24 (The Arrogant Guy)

2.8K 209 1
                                    

Vero masih berada di balik kubikel kerjanya dan waktu menunjukkan pukul satu siang. Waktu makan siang seharusnya dan bahkan beberapa orang tidak bekerja lagi karena ini hari Sabtu. Hanya beberapa yang memilih lembur yang datang.

Tiara dengan hebohnya tiba-tiba mendatangi kubikel Vero dan menarik perhatian wanita tersebut. Tiara yang tadinya menemani Sang Direktur Utama untuk bertemu dengan klien baru, tiba-tiba membuat kehebohan di ruangan kerja Vero.

"Apaan sih?" tanya Vero dengan nada kesal karena seseorang baru saja menarik dia dari dunianya. Di tengah-tengah kesibukannya.

"Aku tadi habis solat juhur di musholla bawah, terus tau gak?" kata Tiara menggebu-gebu. Vero hanya menggelengkan kepalanya seraya memberikan tatapan bingung.

"Kepala cabang seksi yang aku bilang waktu itu, tadi ngimamin aku solat! Ya ampun, gila ganteng banget basah-basah gitu doi habis wudhu," kata Tiara lagi.

"Mbak, ingat anak sama suami gih," ujar Vero kemudian kembali fokus ke pekerjaannya karena merasa bahwa informasi gratis yang diberikan Tiara, totally useless.

"Ahelah, aku mah cuma mengapresiasi ciptaan Allah," jawab Tiara seraya tertawa.

"Lagian kok kamu nggak penasaran sih, Ver?" tanya Tiara lagi mendapati respon Vero yang datar-datar saja.

"Ngapain, nanti juga bakalan kenal," jawab Vero santai.

"Semoga, deh! Kayaknya dia mau ketemu sama Pak Heru makanya di sini," ucap Tiara.

Tidak ada respon dari Vero. Menyerah dengan respon Vero yang jauh dari kata tertarik, Tiara akhirnya memilih untuk kembali ke kubikelnya lagi.

-

Jarum jam di ruangan Vero membentuk seperempat lingkaran, pukul 3 sore dan gadis itu masih sibuk dengan pekerjaannya. Ia mendapat surat izin selama dua minggu cuti ke depan. Seperti yang sudah direncanakan Vero berencana pergi ke Jogjakarta besok pagi dan akan langsung menuju ke rumah Rara dengan dijemput Reza.

Sudah dua jam gadis itu duduk di tempatnya. Sesekali berdiri untuk meregangkan ototnya. Dirinya yang sedang tidak boleh solat membuat dirinya menghabiskan waktu istirahat untuk melakukan setumpuk pekerjaannya.

Setelah mengecek jam tangan yang terikat di lengannya, gadis itu bangkit dari kursinya dan melepas sepatunya yang bertumit tinggi. Melakukan peregangan lagi untuk yang ke-sekian kalinya.

Saat sedang melentingkan tubuhnya ke belakang dan mengangkat kedua tangannya, gadis itu nyaris terjatuh ke belakang saat tiba-tiba Pak Heru masuk begitu saja. Mengagetkan Vero yang langsung buru-buru kembali ke balik kubikelnya dan memasang sepatunya yang tadi sudah ia lepas.

Vero memberikan cengiran lucunya saat Pak Heru masuk dan menatapnya sengit namun memberikan ekspresi maklum. Saat Vero tengah sibuk memakai sepatunya, satu orang lagi masuk mengikuti Pak Heru.

Seorang pria dengan tubuh yang tidak terlalu jangkung, namun tidak juga pendek. Tinggi standar pria Indonesia. Mungkin sekitar 170 cm, Vero menebak. Pria itu memiliki kulit kuning langsat bersih, alis yang tidak terlalu tebal, dan pipi yang sedikit tembam. Mungkin, jika pria itu tidak mengenakan pakaian formal seperti sekarang, pria itu bisa dikira seperti anak SMP.

Di hidungnya yang mancung, bertengger sebuah kacamata berbentuk kotak dengan frame tebal. Membuat penampilannya sekali lagi mirip seperti anak remaja. Tubuhnya tidak gemuk, tidak juga kurus, proporsional. Membuat kemejanya dapat melekat sempurna di tubuhnya.

Dari bentuk wajahnya, Vero dapat merasa bahwa pria ini memiliki keturunan Kutai seperti dirinya. Entah darimana Vero mendapat perasaan begitu, namun ia memiliki firasat bahwa pria tersebut memiliki keturunan Kutai seperti dirinya. Mungkin karena memiliki feeling sepersukuan?

The BridesmaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang