Part 22 | Ultimatum

2K 107 3
                                    

Tania menggeret sebuah koper besarnya menuju bawah. Dengan susah payah ia menuruni satu persatu anak tangga sambil mengangkat sedikit kopernya. Ia masih saja terngiang kalimat yang diucapkan Caca semalam, gue dari dulu suka sama Adit tapi sayangnya dia menganggap gue nggak lebih dari seorang sahabat. Tapi sekarang gue kembali, dan semoga aja dia bisa balas perasaan gue.

Flashback on

Setelah ia menemani Adit diruang tv, Tania berjalan menuju ke dapur hendak mengambil minum. Ia membuka kulkas lalu menuang air yang berada di botol itu ke gelas kaca. Ia meneguknya perlahan, dan ia menoleh kebelakang ketika terdengar derap langkah kaki.

"Hai Ca," sapa Tania berusaha seramah mungkin.

Caca tersenyum kecil, "gue mau cerita sama lo Tan," ucap Caca lalu duduk di kursi meja makan yang tak jauh dari situ.

"Lo mau cerita apa?"

Caca menghela nafas sejenak, "lo tau nggak caranya agar orang yang kita suka bisa suka juga sama kita?"

Tania mengeryit sebentar lalu tersenyum, "ya kita harus nyatain perasaan sama dia agar dia tau, terus usaha mungkin," ucapnya lalu meneguk kembali air minum.

Caca mengangguk, " gue dari dulu suka sama Adit tapi sayangnya dia menganggap gue nggak lebih dari seorang sahabat," ia menghela nafas sejenak lalu, "Tapi sekarang gue kembali, dan semoga aja dia bisa balas perasaan gue."

Tania mengernyit bingung, "terus maksud lo ngomong gini ke gue apa?"

Caca mengedikkan bahunya acuh, "ya gue harap lo tau maksudnya tanpa gue kasih tau," ucapnya lalu beranjak pergi meninggalkan Tania yang masih sibuk mencerna perkataan Caca barusan.

Flashback off

"Hei Tania lo ngelamun di tangga?" ucap Cece sambil menggoyangkan lengan Tania.

"Ngg.. nggak gue nggak ngelamun kok," jawab Tania mengelak.

"Lo kalau ada masalah cerita dong jangan disimpan sendiri, gue kan sahabat lo Tan,"

Tania menggeleng lemah, "gue gapapa kok." jawabnya lalu menggeret kopernya menuju teras vila.

***

"Gue curiga tau nggak sama si Caca," kata Zio tiba-tiba.

Beni mengaduk tehnya sejenak, "maksud lo?" tanyanya tak mengerti.

"Ya gue curiga kalau nanti Caca itu jadi pho diantara Tania dan Adit," ucap Zio lalu kembali mengepak barangnya.

"Ngga boleh nuduh lo, dia kan sahabatnya Adit mana mungkin dia jadi pho nya." sanggah Beni.

Zio mengedikkan bahunya, "gue rasa si gitu, tapi ya ngga taulah." jawab Zio lalu menutup kopernya.

Adit tampak baru saja menuruni tangga sambil membawa dua buah koper.

"Itu koper siapa yang satunya Dit?" tanya Tania heran.

"koper Caca." jawab Adit singkat.

Jadi lo lebih milih bawain koper Caca daripada koper pacar lo sendiri?.. tanya Tania dalam hatinya.

"Yuk, kita berangkat lagi entar sampainya kemalaman," ucap Adit menginterupsi.

Yang lainnya pun menganggukkan kepalanya untuk menjawab ajakan Adit.

***

Selama diperjalanan, mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang tidur seperti Beni dan Zio dan ada yang sedang bermain ponselnya.

When Your Heart Talk [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang