Rintik hujan yang deras mengguyur kota Surabaya pagi itu. Setelah hampir setengah tahun mengalami musim paceklik, ibu kota provinsi Jawa Timur itu pun akhirnya turun hujan. Anomali iklim El-Nino tengah melanda Indonesia. Beberapa bulan sebelumnya bahkan terjadi bencana nasional berupa asap dan kabut yang menyelimuti beberapa daerah.
Pagi itu, Vero masih bergelut di atas kasurnya. Gadis itu memilih untuk kembali tidur setelah subuh tadi melaksanakan ibadah rutinnya. Rasanya satu hari itu ia tidak ingin beranjak kemana-mana. Minggu itu menjadi minggu yang melelahkan untuknya, banyaknya pekerjaan menuntut dirinya untuk lembur hampir setiap hari.
Maka, di situ lah Vero hari itu. Ditemani musik klasik yang melantun dari speaker yang dipasang di beberapa sudut apartemennya. Musik klasik karya Antonio Vivaldi yang menurutnya sangat menyentuh. Lagu yang selalu ia dengarkan di saat dirinya merasa sangat lelah. Empat lagu klasik yang iramanya membuat seorang Vero bisa merasakan sendiri empat musim tersebut. Rintik hujan menghantam jendela kamarnya yang menghadap ke arah timur. Sang surya masih bersembunyi di balik gumpalan awan cumulonimbus.
Vero membuka sedikit matanya. Merasakan dinginnya pagi itu menyergap tubuhnya yang hanya mengenakan piama tipis. Rambut panjangnya yang biasa ia tutupi dengan hijab itu pun kini sudah berantakan tak keruan. Vero mengucek matanya sembari menggeliat untuk meregangkan tubuhnya. Rasa kantuk menderanya begitu saja membuatnya menguap kembali.
Sebelumnya, ia dan Tiara telah merencanakan acara shopping bersama yang berakhir batal karena sahabatnya itu akan pulang ke Solo. Vero sengaja tidak memberi tau Ajeng bahwa Tiara yang merupakan sahabatnya adalah kakak dari pria yang kini berstatus sebagai pacarnya Ajeng. Sesuai rencana yang telah disusun oleh Vero dan Tiara, Tiara sendiri yang akan menyapa dan menyambut Ajeng nanti di acara makan malam keluarga yang telah disusun oleh ibunya Tiara dan Farhan.
Alhasil gagal melakukan acara shopping dan cuaca di luar yang tidak mendukung, Vero akhirnya hanya memilih untuk menenangkan dirinya di apartemen sembari merilekskan kembali tubuh dan mentalnya yang sedikit kelelahan akhir-akhir ini. Dimulai dari pertemuannya kembali dengan Reza seminggu lalu yang membuat hatinya kacau balau selama beberapa hari, tugas menumpuk dari bos yang menganggapnya karyawan kesayangan, dan keputusan sang sahabat untuk meninggalkannya ke daerah lain.
Vero bangkit dari kasurnya dan berjalan gontai menuju kamar mandi. Gadis itu mematut dirinya di cermin dan menatap pantulan dirinya yang hari itu terlihat sangat berantakan. Bagian bawah matanya yang kini berwarna hitam, rambutnya yang kusut karena Vero telah tidur dalam waktu yang sangat lama, dan beberapa jerawat kecil di wajahnya yang bermunculan.
Gadis itu mendengus kesal melihat sendiri perawakannya yang sangat berantakan. Setelah mencuci wajahnya, Vero mengambil sisir yang ada di kamar mandi tersebut dan mulai merapikan rambutnya yang kusut. Rambut hitamnya yang bergelombang itu dulu saat SMA dikenal sebagai rambut tercantik yang ada di sekolahnya. Namun, gadis itu memilih untuk menutupnya dengan hijab setelah Reza pergi meninggalkannya.
Vero selalu berpikir jika ia memperbaiki diri, mungkin Reza yang saat itu meninggalkannya pun tengah memperbaiki diri dan mempersiapkan semuanya untuk hubungan mereka yang lebih serius di kemudian hari. Namun, ternyata Vero salah besar. Selama empat tahun kuliah Vero menanti kedatangan Reza. Tapi pria tersebut tidak kunjung kembali. Vero memilih untuk tetap berada di Surabaya agar jika Reza kembali, maka pria tersebut tidak lagi sulit menemukannya. Awalnya, Vero melakukan semua perubahan tersebut untuk Reza. Namun, seperti yang banyak orang katakan, sakit hati justru akan membawa kita menjadi lebih dewasa dan ya, Vero mengakui sendiri bahwa hal itu berlaku kepada dirinya. Dulu ia memperbaiki diri dengan harapan saat ia kembali lagi dengan Reza semuanya akan menjadi sempurna. Namun, kini Vero tau bahwa ia memperbaiki diri untuk dirinya sendiri dan Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bridesmaid
ChickLitSudah dua tahun terakhir Hanum, Kesha, Ajeng, Astrid, Rara, Vero, dan Alya yang bersahabat sejak SMA tidak pernah bertemu lagi. Hal ini disebabkan oleh kesibukan di puncak karir mereka. Cita-cita yang mereka idamkan telah berhasil mereka raih. Namun...