Epilog

5.8K 170 9
                                    

Dua tahun kemudian

Mendekati semester akhir, Tania selalu disibukkan oleh tugas akhirnya. Tania selalu terfokus pada laptop yang berada di pangkuannya sehingga Adit yang berada di sebelahnya pun tidak diharaukannya.

"Masih lama ya yank?" tanya Adit.

Tania menautkan kedua alisnya. "Yank? Tumbenan lo mau nyebut-nyebut gitu?" tanya Tania.

"Nggak papalah, kan kita bentar lagi mau tunangan." cengir Adit.

"Emang gue mau tunangan sama lo?"

Adit mengangguk antusias. "Pasti lo mau lah, siapa yang nggak mau sama gue. Udah ganteng, bisa nyanyi, main gitar piano, dan bisa bikin hati wanita senang." balas Adit dengan bangga.

"Emang hati wanita siapa aja yang udah lo bikin senang?" tanya Tania dengan mata yang masih tertuju pada layar laptopnya.

Adit mengetukkan jari pelan pada dagunya kemudian berpikir. "Pertama yang pasti mama gue, dan yang kedua elo lah Tania. Secara pacar gue cuman satu dari dulu. Dan itu elo, yank." jawab Adit serius.

"Nggak laku ya lo jadinya pacar cuma gue aja dari dulu? Kasian." cibir Tania.

Adit berdecih. "Biarin, berarti gue setia orangnya. Dan lo juga buktinya mau sama gue." sahut Adit.

Tania memutar bola matanya malas kemudian berdiri. "Yuk pulang, udah selesai gue tugasnya." ajak Tania setelah ia menutup laptopnya dan menaruhnya kembali di tas.

***

Malam ini, Adit dan Tania sedang berada di rumah Tania. Siang tadi mama Tania menelepon Tania untuk segera berangkat ke Jakarta karena ada perihal yang akan dibicarakan. Tania padahal sudah menolaknya dengan halus karena tugas yang menumpuk dan tenggang waktu tinggal sedikit lagi. Tapi, mamanya tidak menerima alasan itu dan tetap menyuruh Tania pulang sebentar ke Jakarta.

Tania dan Adit duduk di ruang keluarga. Disana ada mama, papa, dan abangnya Tania.

"Emang penting ya Ma sampai aku harus pulang. Capek tau ma Jakarta-Bandung, habis itu berangkat lagi." gerutu Tania yang membuat Adit terkekeh.

Sania tersenyum. "Ada deh, nanti tunggu orangnya datang baru deh kita omongin." jawab Sania.

Tania mengeryit. "Siapa memang? Jangan buat aku penasaran deh." tanya Tania kemudian menatap mama dan papanya bergantian.

Sania dan suaminya hanya tersenyum. Dan setelah itu terdengar suara ketukan pintu, Vano langsung membukakan pintu itu. Dan tampaklah orang yang ditunggu itu sudah datang.

"Hai, Sania. Apa kabar?" tanya Resti.

"Baik, gimana kalau langsung kita omongin aja gimana selanjutnya." jawab Sania.

Mama dan papa Adit lalu duduk di kursi sebelah orangtuanya Tania. Tania lalu bersalaman dengan kedua orangtuanya Adit.

"Begini Tania, gimana kalau kamu dan Adit bertunangan?" tanya Resti langsung.

Tania membulatkan matanya karena kaget. "Tunangan? Kita kan masih kuliah tante apa nggak kecepatan ya?" tanya Tania bingung.

Berbeda dengan Tania, Adit malah tersenyum bahagia mendengar hal itu.

"Adit setuju ma, nanti tamat kuliah kan bisa langsung nikah. Ya nggak Tan?" goda Adit sembari menaik turunkan alisnya.

"Kerja dulu yang mapan baru nikah, nanti kalo nggak kerja lo mau ngasih makan gue apa?" sahut Tania kesal.

When Your Heart Talk [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang