusak.

Aku memberikan masing-masing orang satu minuman dan yang terakhir aku memberikannya pada Reza yang sedang duduk di pohon rindang. "You ok? Muka lo pucet banget."tanya Reza. Aku mengangguk lemas dan duduk di sampingnya. Tiba-tiba aku menjatuhkan gelas yang ada di tanganku. "Aimee? Lo kenapa?"tanya Reza. Aku hendak menjawab namun aku terburu tak sadarkan diri.

---
Aku membuka mataku dan lagi-lagi berada di rumah sakit. Namun saat melihat sekeliling, aku melihat punggung Reza dan Mia keluar dari kamarku. Aku tak bisa memanggil mereka karena terlalu lemas.

Aku mengumpulkan energiku dan mencoba ikut keluar namun aku mendengar percakapan yang membuatku diam tak bergerak.

"Kanker otak nona Aimee kembali muncul, ini dikarenakan obat yang ia minum memiliki efek samping yaitu merusak sebagian otaknya dan menyebabkan ia kembali memiliki penyakit ganas ini."

Suara itu..... dokter Farhan... gue.. gue punya kanker otak?!

"Apa kali ini dia ngga bisa dioperasi lagi seperti setahun yang lalu, dok? Tahun lalu operasinya lancar kan?"

Suara, Reza! Operasi tahun lalu itu pengangkatan kanker?!

"Tidak bisa, kali ini terlalu beresiko. Karena kankernya sudah menyebar, nona Aimee terlambat dibawa ke sini. Saya hanya bisa menyarankan agar nona Aimee rajin kemoterapi dan menjaga kondisinya. Saya permisi dulu."

Kanker...... gue punya kanker.......... gue... gue bakal mati.......

Dadaku sangat sakit mendengar aku punya penyakit ganas seperti itu. Rasanya aku ingin mencaci semua orang.

Tak lama, semua orang yang menghadiri pesta kecil masuk ke kamarku ditambah papa dan mama. "Aimee?! Lo uda sadar?!"kata Mia saat melihatku. Seketika semua mengerumuniku untuk melihat kondisiku.

Aku berusaha duduk dibantu dengan Mia. "Semua gue minta keluar kecuali Mia sama Reza."ucapku menahan tangis. Satu persatu orang pun keluar meninggalkan kamarku dan menyisahkan Mia dan Reza.

"Reza."panggilku. "Kenapa lo mesti boong sih? Kenapa lo ngga bilang gue punya kanker? Kenapa lo ga jujur sama gue?!"teriakku. "Gue... gue cuma gamau liat lo sedih karna sakit."jawab Reza. "Elo, Mia..... lo pasti tau tentang kanker gue dari Reza kan? Kenapa lo ga cerita ke gue!!! Kenapa gaada satu pun orang yang kasih tau guee?!! Kenapa gaada yang kasih... tau gue....."ucapku menangis.

"Iya, gue minta maaf cuma Reza ada benernya. Ga seharusnya lo tau, Aimee... kita takut lo bakal bunuh diri, kita tau banget depresi lo gimana. Jadi kita gamau ngasih tau."jelas Mia. "Bullsh*t!! Kalo udah tau gini, gue jadi lebih pengen mati sekarang. Coba kalo kalian ngomong tentang kanker, gue gabakal minun pil anti depresi gue!"teriakku menangis.

Reza tiba-tiba memelukku erat, "Kita minta maaf oke? Gue sama Mia takut kalo lo tau lo bakal kayak gini."ucap Reza. Aku melepas kasar pelukan Reza. "Kayak gimana maksud lo? Gue tau gue punya kanker Reza. Reaksi yang kayak gimana yang lo mau???!"kataku kesal.

Aku menutup mataku dan menarik nafas dalam. "Leave. Pastiin gaada orang yang jenguk atau masuk kamar ini selain suster atau dokter."ucapku. "Tapi Aimee--" "Keluar!!!"teriakku terus menutup mata. Aku mendengar langkah kaki keluar dari kamarku dan pintu yang tertutup. Aku mendekap kedua lututku dan menangis sederas-derasnya.

Gue baru aja bebas dari tekanan papa. Gue baru aja bertemu sodara kembar gue. Gue baru aja nemuin kebahagiaan yang gak  gue kira. Gue...... gue baru ngerasain hidup yang sebenernya.... kenapa gue harus tenggelam lagi....

11:11 PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang