Play the multimedia and turn the music on
-
Sudah pukul satu siang dan Rara masih berada di ruang tengahnya sendirian sembari terus mengganti saluran tv yang ia tonton. Wajahnya menunjukkan raut wajah bosan. Berkali-kali ia membuka ponselnya, mengganti saluran tv, menutup ponselnya, membuka majalahnya, mengganti saluran tv, menutup majalahnya, dan kembali berulang.
Ia mengacak rambutnya karena hal yang mengganggu pikirannya tak kunjung pergi. Rara membuka ponselnya lagi, ia membuka aplikasi Line dan menemukan pesan yang ia kirimkan kepada Ryo seminggu yang lalu belum mendapat balasan. Sudah dua minggu sejak mereka terakhir kali bertemu dan sampai sekarang belum ada kabar lagi-lagi dari Ryo.
Entahlah, mungkin ke luar kota lagi mengurus cabang kedainya atau apalah. Pikirannya mulai berpikir yang tidak-tidak, Rara ingin bertanya lebih intensif namun sadar bahwa statusnya tak berhak membuat dia terlalu banyak bertanya. Adiknya pun begitu. Pesan Rara tak kunjung mendapat balasan.
Sudah beberapa minggu terakhir Rara menghabiskan banyak waktu bersama Ryo di sela kesibukannya. Entah hanya makan siang, pergi nonton, membantu di rumah catering milik Rara, atau bertamu ke rumah orang tua Rara. Salah kah Rara kalau dirinya baper?
Seorang pria meminta mu untuk mengajaknya pergi ke rumah orang tua mu. Tidak mungkin tanpa motif tertentu kan? Dan boom! Sekarang pria tersebut hilang begitu saja.
Terakhir kali mereka bertemu, Rara sedang bertamu ke rumah Ryo bersama Reza. Mereka melakukan apa yang sudah mereka rencanakan. Duel memasak dengan Rya dan Reza sebagai jurinya. Siapa pemenangnya? Tidak ada pemenang karena Reza lebih memihak Ryo dan Rya lebih memihak Rara. Skor sama, Rya dan Reza mengatakan bahwa skill memasak mereka setara.
Rara tengah memasukkan sereal coklat ke dalam mangkuk sarapannya saat ponselnya berdering dan nama Reza tertera di sana.
"Ada apa?" belum sempat Reza meenyapa Rara mendahuluinya.
"Aw! Slow down! Assalamualaikum," sahut Reza dari ujung telpon sana.
Rara menghembuskan nafas berat seraya berkata, "Walaikumsalam,"
"It's done! She said yes!"
"Apa?" Rara terkejut dengan apa yang ia dengar barusan. Rara tau rencana Reza yang pergi ke Surabaya dan berencana untuk menyelesaikan masalahnya dengan Vero. Tapi, ia tidak menyangka bahwa Reza malah melamarnya.
"I proposed her, and she said yes!" ujar Reza lagi penuh semangat dari ujung telpon sana.
"Lo gila? Bini lo mau dikemanain? Mau nikahin dua cewek sekaligus?" Rara sedikit emosi mendengarnya.
"Woi! Nggak lah, propose buat jadi groomsman dia! Gue masih punya hati keles mau ngemadu anak orang. Lagian, nggak kuat gue langsung main dua sekaligus," jawab Reza kemudian tertawa. Rara hanya mendengus kesal.
"Lo kenapa sih? Lagi bete ya? Still no words from him?" Reza berkata lagi saat sadar nggak ada jawaban dari Rara.
"Nggak, udah cerita deh apa yang terjadi," jawab Rara mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Waktu di jalan tadi pagi mau ngurus souvenir Hanum, gue coba ngomong sama dia. Gue coba jelasin dan dia malah nyuruh gue buat kembali ke Karina. Nggak ngerti, kayaknya beneran udah move on atau dia udah punya cowok kali ya? Terus, yaudah gitu aja dia bilang sahabatan lagi gitu sama gue dan udah selesai. Gue menyerahkan diri untuk jadi groomsman dia nanti, dan dia bilang 'let me feel to be your couple for the last time' dan gue yang oke deh fine kita professional aja," Reza bercerita lewat telpon sambil menggebu-gebu. Rara paham sekali apa yang dirasakan sahabatnya itu. Reza mungkin sempat merasa gagal move on saat bertemu lagi dengan Vero dan kini masalah tersebut telah selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bridesmaid
ChickLitSudah dua tahun terakhir Hanum, Kesha, Ajeng, Astrid, Rara, Vero, dan Alya yang bersahabat sejak SMA tidak pernah bertemu lagi. Hal ini disebabkan oleh kesibukan di puncak karir mereka. Cita-cita yang mereka idamkan telah berhasil mereka raih. Namun...