14 (Hypnotized Under Your Weirdness)

2.8K 223 4
                                    

Play the multimedia and turn the music on

***

Rara menengok ke jendela ruang kerjanya yang menghadap ke jalan. Di bawah sana sudah terparkir mobil sport silver yang sudah Rara kenali sebagai mobil Ajeng. Dengan langkah terburu-buru gadis itu melepas jas labnya dan melangkah ke bawah untuk menemui Ajeng dan Adli yang hari itu pergi ke Jogja.

Sepatu pantofel hitam yang Rara kenakan membuat bunyi tersendiri tiap kali gadis itu melangkah di lantai keramik lab makanan tempat Rara bekerja. Rara menatap ke arah Kedai Kopi seberang tempat Ryo bekerja dan mengatur nafasnya kembali setelah pertemuannya kemarin malam dengan Ryo sukses membuat sudut pandang Rara terhadap Ryo berubah. Rara bahkan kembali menjadi pelanggan tetap Kedai Kopi tersebut.

"Hai! Udah balik dari proyek atau baru sampai nih?" tanya Rara saat mereka sudah bertemu di depan lab tempat Rara bekerja. Adli hari itu mengenakan kaos oblong santai berwarna hijau tosca dan jins biru gelap. Pria tersebut masih terlihat rapi walaupun sudah mengenakan setelan santai.

Berbeda sekali dengan Ajeng yang tetap terlihat santai walau sudah berpakaian formal. Ajeng pagi itu mengenakan kaus biru muda bertuliskan 'It's myself what ya problem?' yang dilapis dengan kemeja polos berwarna biru tua. Tidak lupa jins dan sepatu keds yang sudah menjadi gaya khas Ajeng.

Rara melemparkan senyum manis ke arah Adli yang dibalas ramah oleh pria tersebut.

"Baru balik dari proyek, Ra. Laper nih gue. Makan yuk, yang mana kedainya? Itu ya?" jawab Ajeng sambil menunjuk ke arah Kedai Kopi yang mulai ramai pengunjung karena mendekati jam makan siang.

"Iya, ayo ke sana," ujar Rara sembari melangkah memimpin Ajeng dan Adli berjalan ke arah Kedai Kopi tersebut.

"By the way, lo keliatan oke aja, Jeng?" ucap Rara saat mereka tiba di kedai kopi dan duduk di salah satu meja yang masih kosong. Mereka duduk di meja tersebut setelah memesan makanan di bar.

"Emang kenapa?" tanya Ajeng sambil memberikan senyum kudanya.

"Ya bukannya lo semalem habis galau-galau gitu? Gimana sih ceritanya, Jeng?" ucap Rara penasaran.

"Perhatiin lagi baik-baik deh Ra matanya gimana," celetuk Adli yang dihadiahi pukulan di lengan atasnya oleh Ajeng. Rara tertawa melihat tingkah Ajeng.

Ajeng tanpa keberatan menceritakan kepada Rara bagaimana kejadian menyedihkan antara dirinya dan Farhan. Gadis itu terlihat santai dan seakan-akan menganggap bahwa kejadian yang tadi malam ia alami sudah terjadi bertahun-tahun lalu sehingga sudah tidak menjadi bekas di hatinya. Sembari mendengar Ajeng bercerita dengan ringan, Rara melirik ke arah Adli yang terkadang menghembuskan nafas berat dan memandang keluar seakan-akan kejadian tadi malam justru menyakiti dirinya.

"Gila lo, lagian juga bisa-bisanya Farhan nggak ngangkat atau ngebaca sms dari Tiara," timpal Rara saat Ajeng sudah menyelesaikan ceritanya dan menyeruput es kopi yang baru saja dihidangkan.

"Hpnya Farhan kemarin ketinggalan di kantor waktu dia mampir di kantor habis pulang dari tempat proyek. Jadi, dia nggak tau juga kalau si Rosa ini udah ada di Solo," jawab Ajeng santai.

Rara melirik ke arah Adli yang kini sibuk dengan ponselnya dan menampilkan wajah tanpa ekspresi.

"Mas Adli waktu ngejemput nggak pake acara nge-kung-fu-in Farhan dulu gitu?" tanya Rara iseng untuk memancing respon Adli atas kejadian yang menimpa Ajeng tadi malam.

"Boro-boro mau kung fu, Ra. Gue jemput aja ini anak masih sempet cipika cipiki dulu sama emaknya Farhan. Udah masuk mobil baru deh mewek," jawab Adli sambil tersenyum jahil ke arah Ajeng yang sudah menatap Adli dengan sinis.

The BridesmaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang