4 (Night for The Bridegroom)

5K 347 12
                                    

Malam itu setelah selesai acara di rumah Hanum mereka semua seperti yang telah direncanakan beranjak menuju ke alun-alun kota. Menikmati indahnya malam kota Jogja. Hanum bersama Iki, Rara, dan Reza berada di satu mobil yang sama menyusul rombongan Ajeng yang sudah lebih dulu pergi.

Mereka memilih untuk berjalan kaki dan memarkir mobil mereka agak jauh untuk menikmati malam minggu ini. Mereka melakukan beberapa kegiatan seru seperti melakukan wisata kuliner tengah malam, masangin, naik becak lampu, ikut berjoget ria di sebuah café yang menyediakan band, dan lomba adu cepat menghabiskan kopi.

Buat Iki hal-hal seperti ini adalah baru, ia biasanya menjalani kehidupan yang lurus-lurus saja. Tapi malam itu, bersama pacar dan teman-teman pacarnya yang super gokil, pria itu melihat sendiri kegilaan wanitanya. Terutama saat berjoget ria di sebuah café. Bahkan pria tersebut mengikuti tradisi kegilaan Hanum dan kawan-kawan.

***

Ajeng baru saja menyewa dua buah penutup mata untuk dirinya dan Adli. Mereka berencana untuk melakukan masangin lagi. Setelah beberapa kali mereka melakukannya dan selalu gagal, kali ini mereka akan mencobanya dengan bersama-sama.

Masangin adalah permainan mistis dimana dengan mata tertutup seseorang akan berjalan melewati dua pohon beringin yang bersebrangan. Permainan ini dikatakan mistis karena tidak semua orang bisa melewatinya, kadang dengan sendirinya beberapa orang berbelok arah dan tidak bisa melewatinya. Konon, seseorang yang bisa melewati kedua pohon beringin ini permintaannya akan terkabul. Terhitung sebelas kali Ajeng dan Adli melakukannya, tidak satu pun yang berhasil. Terakhir kali bahkan Adli menabrak pagar yang membatasi pohon beringin tersebut dan alhasil membuat Ajeng tidak berhenti mentertawakannya selama seminggu.

Oleh karena itu, di kali ke dua belas ini mereka memutuskan untuk maju terakhiran setelah teman-temannya yang lain berhasil melewati pohon-pohon tersebut.

"Oke, jadi begini rencananya, kamu pegang tangan ku dan aku pegang tangan mu. Nanti kamu jaga di sebelah kiri aku bakal jaga di sebelah kanan. Kalau-kalau misalnya kita nabrak lagi," ujar Ajeng setelah mereka menutup mata.

"Just follow your heart, that's the real path. Okay? Stop all your logic only for now," jawab Adli sambil menggenggam kedua tengan sahabatnya itu. Ajeng hanya mengangguk, meskipun ia tau saat ini Adli tidak bisa melihatnya.

Ajeng dan Adli mulai bergandengan berjalan dengan keadaan mata tertutup. Pelan-pelan Ajeng mencoba meraba-raba di sekitar kanannya. Namun, gadis itu tidak menyentuh apapun. Itu artinya mereka tidak akan menabrak kan?

Ajeng mencoba mengikuti kata hatinya dan membiarkan kakinya melangkah mengikuti genggaman tangan Adli. Ajeng tidak mau kali ke dua belas ini mereka gagal. Ajeng mencoba merilekskan pikirannya dan mulai mendengarkan apa yang diucapkan oleh hatinya. Sambil terus mengucapkan keinginannya, Ajeng terus melangkah pelan-pelan dan hati-hati. Bersama Adli yang menuntunnya di sampingnya.

Dalam hati Ajeng mencoba merapalkan impiannya.

Semoga, usaha yang ke dua belas ini berhasil. Semoga juga bisa cepet-cepet ketemu cowok kece yang bisa dijadiin groomsman. yah, kalau bisa yang ganteng terus mukanya jawa banget biar keren gitu ntar pake baju beskap bisa Mendalami karakter. Semoga baju buat jadi bridesmaid nanti jadinya bagus setelah dijahit, semoga juga make up di acara nikahan nanti bikin gue jadi cantik. Ah iya, kalau bisa groomsmannya yang tinggian dikit gue punya rencana pakai heels 10cm. Semoga juga dalam waktu dekat gue menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang nggak bisa bikin gue bosen dan bakal gue sayang terus. Dan semoga Adli nggak nabrak apa-apa lagi.

Ajeng terus berjalan pelan-pelan hingga ia merasa menginjak sesuatu dan tangan kanannya menyentuh sesuatu. Eh? Rambut?

***

The BridesmaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang