Ceklek...
Brugh... Jin Hee menjatuhkan semua barang yang dibawanya dan menutup mulutnya reflek melihat semua barang berserahkan di sekitarnya. Pandangannya benar-benar langsung tertuju pada si pemilik rumah yang secara tiba-tiba membuka pintu tanpa berperasaan dan mengejutkan Jin Hee. Yang lebih mengejutkan lagi hingga membuat Jin Hee berteriak sekali lagi adalah saat si pemilik rumah membukakan pintunya dalam keadaan sehabis mandi dan belum memakai baju hanya dibalut dengan handuk di bagian pinggang hingga lutut. Keduanya saling bertatapan hingga beberapa saat.
"Sedang apa kau di sini?" Tanya B.I menyudahi tatapan saling mengintimidasi dari keduanya.
"Kau sendiri sedang apa?" Sahut Jin Hee kemudian mengambil kotak-kotak yang berserahkan di sekitarnya.
"Ini apartementku. Apa kau tidak bosan terus menerus mengikutiku selama ini?" Tanya B.I mengerutkan keningnya.
"Apa katamu? Aku hanya mengantar pesanan dan tidak ada niatan untuk mengikutimu. Aku juga tidak mengetahui bahwa ini adalah apartementmu." Jawab Jin Hee dengan kesal mendapatkan tatapan tidak santai dari pria di hadapannya.
"Aku tidak memesan apa pun dari tempat kerjamu. Jadi pergilah." Kata B.I tanpa menunggu jawaban dari Jin Hee dan langsung menutup pintu.
Jin Hee tidak habis pikir bahwa B.I akan berubah seratus delapan puluh derajat hingga seperti ini. "Kau benar-benar seperti ular yang sangat licik. Lihat saja aku akan memberimu pelajaran." Gumam Jin Hee sambil meletakkan semua kotak-kotak yang dibereskanya tadi lalu merogoh kantong celananya untuk mengambil ponsel. Jin Hee mencari nama B.I di kontak telepon kemudian Jin Hee menekan warna hijau pada layar lalu menempelkannya di telinga.
"Halo?"
"Hei! Setidaknya kau membayar pesananmu sebelum berbuat seperti tadi!!!" Kata Jin Hee sambil sedikit berteriak.
"Sudah kubilang bahwa aku tidak memesan apa pun. Jika kau datang ke sini dengan alasan untuk mengantar pesanan, itu tidak Akan berpengaruh bagiku, karena banyak orang di luaran sana yang sepertimu. Yang datang hanya untuk bertemu denganku tapi dengan alasan yang beragam macamnya. Jadi pergilah!!!" Kata B.I dalam telepon kemudian memutuskan sambungan.
Setelah terdengar suara pemutusan sambungan, Jin Hee mencoba meneleponnya sekali lagi tetapi alhasil, orang itu sama sekali menolak telepon darinya, justru ia malah mematikan ponselnya.
"Mengapa di dunia ini hidup orang seperti dia?" Gumam Jin Hee tanpa henti. Ia berjalan kembali dan memutuskan menaruh kotak pesanan tadi di depan pintu apartementnya. Untuk soal uang bayarannya, ia memutuskan untuk menalanginya terlebih dahulu. Lagi-lagi ia harus mengeluarkan uangnya untuk hal yang tidak penting. Padahal rencananya uang itu ingin ia gunakan untuk berobat nanti jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
***
Kring...
Suara bel pintu kafe tempat Jin Hee bekerja berbunyi, menandakan ada orang yang masuk.
"Selamat datang." Sambut Bora sambil menunduk.
Rupanya Bora belum mengetahui siapa sebenarnya pria dengan penyamaran itu. Bora dengan polosnya melayani pria itu.
"Sepertinya aku tidak melihat pelayan yang biasanya. Ke mana dia?" Tanya Chanwoo sambil melihat sekeliling kafe.
"Oh Jin Hee? Dia hari ini sedang tidak enak badan, makanya dia diizinkan pulang. Kenapa? Ada yang bisa kubantu?" Tanya Bora.
"Oh. Gadis itu sedang sakit. Sakit apa? bagaimana bisa?" Tanya Chanwoo panik.
"Dia hanya kurang bersemangat hari ini. Sepertinya ia terkena demam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Another Boy
Fanfiction"Aku ingin sekali bertemu dengannya untuk yang terakhir kali dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya." Kata seorang gadis bernama Park Jin Hee. "Akankah aku bertemu dengan teman masa kecilku lagi? Aku merindukannya. Aku juga belum sempat menya...