8

73 12 3
                                    

Hari sudah sore. Chanwoo dan juga Jin Hee menghabiskan waktu mereka di dalam mobil mengikuti B.I. Sampai saat ini mereka juga masih belum mengetahui mengapa B.I bisa sampai di luar kota tepatnya di puncak gunung. Jalan bebatuan membuat mobil Chanwoo menari tidak karuan. Mobil B.I berhenti di sebuah pedesaan yang ramai akan orang-orang dan kamera serta kabel di mana-mana, tak lupa dengan pencahayaan yang menerangi tempat itu. Itu adalah tempat syuting So Hyun.

Sebegitu besarnya rasa suka B.I terhadap So Hyun hingga menyusulnya ke tempat yang jauh dari tempat tinggalnya dan butuh waktu lama untuk sampai di tempat ini.

"Sudah sampai?" Jin Hee tersadar dari tidurnya saat mesin mobil telah dimatikan.

"Iya. Turunlah." Chanwoo melepas Seatbelt dan turun dari mobilnya.

"Di mana B.I?"

"Mungkin di sana." Chanwoo menunjuk deretan mobil yang berada di seberangnya. "Aku sengaja memarkir mobilku di sini supaya tidak ada yang mengetahui bahwa kita berada di sini." Tempat Chanwoo sekarang sangatlah jauh dari keramaian di seberang sana. Mereka hanya melihat beberapa bangunan rumah dari kayu, deretan mobil di sebelahnya, dan juga orang-orang beserta alat-alat syuting.

"Begitu ya? Lalu sampai kapan kita akan berdiri mengumpat seperti ini?" Jin Hee yang berdiri tepat di belakang Chanwoo di samping bebatuan yang sangat besar sudah mulai merasa lelah. Bagaimana tidak lelah? Mereka berdiri di atas batu yang lumayan tinggi yang tidak terlalu lebar. Lebarnya masih bisa untuk dua orang berdiri, akan tetapi ruang geraknya hanya sedikit. Jika sedikit bergerak melewati batas saja akan jatuh.

"Tunggulah sebentar. Saat mereka sudah selesai syuting untuk scene di luar sana, barulah kita diam-diam masuk." Jawab Chanwoo tanpa membalikkan badannya.

Beberapa saat kemudian, Jin Hee bertanya kepada Chanwoo mengenai hal yang sama. Jin Hee menyentuh pundak Chanwoo dengan telunjuknya. "Apa kita sudah bisa ke sana?"

"Belum. Sebentar lagi." Jawab Chanwoo tanpa memutar badannya.

Jin Hee menghela napas panjang. Hal ini tentu dapat melatih kesabaran Jin Hee. Sudah kurang lebih setengah jam Jin Hee berdiri di belakang Chanwoo tanpa melakukan aktivitas apapun selain bersandar pada batuan besar di sampingnya dan menatap jari-jari tangan dan kakinya yang ia ayunkan.

Jin Hee mencoba menyentuh pundak Chanwoo lagi. Dalam sekerjap Chanwoo menepis tangan yang menyentuhnya.

"Ah..." Jin Hee berteriak karena terkejut. Jin Hee yang berdiri di belakang Chanwoo terjatuh ke belakang. Chanwoo yang mendengar teriakannya dengan reflek memutar tubuhnya dan berusaha menolongnya. Chanwoo meraih tangan kanan Jin Hee dan berusaha menahannya agar tidak jatuh. Pada akhirnya tangan kanan Chanwoo memegang pinggang Jin Hee dan tangan kirinya memegang tangan kanan Jin Hee. Tujuan awalnya yang hanya sekedar menolongnya menjadi memeluknya dan akhirnya keduanya jatuh ke tanah bersama dalam keadaan Jin Hee dipeluk erat Chanwoo.

Beruntung batuan itu tidak terlalu tinggi, hanya sekitar satu setengah meter saja sehingga tidak terlalu membahayakan.

Chanwoo memeluknya dengan erat. Salah satu tangan Chanwoo melindungi kepala Jin Hee dan tangan satunya lagi melingkar di pinggangnya.

Chanwoo perlahan-lahan merenggangkan pelukannya dan membiarkan Jin Hee menjauh darinya.

Jin Hee bangkit berdiri dan menepuk-nepuk pakaiannya dari debu tanah yang menempel di bajunya, begitupun dengan Chanwoo. Setelah menepuk-nepuk bajunya, walaupun tidak benar-benar bersih, Chanwoo memerhatikan gadis di hadapannya yang sedang sibuk menepuk-nepuk bajunya. Jin Hee sama sekali tidak menyadari bahwa sikunya terluka akibat jatuh tadi.

Just Another BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang