Part 3 | Kesempatan

5.4K 430 33
                                    

"Cuman.. ehhng gak papa kok. Gue duluan ya?" ucapnya sambil berlalu.

"Adit makasih ya minum nya?" ucap Tania setengah berteriak.

Adit pun hanya mengacungkan jempolnya. 

Setelah Adit menghilang dari pandangan Tania, ia lalu berdiri dan berjalan kembali untuk pulang kerumahnya. Saat ia sampai di rumah, ia sudah mendapati sebuah mobil hitam milik Papanya.

"Ma, Pa Tania pulang."

"Darimana Tania?" tanya papa.

"Ehm dari olahraga Pa. Biar sehat kayak Papa." cengir Tania, yang dibalas gelengan kepala Ayahnya.

***

Ini tepat seminggu Adit bersekolah di sini. Dengan semangat, ia melangkahkan kakinya menuju kelasnya yang berada di lantai dua tersebut. Belum sampai Adit ke kelasnya, ia sudah dihadang oleh salah satu teman sekelasnya, Bagas.

"Adittt... lo dicariin sama pak Anton." kata Bagas.

Adit mengernyit, "Ngapain?"

"Nggak tau. Tanya aja sendiri ke kantor." balas Bagas.

"Thanks gas."

Adit lalu langsung berbelok arah menuju dimana kantor berada. Sesampai di kantor ia sudah melihat seorang guru yang ber-name  tag Anton Supramana.

"Bapak tadi manggil saya ya?" tanya Adit.

"Ya saya tadi manggil kamu Adit." balas Pak Anton.

"Memang saya ada pelanggaran apa pak? Kok bapak sampai manggil saya?" ucap Adit dengan polosnya karena saat ia melirik nama di meja guru itu ia adalah guru Bimbingan Konseling.

"Kamu ni ada ada aja. Jadi mentang mentang bapak guru bp kamu ngira bapak mau ngasih hukuman."

"Kirain pak." kekeh Adit.

"Jadi begini nak Adit, saya telah lihat berkas kamu saat pindahan dulu. Di sekolah lama kamu ternyata kamu berbakat di bidang musik. Jadi saya ingin mengajak kamu masuk ke tim musik sekolah ini." jelas Pak Anton.

Adit masih berdiam di tempat duduk nya dan tampak raut sedih di wajahnya.

"Kenapa nak Adit? apakah kamu mau ikut?" tanya Pak Anton cemas.

"Maaf pak. Saya--" ucapan Adit terpotong karena telepon yang berbunyi di atas meja itu. Adit hanya bisa menghela nafas menunggu pak Anton selesai menelepon.

Pak Anton menutup sambungan teleponnya, "Maaf Adit tadi kamu mau ngomong apa?"

"Maaf pak. Saya tidak bisa."

"Kenapa tidak bisa? Padahal kamu berbakat dalam bidang musik dan--" kali ini ucapan pak Anton lah yang terpotong karena ada siswi yang masuk ke ruangannya.

"Bapak tadi manggil saya ya? Ada apa pak?"

"Nggak jadi Tania. Seharusnya tadi saya minta kamu ngebimbing Adit dalam tim musik. Berhubung Adit nya tadi bilang tidak--"

"Saya bisa kok pak ikut dalam tim musik itu." ucap Adit bersemangat. Sementara Tania hanya menatapnya bingung.

"Oh ya sudah. Jadi kamu nanti akan dilatih lagi dan di bimbing sama kak Tania ini sekalian pengenalan dengan ekskul musik dan para anggotanya. Dia adalah ketua tim musik di SMA ini," jelas Pak Anton. "Dan nak Tania kamu mau kan nuruti permintaan bapak ini? Ini kan juga nanti dipersiapkan untuk festival." Jelas Pak Anton.

"Ya Pak saya bersedia." Tania hanya menghela nafas. Karena sekarang beban nya bertambah selain festival yang dipikirnya sekarang malah ada adik kelas yang harus di bimbing. Huuhh..

***

Sore ini Tania berada di salah satu cafe. Dia hanya memesan secangkir hot chocolate untuk menemaninya disini.

Tepat hari ini Vin kita seharusnya anniv di tahun kedua. Itu merupakan momen yang paling aku tunggu. Aku berharap banyak dari kamu tapi ternyata kamu tiba tiba menghilang dari kehidupan aku. Sekarang aku berada di cafe yang sering kita kunjungi dulu. Dan di sini jugalah kita pertama kali bertemu. Di sini juga kamu menyatakan cinta kamu ke aku. Cafe ini menjadi saksi bisu cinta kita Vin. Kamu adalah orang yang bikin aku nyaman berada di dekatmu. Orang yang merubah hariku menjadi berwarna, orang yang bikin aku mengerti akan cinta. Tapi sayangnya itu semua dulu. Semenjak kamu pergi dan menghilang tiba-tiba, semuanya berubah. Hidupku tidak berwarna lagi, hari-hariku hampa. Ya sudahlah aku akan berusaha untuk melupakan kamu. Walaupun sampai sekarang aku belum mampu untuk melupakanmu.

Tess.. ada bulir air jatuh dari mata Tania. Tania mengusapnya dengan perlahan. Dan ia baru menyadari ada seseorang yang berdiri di hadapannya.

"Adit lo dari kapan disitu?" tanya Tania.

Adit tampak menimang jawabannya.  "Hmm... dari awal kakak ngelamun sih. Hehe. Tadi gue mau nyapa tapi keduluan kakak ngelamun. Jadi gue biarin aja dulu." ucap Adit sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kenapa nggak lo tegur aja Dit. Gue kan jadi malu ketahuan ngelamun." ucap Tania polos sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Lucu juga dia. Ucap Adit dalam hati.

"Nggak usah malu lagi kak." ucap Adit sembari tertawa melihat ekspresi orang di depannya ini.

Mereka disini hanya menghabiskan waktu untuk melahap minumannya masing-masing tanpa ada yang memulai pembicaraan.

"Kak lo pulang sama siapa?" tanya Adit.

"Pulang sendiri lah. Kenapa?" ucap Tania sambil menyeruput hot chocolate nya.

"Gue antar ya?"

"Boleh juga."

------------
Vote dan comment yang banyak ya.

Thanks gaes :D

When Your Heart Talk [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang