Matahari siang itu bersinar cukup terik. Setelah tiga hari hujan berturut-turut, siang itu Sang Penerang Semesta menunjukkan keangkuhannya.
Kesha bersama tiga perawat lainnya kini tengah menyantap makan siang di kantin rumah sakit lengkap dengan es teh yang menggiurkan. Dahaga luar biasa yang menyerang mereka karena teriknya cuaca siang itu dan padatnya pekerjaan hari itu memaksa Kesha memesan lagi satu gelas es teh ekstra untuk menghilangkan dahaganya.
Perawat cantik bertubuh mungil dan berambut hitam legam seperti arang yang dikenal dengan panggilan Kesha itu kini tengah bercanda asik dengan 3 perawat lainnya di meja kantin tersebut. Gadis itu bercanda tentang apa saja yang ia anggap lucu dan terus berceloteh mengenai hal-hal di sekitarnya.
"Sha, ada kiriman buat kamu," dokter Efendi tiba-tiba duduk di samping Kesha dan memberikan sepucuk amplop berwarna coklat.
"Wah, apaan nih, dok?" Kesha tidak langsung menerima amplop yang disodorkan oleh dokter anak itu.
"Ya mana saya tau, Sha. Kan sama-sama belum liat," jawab Dokter Efendi santai. Kesha pun mengambil amplop tersebut dari tangan dokter Efendi dan menimbang-nimbang sambil menebak apa isinya.
"Perasaan saya lagi nggak ada belanja online, deh. Siapa yang kirim, dok?" Kesha kembali bertanya kepada Dokter Efendi yang kini tengah menyeruput es jeruknya.
"Saya nggak tau Kesha. Saya juga tadi dititipin sama resepsionis karena kamu sering mondar mandirnya di lantai praktek saya," ujar Dokter Efendi lagi.
"Kalo ternyata isinya bom gimana, dok?" Kesha kembali menanyakan hal yang sebenarnya tidak begitu penting.
"Kamu ini ngaco atau bodoh? Saya berharap sih ngaco. Mana ada sih, sha bom yang setipis itu," jawab Dokter Efendi.
"Oh iya bener juga," sahut Kesha lagi sambil memandangi amplop tak bernama itu. Ketiga perawat lain yang berada di sana cekikikan melihat tingkah Kesha. "atau jangan-jangan amplop ini isinya gas beracun? Kalau dibuka racunnya menguar dan kita semua keracunan. Gimana, dok?" Kesha kembali bersuara.
"Ya udah gantian kita yang jadi pasiennya," jawab Dokter Efendi santai.
Kesha tertawa mendengar jawaban Dokter Efendi sebelum akhirnya menyahut, "Hehehe. Iya sih, dok. Saya buka deh. Bismillahirrahmanirrahim!" Kesha langsung merobek amplop tersebut dan ketika menyadari isinya, seketika alisnya saling bertautan. Gadis itu menarik keluar kertas berwarna tosca di dalamnya dan saat itu juga pekikannya menggema di kantin rumah sakit siang itu.
***
"Halo," suara manis wanita bertubuh mungil dan berisi itu terdengar di ujung telpon.
"Halo, apa benar ini Rumah Catering Saraswati?" terdengar suara wanita yang tidak asing lagi di telinga Rara.
"Iya, benar. Ada yang bisa dibantu?" jawab wanita yang merupakan ahli gizi sekaligus pengusaha Catering itu.
Rara memasuki ruang kerjanya sembari melepas jas putihnya. Ia menunggu jawaban di ujung telpon sana.
"Bisa pesan Catering untuk acara pernikahan 3 bulan lagi?" jawab wanita itu lagi.
"Bisa, menunya bisa dibuka di Web kami. Kalau boleh tau, kapan acaranya? Apakah hanya untuk resepsi atau sekalian untuk acara akad nikah?" Rara menanggapi pelanggannya dengan ramah sambil menuju sofa yang berada di ruang kerjanya.
"Tanggal berlangsungnya ada di undangan yang sekarang ada di meja kerja anda. Amplop cokelat," ujar wanita tersebut.
Rara mengerutkan alisnya dan langsung berdiri menuju meja kerjanya. Di atas meja kayu berlapis kaca di bagian atasnya itu memang terdapat amplop cokelat tipis berukuran sedang. Berbagai macam kemungkinan berkeliaran di kepala Rara memikirkan siapa sebenarnya sang penelpon. Rara langsung merobek salah satu ujungnya dan mengeluarkan isinya yang berwarna tosca lalu membukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bridesmaid
ChickLitSudah dua tahun terakhir Hanum, Kesha, Ajeng, Astrid, Rara, Vero, dan Alya yang bersahabat sejak SMA tidak pernah bertemu lagi. Hal ini disebabkan oleh kesibukan di puncak karir mereka. Cita-cita yang mereka idamkan telah berhasil mereka raih. Namun...