Adit, Beni, dan Zio sedang bermain basket di lapangan sekolah mereka. Walaupun mereka tidak sedang latihan tapi cukup banyak yang menonton mereka di tribun. Entah karena ingin duduk saja, atau memang sengaja mau melihat tiga cowok famous bermain basket.
"Woi oper ke gue bolanya, masa lo terus yang main." ucap Zio geram karena daritadi yang memegang bola adalah Beni.
"Nih." jawab Beni yang langsung melempar bolanya ke arah Zio.
Zio pun kemudian mendribel bola basket tersebut, lalu melemparkan ke Adit. Namun karena tidak siap, kepala Adit malah terkena lemparan bola Zio.
Sontak para cewek yang menonton pun histeris karena sang idola terkena lemparan bola."Eh," ucap Adit lalu memegang kepalanya yang terkena bola.
"Lo sih melamun Dit, kenakan jadinya." ucap Zio tidak enak.
"Ngga pa-pa kok, belum bunyi ya bel tambahan pelajaran?" tanya Adit kemudian.
"Nah itu baru bunyi belnya." jawab Beni langsung saat mendengar bel pulang.
Adit pun langsung mengambil tasnya, dan keluar dari lapangan basket.
Ia lalu berjalan sambil menenteng tasnya sebelah menuju kelas tambahan Tania yang berada di lantai dua.
Adit sengaja bermain basket dikarenakan menunggu Tania yang pulang sore karena mendapat pelajaran tambahan untuk menghadapi Ujian Kelulusan.
"Sudah lama nunggu ya?" tanya Tania ketika melihat Adit sudah menunggunya.
Adit menggeleng, "nggak terlalu kok, susah nggak tadi TO nya?"
"Lumayan susah, langsung pulang?"
"Mampir dulu yuk ke kafe, haus gue." kata Adit.
"Yuk." jawab Tania, lalu mereka pun berjalan menuju parkiran.
***
Tania memandang langit malam ini dari balkon kamarnya yang menyajikan ribuan bintang yang bercahaya dan sebuah rembulan yang bulat sempurna. Ia tersenyum tipis saat memandang bintang-bintang itu.
Ia menghela nafas panjang ketika ia mengingat kalau sebentar lagi ia akan menghadapi ujian. Dan sebentar lagi ia akan lulus dari SMA yang sudah hampir tiga tahun mengajarinya.
Tania baru saja ingat kalau ia belum memberitahu Adit tentang rekaman yang ia simpan di ponselnya itu."Besok aja lah gue ngasih nih rekaman ke Adit," gumam Tania sambil memegang erat ponselnya.
Angin malam berhembus makin kencang dan dingin. Tania pun masuk lalu menutup pintu balkon kamarnya.
"Tania, lo mau makan apa kagak?" tanya Vano lalu membuka pintu kamar Tania.
Tania mengangguk kemudian berdiri, "makan lah gue lapar." ucap Tania antusias.
"Ya buruan, dari tadi dipanggil nggak nyahut." sungut Vano.
Tania pun menuruni anak tangga. Di meja makan sudah terlihat mama dan papanya yang sudah menunggu.
"Yuk makan lagi," ucap Sania.
Mereka pun makan dalam keadaan hening. Yang terdengar hanya dentingan sendok yang beradu dengan piring. Atau yang terdengar hanya suara dari televisi.
"Lo mau kuliah dimana, dek?" tanya Vano.
Tania menggeleng lemah, "belum kepikiran mau lanjut kemana." jawab Tania lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Your Heart Talk [Completed]
Novela JuvenilKetika logika tidak mampu lagi mengartikannya, biarkan hati yang mengartikan semuanya. Ketika kita tidak bisa menjawab sesuatu, biarkan waktu yang menjawab semuanya. Disaat Tania ingin melupakan seseorang dari masa lalunya, disaat itu pun ia kedatan...