Dengan bersenandung ria, Tania memasuki gerbang sekolahnya. Entah mengapa ia hari ini sangat semangat. Seperti ada yang memberi sugesti pada dirinya.
"Hei lo kok kayaknya semangat banget?" tanya Jeny mengernyit saat menatap Tania bersenandung ria.
Tania tersenyum lebar, ia lalu menggeleng pelan. "gue juga nggak tau tuh."
Mereka pun berjalan menyusuri koridor kelas untuk menuju ke kelas.
Jeny menyenggol lengan Tania, "Tania itu kayaknya Adit mau nemui lo deh."
"Nggak, palingan dia mau ke parkiran." sanggah Tania acuh.
Tiba - tiba Adit sudah berdiri di depan Tania dengan jarak yang begitu dekat. Menyadari situasi, Jeny pun tetap melanjutkankan perjalanan ke kelas meninggalkan Tania dan Adit.
Tania pun mundur sedikit dan menatapnya heran, "ada apa Dit?"
Adit tersenyum manis, "nanti lo pulang sama gue ya?"
Jantung Tania pun mulai berdetak tidak karuan.
Tania menggigit bibir bawahnya dan sedikit salah tingkah, "emang mau kemana?"
"Gue mau ngajak lo ke suatu tempat." ucap Adit yang lagi - lagi tersenyum. Tania pun semakin terpesona melihat senyuman Adit.
"Ngg..oke."
Teetttt...
Bel masuk pun berbunyi. Semua murid yang masih keluyuran di luar pun sudah memasuki kelasnya masing - masing, termasuk Tania yang sekarang sudah berada di kelasnya setelah ia ditemani Adit menuju ke kelasnya.
"Anak - anak silahkan buka buku Matematika kalian bab 5," ucap Bu guru tersebut.
"Sekarang ibu mau membagi kelompok. Satu kelompok terdiri dari tiga orang." Guru itu lalu mengambil buku absennya dan mulai membacakan satu persatu anggota kelompok yang dimulai dari kelompok satu.
Tibalah Guru itu membacakan anggota kelompok yang terakhir, "kelompok terakhir, Bian, Kevin, dan Tania. Dan sekarang kalian boleh mengerjakan tugas sesuai yang sudah saya bagi tadi."
Tania mengangkat tangannya, "bu kok saya sekelompok sama Kevin sih?" protes Tania.
"Itu sudah ibu tentukan dan nggak boleh protes lagi." jawab Bu Guru tersebut. Ia lalu langsung duduk kembali di kursi guru.
"Yah bu." dengus Tania.
Mereka pun lalu duduk berkelompok. Tania pun duduk di tengah yaitu diantara Kevin dan Bian.
Tania lalu membuka soal yang diberikan oleh guru tersebut. "Nih lo kerjain yang ini, dan lo yang ini." ucap Tania sembari menunjuk soal masing masing.
Bukannya mengerjakan, Kevin malah menatap Tania sambil senyam-senyum tidak jelas.
Tania mengernyit heran dan menatap Kevin, "kerjain soal lo, jangan senyam-senyum mulu."
"Lo makin cantik aja." gumam Kevin.
Tania malah menjitak kepala Kevin, "kerjain tuh soal. Cepetan." dengus Tania.
Kevin meringis dan langsung mengusap keningnya.
Bian pun terkekeh melihatnya, "yaelah gua jadi kambing congek disini." ucap Bian dengan cukup keras sehingga Guru itu mendengarnya dan menatap asal suara sinis.
"Ada apa Bian?" tanya guru itu dengan tampang sinisnya.
Bian hanya tersenyum, "ngga ada apa - apa bu."
"Ya udah lanjutin kerjain lagi."
Semua kelompok sibuk berkutat dengan soal - soal matematika yang rumitnya minta ampun. Beberapa kelompok kerjasama dengan kelompok lainnya tapi diam - diam karena kalau ketahuan guru, bukannya mendapatkan nilai malah mendapatkan ocehan serta nilai yang langsung dikosongkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Your Heart Talk [Completed]
Teen FictionKetika logika tidak mampu lagi mengartikannya, biarkan hati yang mengartikan semuanya. Ketika kita tidak bisa menjawab sesuatu, biarkan waktu yang menjawab semuanya. Disaat Tania ingin melupakan seseorang dari masa lalunya, disaat itu pun ia kedatan...