Part 26 "Accept"

1.2K 58 0
                                    

Author point of view

Jerry memikirkan perkataan Mia. Mia memang ada benarnya, ia tak seharusnya memperlakukan anaknya seperti itu. Jerry memang terlalu egois, ia kini menyadari kesalahannya dan ia menanyakan Mike dimana Aimee juga meminta nomor telfon Reza. Jerry pun menghubungi Reza dan seketika diangkat.

"Reza speaking!"ucap Reza.

"Reza, saya Jerry ayah Aimee."

Mendengar itu, Reza pun diam sejenak. "Ada apa om?"tanya Reza.

"Apa Aimee ada di rumahmu? Dia baik-baik saja?"tanya Jerry.

"Iya, dia lagi sarapan om. Dia sudah agak baikan. Sekarang lagi demam sedikit."jelas Reza.

"Apa bisa om ke sana sekarang? Om ingin berbicara sesuatu dengan Aimee."

Reza diam memikirkan perkataan Jerry. "Om janji ngga akan nyakitin Aimee lagi, om cuma pengen ngobrol. Om akan berangkat sekarang."kata Jerry mematikan telfonnya.

Reza pun turun menemui Aimee dan memberitahu percakapannya dengan Jerry. "Gue gamau! Reza gue gamau!"bentak Aimee. "Hey, gimana kalo emang bokap lo nyesel buat semuanya? Lo mesti ngasih kesempatan kedua Aimee. Gue bakal nemenin elo kok."katanya meyakinkan Aimee. Aimee pun pasrah dan mengangguk.

***
Aimee point of view

Aku menggenggam tangan Reza erat saat melangkah keluar dari rumahnya. Aku melihat mobil van hitam ada di depan rumahnya. Pak Yadi membukakan pintu belakang dan terlihatlah papa. Aku masuk ke mobil itu namun Reza tak boleh masuk. "Oke. Gue tungguin di luar ya."kata Reza menutup pintu mobil vannya.

Aku gemetar hebat duduk di samping papa meskipun berjarak cukup jauh. "Maafin papa, Aimee."ucap papa sedih. Aku diam tak bisa berbicara apa-apa. "Papa memang egois. Ngga seharusnya papa maksa kamu. Papa hanya takut kalo papa sama mama ngga ada, siapa yang meneruskan perusahaan?"jelas papa.

"Aimee bisa, pah. Cuma buat sekarang, Aimee cuma pengen ngelukis."jelasku. "Iyah, papa bisa liat sekarang. Kali ini papa bebasin kamu mau ambil jurusan apa. Entah lukis, entah musik, yang penting kamu kembali pulang ya."kata papa menggenggam tanganku.

Aku langsung memeluk papa, "Aimee pasti pulang, pah. Maafin Aimee ya, pah." Tak ku sangka papa menangis lalu membalas pelukanku erat, "Maafin papah juga, Aimee."kata papa mengusap rambutku.

Setelah percakapan kami berakhir, aku berjanji akan pulang dua hari lagi dan papa tak apa. Aku pun keluar dari van dengan senyum bahagia lalu kembali masuk ke rumah dengan Reza. "Gimana? Bener kan kata gue bokap lo beneran nyesel?"tanya Reza. "Iyap bener. Aahhh legaaaa."ucapku duduk di sofa.

Reza pun menyusul dengan merebahkan kepalanya di pangkuanku. "Aww!! Rambut lo berduri!"ucapku. "Enak aja. Ini rambut terhalus yang pernah ada."ucapnya tertawa. "Eh btw, bokap lo tadi ngebolehin kita pacaran ga sih?"tanya Reza. "Ngga tau deh. Mungkin ngga."ucapku asal. "Ih lo ga bilang gitu kalo--" Belum selesai ia bicara aku langsung mencium bibirnya hingga membuatnya duduk.

"YA AMPUN!!!"teriak Adam di pintu. Kamipun langsung melepas ciuman kami, "Ah elo emang biang perusak."ucap Reza kesal. Adam berlari ke arahku. "Kak Aimee gue juga mau dong. Percaya ga sih gue belum ngerasain first kiss? Cium gue juga kak."kata Adam bersimpuh di depanku. "Heh! Enak aja! Makanya cari cewek sono ah."kata Reza mendorong Adam.

"Gue nih ya udah niat banget nembak kak Mia, ehhhh si Morgan yang dapet. Sebel gue."katanya cemberut. "Kenapa lo ga sama si Sasa, panitia ospek itu."ajakku. "Ngga ah. Terlalu lebaaayyyyy."ucapnya mencibir. "Ah banyak aturan lo. Yuk pindah."kata Reza menarik tanganku.

"Yah gue ditinggalin lagi! Bang, ini masalah first kiss gue gimaneee??!!"teriak Adam. "Bodo amaaaatttt!"teriak Reza masuk ke kamarnya lalu menguncinya. "Hahahahaha kasian adek lo belum dapet first kiss."ucapku duduk di tepi ranjang Reza.

"Ah dia mah kagak pernah berani ama ceweknya. Kadang ceweknya yang mau nyium duluan, dia kabur."kata Reza duduk di sebelahku. "Btw siapa first kiss lo?"tanyaku. "Elo. Kalo lo siapa?"tanya Reza.

"Boong banget kalo gue first kiss lo."godaku. "Ih beneran tau. Ayodong siapa first kiss lo?"tanya Reza. "Elo. Lagian pas sama Alvin gue ama dia masi polos-polosnya, jadi ga pernah ciuman. Sama Morgan, ih males gue nyium dia. Sama lo deh."kataku.

Reza tertawa lalu memegang wajahku dengan kedua tangannya lalu menatapku lembut. Lalu ia menempelkan bibirnya lembut ke bibirku dan aku membalasnya. Kami saling berpagutan hingga entah bagaimana aku dan Reza sudah tak mengenakan sehelai pakaian. Aku berbaring di ranjangnya dan terus menciumnya. "Stoopp.... Za, gue masih virgin."ucapku. "Okehhh gueh pelan-pelan."kata Reza kembali menciumku. (And you know what happen lah)

Seusai itu kami saling membersihkan diri dan Reza terlihat tak sehat. "Za, keringet lo banyak banget. Lo kepanasan?"tanyaku memegang dahinya. "Ngga kok. Gue gapapa."ucapnya. Namun wajahnya pucat. "Za, ini sih elo ketularan demam gue. Bentar ya gue ambilin kompres."kataku hendak pergi. "Eh eh pake baju dulu baru pergi."katanya menarikku. "Iyalaaahh lu kira gue gila."godaku.

Aku pun turun dan menyiapkan kompres untuk Reza. "Aimee. Lo ngapain?"tanya Mia yang sedang nonton TV dengan Adam. "Reza demam jadi gue ambilin kompres."ucapku hendak kembali ke kamarnya. "Reza sehat-sehat aja tadi. Yang sakit kan elo. Waaahhhh ada yang gue gatau nih."goda Mia.

"Ih tadi mereka ciuman di sofa ini, kak. Untung gue stop."kata Adam. "Ah elo! Biarin aja kali mereka ciuman!"ucap Mia membelaku. "Lu ga kasian ama gue, kak? Gue belom dapet first kiss neh!"ucap Adam kesal. "Btw ini makanan elo yang buat?"tanyaku saat melihat berbagai macam makanan rumah. "Iyeee. Makan tuh sekalian buat Reza."kata Mia. Mereka pun melanjutkan pertengkaran, aku pun kembali ke kamar Reza.

Sesampai di kamar Reza aku melihatnya mengganti seprai tempat tidurnya dengan lemas. Aku meletakkan makanan dan segala macam barang yang kubawa di meja dan menghentikannya. "Stop. Lo tuh lagi sakit jangan gantiin seprai. Gue aja."kataku mengambil alih pekerjaannya.

Ia memelukku dari belakang dan aku bisa merasakan tubuhnya yang panas. "Makasih uda mau ngelakuinnya sama gue. Mulai sekarang gue gabakal ninggalin lo atau nyakitin elo."ucap Reza pelan. "Berarti sebelum tadi lo ada niat ninggalin gue atau nyakitin gue?"godaku. Ia pun tertawa kecil.

Aku membantunya berbaring di tempat tidurnya dan menyuapnya makanan Mia juga membantunya minum obat. Aku mengompres kepalanya dan terkadang ke lehernya hingga ia tertidur.

11:11 PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang