2

122 16 0
                                    

Tidak bisa dibayangkan. Jin Hee bertemu dengan idolanya dengan cara seperti ini. Mimpi terasa berlanjut terus. Jin Hee tidak ingin bangun dari mimpi menyenangkan seperti ini.

Jin Hee mendekat masuk ke dalam dengan membawa pesanan dikedua tangannya. Pandangannya tidak lepas dari ketujuh pria tampan yang sedang dipotret. Orang-orang di ruangan itu sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Jin Hee merasa bingung, bagaimana dengan pesanan yang ada di tangannya saat ini. Apa yang harus Jin Hee lakukan dengan pesanan itu. Jin Hee memutuskan untuk diam sambil menatap ketujuh pria tampan sepuas-puasnya. Tidak peduli dengan apa yang akan terjadi dengan dirinya nanti bila kembali ke kafe.

Setelah selesai memotret, ketujuh pria tampan itu kembali duduk dan menunggu untuk pemotretan selanjutnya.

Sudah dua puluh menit pesanan di tangan Jin Hee. Tidak tahu apa yang harus ia lakukan dengan pesanan tersebut.

"Pesanannya apa sudah datang?" Tanya seseorang yang berdiri di samping ketujuh pria tampan. Orang itu adalah seorang manager dari ketujuh pria tampan.

Setelah mendengar teriakan yang menggelegar, Jin Hee bergegas menghampiri asal suara. Detak jantung Jin Hee kembali berdetak sangat cepat, bertambah cepat dari yang tadi. Akankah rasa sakit itu muncul di saat seperti ini? Jin Hee tidak ingin di saat menyenangkan seperti ini terjadi hal yang tidak diinginkan. "Ini pesanannya."

"Mengapa baru datang sekarang?  Bukankah sudah diberitahu, bahwa pesanan itu harus datang sepuluh menit setelah dipesan. Apa saja yang kau lakukan selama bekerja?" Manager itu tak henti-hentinya memarahi Jin Hee. Mungkin akan terus berlanjut bila pria yang duduk di sampingnya tidak menghentikan sang manager, B.I.

Jin Hee hanya bisa tertunduk diam. Jujur saja Jin Hee sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Apa saja yang dilakukan selalu salah di mata siapapun. Kata yang selalu keluar dari mulut Jin Hee adalah 'maaf' , 'terima kasih' , 'saya akan melakukan sebisa mungkin' dan kata-kata lainnya yang selalu membuatnya terus dimarahi. Jin Hee adalah gadis yang lemah. Jin Hee tidak pernah bisa dan sanggup melawan orang. Yang ia bisa hanyalah menerima apa yang orang lain katakan dan perbuat.

"Maaf... kalau begitu saya permisi." Kata Jin Hee sambil menunduk kemudian pergi meninggalkan tempat itu. Tempat itu sepertinya tidak pantas bagi Jin Hee. Ia seperti dipermalukan di depan idolanya.

Jin Hee menekan tombol lift dan menunggu lift tiba di lantai tujuh belas, tempat dirinya berada saat ini. Jin Hee bisa menerima semua perlakuan manager tadi. Ia sudah terbiasa dengan semua itu.

"Nona." Panggil seorang pria dari ketujuh pria tampan tadi.

Jin Hee terkejut dengan pria itu yang menghampirinya. Ia sempat tidak percaya bahwa panggilan nona itu adalah untuknya. "Saya?" Tanya Jin Hee sambil melihat sekelilingnya. Siapa tau panggilan nona yang keluar dari mulit pria itu bukanlah untuknya, melainkan untuk orang lain yang di sekelilingnya. Tetapi di sekelilingnya saat ini tidak ada orang.

"Iya, kau. Tidak ada siapa-siapa lagi di sini selain dirimu." Jawab pria itu dengan senyum penuh pesona.

"Iya, ada apa?" Jin Hee menunduk tersipu malu dengan seyuman itu. Senyuman yang sangat membuat para gadis tersipu malu, termasuk dirinya.

"Kau pasti mengenaliku bukan?"

"Tentu saja... B.I... Kim Han Bin." Jin Hee benar-benar merasa seperti terbang ke udara. Pertama kali Jin Hee berbicara dengan idolanya. Rasa bahagia tidak bisa disembunyikan dari raut wajah Jin Hee. Meskipun ia merasa pasti mendapat omelan dari atasan, tapi itu tidak masalah. Omelan apapun tidak mempan dengan senyuman itu.

"Aku senang mendengarnya." Jawab B.I sambil tertawa kecil. "Ini bayaran pesanan tadi." Kata B.I sambil memberikan uang yang ada pada tangannya. Jin Hee terlihat sangat senang dan mengambil uang itu dengan kedua tangannya dan kembali tertunduk sambil sesekali melihat idola di hadapannya. Rasanya sangat senang bisa berbicara secara langsung dan berdekatan dengan sang idola, meskipun tidak menyentuhnya. "Dan juga maaf atas sikap managerku. Dia hari ini sedikit lelah sehingga bisa berkata seperti itu. Tapi biasanya dia tidak segalak itu. Jadi maklumi saja. Sekali lagi aku minta maaf dan terima kasih." Kata B.I kemudian kembali masuk ke dalam ruangan.

Just Another BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang