Extra Part Adli (Ajeng's Point of View)

2.4K 163 5
                                    

Kenalan sama Adli adalah hal yang paling gue syukuri di muka bumi ini selain lahir dari keluarga gue. Punya sahabat cowok yang membuat gue dianggap berkencan dengannya atau bahkan pernah dianggap selingkuh dengannya membuat satu cerita lucu di hidup gue.

Satu ketika di zaman kuliah, saat gue sakit di Semarang, Adli rela datang langsung dari Jogja dan membatalkan kencannya dengan pacar pertamanya dan sukses membuat pacarnya waktu itu mengira bahwa gue adalah selingkuhannya.

Saat wisuda, Ricky pun sempat mengira bahwa Adli adalah pacar gue karena dokter itu ikut berada di sana sepanjang acara bersama Danang adik gue.

Lucu bukan? Gue bahkan sering kali mengaku sebagai pacar atau tunangan Adli saat ada wanita genit yang menggodanya dan membuatnya risih. Penyelamatan yang hebat kan? Hahaha.

Jika orang berkata bahwa bercerita tentang hal-hal perempuan kepada laki-laki adalah hal terlarang, kebalikannya gue justru tidak merasa begitu. Adli tidak pernah ilfil saat gue gitu aja bilang bahwa gue menstruasi atau tidak suka dengan teman wanita gue yang lain.

Buat gue, Adli itu udah seperti anestesi. Entah karena faktor dirinya yang seorang dokter atau apa, tapi sejak SMA dan gue udah ngerti begadang, dia seperti anestesi yang membuat gue berakhir tidur lelap setelah dia mengatakan bahwa gue harus tidur.

Saat EBTANAS SMA, gue terlalu panik sampai akhirnya tidak bisa tidur hingga tengah malam. Hanya melalui telpon, Adli di Solo dan gue di Surabaya, tapi gue lagi-lagi langsung terlelap saat ia mengatakan bahwa gue harus tidur supaya tidak lelah esok harinya.

Adli punya insomnia dan dia dengan senang hati menunggu gue terlelap saat gue yang perfeksionis ingin segera menyelesaikan proyek walau harus begadang sampai tengah malam.

Adli itu ibarat Bruce Wayne, misterius, tidak banyak bicara, penyayang, dan sebenernya suka melindungi orang lain. Tapi kadang di satu sisi suka memaksa tubuh dan otaknya.

Adli selalu jadi pemimpin, kapan pun dan dimana pun, menjadi ketua PMR, menjadi ketua HIMA, menjadi koordinator kelompok saat internship, dan bahkan menjadi penengah untuk kakak dan adik perempuannya.

Adli itu, pria yang kadang gue harap bakal jadi sahabat selamanya buat gue, kadang juga gue anggap sebagai kakak laki-laki gue.

Satu hal yang pasti, gue berharap Adli nggak akan meninggalkan gue walau suatu saat nanti hatinya pasti akan dimiliki oleh wanita yang akan menjadi istri dan anaknya.

***

The BridesmaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang