10 (Love a Thousand Miles)

2.6K 201 5
                                    

Langit kota Jakarta malam itu tak berbintang. Awan gelap di luar sana membuat cahaya bintang-bintang tertutupi. Sudah tiga hari terakhir kota metropolitan tersebut dilanda hujan deras. Angin berhembus kencang menhantam jendela sebuah ruang klinik, tempat dimana seorang dokter wanita cantik baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan hendak beranjak pulang.

Jam menunjukkan pukul setengah satu dini hari dan perempuan tersebut meneguk kopi yang ada di mejanya. Seorang wanita paruh baya baru saja keluar dari ruangannya setelah melakukan pemeriksaan gigi dan menerima secarik kertas berisi resep obat. Wanita tersebut merupakan pasiennya yang terakhir dan Astrid yang sudah cukup lelah dengan kegiatan hari itu ingin langsung menghempaskan dirinya di atas kasur.

Astrid duduk di kursinya dan menyenderkan tubuhnya di senderan kursinya. Tangannya memijit pelipisnya. Rasa lelah mendera tubuhnya. Ponselnya masih tergeletak di atas meja. Tidak ada tanda-tanda adanya panggilan ataupun pesan masuk. Astrid menghela nafasnya dengan berat. Sudah seminggu sejak terakhir dirinya dan Fadhlan berkomunikasi saat Astrid berada di Jogja, hingga saat ini pria tersebut belum juga menghubunginya. Pesan yang dikirimkannya belum belum kunjung dibalas oleh Fadhlan.

Hal seperti ini bukan pertama kali dialami olehnya. Beberapa kali, semenjak dua tahun lalu Fadhlan memutuskan untuk mengambil beasiswa kuliah lanjutan di Abu Dhabi. Astrid yang sudah mengenal Fadhlan sejak kuliah, memahami sekali bahwa bisa kuliah di Abu Dhabi adalah impian Fadhlan. Keluarga Fadhlan yang memang keturunan arab pindah ke Indonesia saat Fadhlan masih berusia dua tahun dan menjadi WNI. Pertengkaran dalam keluarganya membuat orang tua Fadhlan memilih untuk menepi di Indonesia, negara dimana umat muslim bisa hidup dengan damai.

Kini, setelah menyelesaikan studi sarjananya di kedokteran gigi, pria tersebut mendapat beasiswa untuk melanjutkan S2 di Abu Dhabi. Kota dimana Fadhlan bisa bertemu dengan kakek nenek yang selama ini ia rindukan.

Ada satu hal yang selama ini selalu Astrid sesali jika Fadhlan tak kunjung menghubunginya. Penolakan dirinya terhadap Fadhlan beberapa tahun lalu saat Fadhlan mengajaknya menikah sebelum pergi ke Abu Dhabi. Saat itu Astrid masih menyelesaikan internship-nya, sedangkan Fadhlan sudah resmi menjadi dokter gigi. Gadis tersebut merasa ragu dan memilih untuk menunda pernikahan tersebut sampai Fadhlan menyelesaikan studi dan mengejar mimpinya.

Pria tersebut dulu selalu meyakinkan dirinya bahwa mereka bisa hidup bahagia bersama dengan menikah. Namun, Astrid merasa masih ada beberapa mimpinya yang harus ia raih sebelum menikah. Belum lagi, Astrid yang merasa bahwa tanggung jawab yang diemban oleh Fadhlan akan lebih banyak jika pria tersebut menikahinya dan membawanya ke Abu Dhabi. Kota tersebut merupakan kota mewah dan Astrid tidak yakin bisa hidup di sana tanpa membawa tabungan apapun dari Indonesia. Maka saat itu lah Astrid memilih untuk menetap dulu di Indonesia sembari menunggu Fadhlan menyelesaikan kuliahnya.

Namun, saat itu pula Astrid merasa menyesal.

Astrid meraih foto yang ada di mejanya. Foto dirinya saat wisuda dengan Fadhlan yang sudah mengenakan jas putih. Astrid tersenyum getir melihatnya, Fadhlan mengajaknya menikah bukan hanya sekali. Saat ia wisuda pun Fadhlan sempat mengajaknya menikah. Namun, Astrid menolaknya.

Hal tersebut kadang juga membuat Astrid merasa bersalah. Ia tau sekali dirinya mencintai Fadhlan, namun entah mengapa dulu ia tidak memiliki keberanian mengatakan 'Ya' dan menjalani petualangan baru bersama Fadhlan. Fadhlan yang tidak kunjung menyerah dan selalu mempertahankan dirinya juga selalu membuat Astrid merasa bersalah.

Momen dimana Fadhlan susah dihubungi ini lah momen dimana Astrid dihantam keraguan dahsyat yang kadang membuatnya bertanya-tanya masih kah Fadhlan rela memperjuangkan dirinya?

Astrid melirik lagi foto tersebut. Astrid masih mengenakan toga dan kebaya berwarna merah maroon di dalamnya. Sedangkan Fadhlan mengenakan jas putih dokternya dengan kemeja berwarna merah maroon senada dengan kebaya Astrid di dalamnya.

The BridesmaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang