25

40 11 0
                                    

Pagi hari yang cerah bagi warga negara yang tinggal di kota-kota besar merupakan suatu halangan bagi mereka semua. Mereka tidak hanya harus bangun dan bersiap-siap untuk bekerja. Namun, mereka juga harus mempersiapkan dirinya untuk memulai hari yang baru. Hal itulah yang dirasakan Jin Hee. Gadis yang dikabarkan meninggal tujuh tahun silam. Namun, karena suatu keajaiban, ia diberikan kesempatan hidup sekali lagi.

"Ayo Jin Hee semangat! Semangat!" Kata Jin Hee sambil berjalan memasuki lobby apartement untuk memulai pekerjaan barunya di Seoul setelah sekian lama berada di luar negeri.

Ia berjalan memasuki lobby dan langsung menuju lift di ujung sana. Ia menekan tombol angka dua puluh tiga di samping pintu lift. Ia sempat gugup karena ini adalah pekerjaan barunya dengan tawaran gaji yang lumayan tinggi. Padahal, dulu ia hanyalah seorang gadis miskin yang beruntung dan terkadang harga dirinya selalu diinjak-injak oleh orang-orang.

Ia menunggu hingga sebuah suara membuat jantungnya bertambah gugup.

Ting....

Suara itu bertanda bahwa Jin Hee harus segera meninggalkan lift. Ia berjalan keluar dan mulai mencari nomor 2317 yang tertera pada pintu.

Tap... tap... tap...

Ia menemukannya. 2317, itulah yang tertera pada pintu. Design pintu apartement-nya pun berbeda dari yang lainnya. Pintu itu terlihat begitu elite. Awalnya Jin Hee merasakan sesuatu. Seperti deja vu? Tapi Jin Hee tidak peduli tentang apapun karena ia menganggap masa lalu hanyalah masa lalu. Tidak ada yang spesial dari masa lalu yang perlu diungkit lagi. Ia hanya ingin memulai lembaran baru dalam hidupnya.

Ting tong...

Bunyi bel apartement itu. Tidak ada tanggapan apapun dari sang pemilik apartement. Jin Hee mengurungkan niatnya untuk menekan tombol bel sekali lagi. Terlintas sebuah perkataan dari orang yang memberikan Jin Hee pekerjaan itu bahwa orang-orang yang harus Jin Hee atur adalah orang-orang malas dan sangat tidak peduli dengan sekitarnya.

Bos Jin Hee memberikan kartu akses kepada Jin Hee agar ia dapat masuk ke dalam apartement dikarenakan sang pemilik rumah masih belum bangun pada jam sepagi itu. Jin Hee mengambil kartu akses itu dari dompetnya dan menempelkannya di atas gagang pintu yang juga terdapat deretan angka untuk menekan sandi apartement itu.

Jin Hee masuk ke dalam dan tatapannya langsung menatap ke sekitarnya. Ruangan yang amat sangat berantakan, tidak teratur, banyak sampah di manapun, serta baju kotor yang dilempar asal. Jin Hee mengerutkan keningnya melihat pandangan tidak mengenakan seperti itu. Ia benar-benar penasaran dengan sang pemilik apartement. Siapa sebenarnya yang harus ia urus dengan ketat dan terorganisir semua jadwalnya. Apalagi, bos mereka berani menggaji Jin Hee dengan harga yang tinggi.

Jin Hee berjalan melompati barang tidak penting yang menghalang langkahnya. Ia berjalan menuju meja di ruang tamu yang diatasnya terdapat banyak sisa snack yang dibiarkan terbuka lebar serta gelas-gelas dan beberapa kaleng bir.

Ia benar-benar tidak habis pikir. Sebenarnya seberapa malas orang yang harus diatur Jin Hee hingga untuk membuang sampah saja ia enggan. Ia berjalan menghampiri dapur. Keadaan pun sama, sama-sama berantakan. Ia menelusuri setiap tempat di apartement kecuali pintu yang ia yakini sebegai kamar tidur.

Cklek...

Suara pintu terbuka. Ia memutar tubuhnya menghadap orang yang membuka pintu itu. B.I, orang itu adalah B.I. Jin Hee masih ingat dengan jelas bagaimana mereka berdua bersama-sama dulu.

Just Another BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang