6 (You Redesigned My Heart)

4.5K 277 12
                                    

Jam digital yang berada di mobil Ajeng masih menunjukkan pukul 07.00 AM, namun gadis itu sudah berada di balik setir mobil. Mobilnya melaju di jalanan kota Solo pagi itu. Wangi tumis kangkung menguar dari kursi penumpang di sampingnya. Telah tersusun dua kotak makan berisi roti isi selai nanas dan waffle dengan saus blueberry serta kotak lainnya berisi nasi, fillet ikan, dan tumis kangkung.

Ajeng sendiri yang membuatnya dan rela bangun lebih pagi untuk menyiapkannya. Kini pagi-pagi ia berangkat ke kantornya untuk tiba lebih dulu daripada Farhan. Semuanya dilakukan Ajeng untuk meminta maaf kepada Farhan atas sikapnya beberapa hari lalu. Setelah mendengar beberapa saran dari Adli, Ajeng mulai berpikir bahwa tidak ada salahnya jika ia mulai membuka hatinya untuk Farhan.

Ajeng tau mungkin jika ia membuka hatinya lagi, hatinya bisa kembali sakit. Ada kemungkinan bahwa Farhan pun bisa membuatnya menangis. Tapi, mungkin dengan begitu Ajeng bisa lebih baik lagi.

Ajeng menghembuskan nafasnya dengan berat.

Mobilnya kini sudah berada di halaman parkir sebuah ruko. Ruko dimana terdapat kantor perusahaan konstruksi milik Farhan sekaligus tempat dimana Ajeng bekerja. Ajeng turun dari mobilnya dan membawa kotak makanan berwarna biru itu bersamanya.

Satpam yang berjaga di depan ruko tersebut memberikan senyuman kepada Ajeng.

"Tumben mbak dateng pagi, lebih feminim juga hari ini," ujar pria paruh baya yang bernama Ageng itu.

"Hehe sekali kali gak papa kali pak saya datang pagi terus pake rok gini, siapa tau ntar ada yang naksir," jawab Ajeng sembarangan disusul tawa kecilnya.

"Mbak Ajeng mah banyak yang naksir kali," jawab Pak Ageng sambil tersenyum. Ajeng hanya tersenyum malu-malu lalu beranjak masuk ke dalam kantornya.

Pagi itu Ajeng mengenakan rok span berbahan kaus berwarna hitam dengan atasan tank top putih yang ditambah dengan luaran kemeja kotak-kotak berwarna pink-hitam yang dibiarkan terbuka. Rambutnya yang biasa ia kuncir kuda kini ia biarkan tergerai dengan dihiasi sebuah bandana kain berwarna hitam senada.

Di lantai satu belum ada siapa-siapa hanya beberapa pegawai wanita yang sedang berdandan. Di lantai dua tempat ruangan Farhan berada pun masih kosong. Hanya ada Agil, Planer yang bekerja di perusahaan Farhan. Agil juga sahabat dekat Farhan. Oleh karena itu, Farhan yang perfeksionis lebih memilih Agil sebagai planner di setiap proyek lanskapnya. Karena, selera dan pola pikir mereka yang hampir sama. Agil juga sebenarnya satu kampus dengan Ajeng saat dulu kuliah bersama di Semarang.

Lantai dua ruko tersebut sedikit berbeda dari ruangan di lantai satu. Jika di lantai satu hanya terdapat sekat-sekat biasa seperti kantor pada umumnya, lantai dua yang dihuni oleh dua arsitek, satu planner, satu desainer interior, dan satu kontraktor itu benar-benar artistik! Perusahaan konstruksi ini secara teknis memang milik Farhan. Namun, semuanya dibantu oleh lima orang yang dekat dengan Farhan sejak kuliah. Mulai dari proyek kecil-kecilan sampai proyek besar yang kini mereka tangani saat ini. Lantai dua tersebut dihias oleh Ferdy, sang desainer interior saat pertama kali Farhan membeli ruko tersebut dan menunjukkan tempat dimana mereka akan memulai proyek mereka. Ferdy yang super kreatif mengubah lantai tersebut menjadi kantor paling kece yang pernah Ajeng datangi. Ferdy membagi tiap ruangan dengan kaca-kaca transparan yang dihias masing-masing dengan tema yang telah dipilih oleh dirinya sendiri, Ajeng si arsitek rumah, Ricky si arsitek gedung, Agil si planner, dan Farhan si kontraktor. Di setiap bilik terdapat sebuah graffiti di kaca bagian depannya bertuliskan nama dan tugas mereka. Kelima bilik tersebut dibuat berjejer menghadap ke sebuah ruangan lepas di depannya yang terdapat sebuah sofa dengan warna merah menyala, kursi malas dengan warna hijau mint, dan tv yang digantung di atas dengan dihias sebuah hiasan berbentuk ranting pohon.

The BridesmaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang