Part 33 | Sorry

1.8K 89 2
                                    

Tania sekarang sedang berada di salah satu taman yang berada tidak cukup jauh dari daerah perumahannya. Ia kesini tadi diantar oleh Vano yang kebetulan mau pergi juga.

Pagi tadi, Adit meneleponnya untuk mengajaknya ketemuan di salah satu taman yang sering mereka kunjungi dan Tania pun mengiyakan ajakannya.
Sudah hampir setengah jam Tania menunggu di taman ini. Daritadi juga Tania mencoba menghubungi Adit, tapi tidak diangkat.

"Kemana sih? Ditelpon nggak diangkat. Dia yang buat janji dia yang nggak dateng." ucap Tania kesal kepada ponselnya.

Tania sangat benci dengan orang yang ingkar janji. Oke baiklah dia akan menunggu setengah jam lagi. Kalau tidak datang juga, ia akan memutuskan untuk pulang.

Dan sekarang, satu jam sudah Tania berada disini. Tapi orang yang membuat janji itu tidak datang. Sementara, langit yang tadinya cerah sekarang awan gelap mulai menyelimuti langit cerah itu. Akhirnya, Tania pun memutuskan untuk pulang setelah mengirimi Adit sebuah pesan.

Tania berjalan menuju rumahnya. Bodohnya lagi, mengapa ia tidak membawa kendaraan saja. Jika tadi ia membawa kendaraan pasti dia tidak susah-susah lagi untuk berjalan.
Tania mendongak menatap langit. Langit itu semakin gelap saja. Sayup-sayup suara petir mulai terdengar. Angin yang tadinya berhembus sepoi-sepoi pun sekarang berubah menjadi kencang.

Hujan perlahan mulai turun. Berawal dari rintik dan sekarang malah hujan turun dengan lebat. Tania akhirnya memutuskan untuk berteduh di depan sebuah toko yang tutup. Kebetulan disitu juga banyak orang yang sedang berteduh. Bukannya reda, hujan malah makin menjadi. Baju Tania pun sekarang menjadi lembab karena terciprat air hujan yang datang dari depannya.

Satu jam Tania menunggu disitu. Akhirnya hujan mulai reda. Tania lalu memutuskan untuk nekat pulang ke rumah karena rumahnya dikit lagi sampai.

"Masih hujan nak, jangan hujan-hujanan." tegur ibu-ibu yang juga berteduh disitu.

"Gapapa bu. Rumah saya sudah dekat kok." jawab Tania.

"Kalau saya antar aja gimana?" tawar ibu itu.

Tania menggeleng, "nggak usah bu. Entar ngerepotin. Saya jalan aja, sudah dekat kok."

"Ya sudah. Hati-hati ya nak."

Setelah itu, Tania mulai berjalan menyusuri jalanan yang masih basah itu. Di tengah perjalanan hujan kembali turun dengan cukup deras. Karena rumahnya sebentar lagi sampai Tania nekat menerobos hujan itu.

Mata Tania mulai tidak jelas melihat depannya karena hujan yang semakin deras. Seluruh tubuh Tania menggigil kedinginan. Tania memeluk tubuhnya dengan kedua tangannya untuk menghangatkan tubuh. Tapi apa daya, tubuhnya sudah terlalu menggigil.
Kepalanya pun terasa begitu berat sekarang. Matanya mulai berkunang-kunang. Kakinya mulai payah digerakkan. Dan ia melihat samar sebuah mobil berhenti di depannya. Tapi belum sempat orang itu keluar dari mobilnya,

Tania pingsan.

***

Caca melirik jam yang bertengger manis di salah satu dinding kamarnya. Lalu ia beranjak ke dapur untuk mengambil brownies yang sudah ia bungkus dengan cantik.

Caca lalu berjalan keluar rumah dengan brownies yang ia tenteng di tangan kanannya menuju ke rumah Adit yang berjarak dua rumah dari rumahnya.
Setelah dibukakan gerbangnya oleh satpam, Caca langsung mengetuk pintu kayu rumah Adit. Tak lama kemudian, pintu kayu itu pun terbuka dan menampakkan sosok Adit tengah berdiri dihadapannya.

When Your Heart Talk [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang