Tania saat ini sedang menunggu Iqbal di taman yang berada di kampusnya. Akhirnya Tania dapat menemukan jawabannya saat ia terbangun dari tidurnya.
Saat Tania menoleh kebelakang, tampak Iqbal sudah berjalan dengan wajah yang terus menyunggingkan senyuman. Tania jadi tidak enak karena ia akan memberikan jawaban yang mungkin tidak ingin di dengar oleh Iqbal.
"Hai, udah lama ya? Maaf telat tadi dosennya lama keluar." sapa Iqbal, ia lalu duduk di samping Tania.
Tania berdeham dahulu sebelum memulai pembicaraan dengan Iqbal.
"Gue ngajak lo ketemuan disini mau beri lo jawaban atas pertanyaan kemarin." kata Tania.
Iqbal langsung menatap Tania serius. "Jadi jawaban lo?" tanya Iqbal lirih.
Tania menarik nafas panjang lalu,
"Maaf Bal gue nggak bisa. Gue nggak bisa bohongi hati gue kalau gue nerima lo. Sekali lagi gue minta maaf. Mungkin lo bisa cari yang lebih baik dari gue," tutur Tania yang langsung membuat Iqbal menekuk wajahnya. "Gue tau kalau ini jawaban yang paling nggak lo inginkan. Tapi hati gue berkata lain, hati gue--"
"Hati lo masih mencintai Adit kan? Lo masih cinta sama Adit, iya kan?" potong Iqbal dengan pertanyaannya.
Tania diam tak bergeming. Ia tak mau menjawabnya.
"Iya kan Tan? Kenapa lo diam? Gue cuma mau tahu apa isi hati lo." ucap Iqbal menatap Tania intens, tapi Tania hanya menunduk ke bawah.
"Dengan lo diam berarti gue anggap kalau lo masih cinta sama Adit," tebak Iqbal langsung. "Tapi nggak papa kok, lo nggak usah ngerasa bersalah gitu." lanjut Iqbal.
"Maaf Bal, tapi kita masih bisa jadi teman kan? Gue takut kalau lo kecewa atas jawaban gue. Gue takut kalau lo marah karena penantian lo selama ini sia-sia."
Iqbal mengangguk, "kita masih bisa kok jadi teman. Dan sebenarnya gue kecewa juga karena ternyata penantian gue nggak berbalas. Mungkin gue juga yang salah karena waktu dulu nggak berani bilang ke lo. Gue terlalu menyiakan waktu itu dan akhirnya penyesalan yang menghampiri gue." jawab Iqbal sambil tersenyum getir.
"Dan gue kedepannya bakal menghargai waktu sehingga gue nggak kehilangan kesempatan itu dan bukannya penyesalan yang datang." kata Iqbal dengan mata yang menatap lurus ke depan.
"Sekali lagi maafin gue ya Bal? Lo mau kan maafin gue?" tanya Tania.
"Lo nggak salah, kenapa minta maaf sama gue. Mungkin kita memang ditakdirkan untuk berteman dan bukan untuk berpasangan. Jadi ya udah deh." jawab Iqbal sambil mengedikkan bahunya.
"Udah jangan ngerasa bersalah gitu dong. Biar lo nggak sedih, yuk gue traktir lo makanan kesukaan lo." kata Iqbal yang langsung berdiri.
Tania hanya tersenyum dan kemudian mengikuti langkah Iqbal disampingnya.
"Mungkin gue ditakdirkan hanya untuk berteman sama lo." batin Iqbal dari lubuk hatinya dan berusaha bersikap tenang untuk menghadapi kenyataan yang ternyata tidak berpihak kepadanya.
***
Tania mendengus sebal karena Jeny mengganggunya disaat ia tengah tertidur di depan televisi karena ia kecapekan karena banyaknya aktifitas di kampusnya.
Jeny menarik-narik tangan Tania lalu memukul-mukul pelan tubuh Tania. Tapi Tania hanya meresponnya dengan gumaman.
"Bangun Tania, ayo siap-siap. Bentar lagi Iqbal jemput nanti lo belum siap-siap." kata Jeny tepat di telinga kanan Tania.
"Mau kemana sih?" tanya Tania dengan suara paraunya.
"Pokoknya lo harus siap-siap, tampil cantik, pake baju yang bagus. Sekarang!" pekik Jeny yang langsung menarik Tania untuk berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Your Heart Talk [Completed]
Teen FictionKetika logika tidak mampu lagi mengartikannya, biarkan hati yang mengartikan semuanya. Ketika kita tidak bisa menjawab sesuatu, biarkan waktu yang menjawab semuanya. Disaat Tania ingin melupakan seseorang dari masa lalunya, disaat itu pun ia kedatan...