Alana duduk di lantai sambil bersandar di pinggir kasur kamarnya ke arah balkon. Alana menekuk kedua lutunya, dan menenggelamkan wajah kedalamnya. Alana bingung harus sedih atau bahagia, karena ia di jodohkan dengan orang yang ia suka, dan Papah tak bisa di ajak bicara. Kali ini Alana meneteskan airmata yang tak jelas keterangannya.
Alana mengambil ponsel yang ada di tas kecil yang tadi di bawanya. Ia mencari kontak Malla. Suara dering telepon mengalun, hingga terhenti dan berganti suara Malla.
📱"Halo?"
"Ha...ha..lo...hiks" balas Alana tak dapat menahan isak tangisnya.
"Al, makasih banget ya. Dito sekarang mau ngajakin gue dinner, dia lagi ke toilet nih. Pokoknya kalo lo minta traktir besok aja ya. Ceritanya juga besok aja, sekarang ini moment terbaik gue. Eh, udah dulu ya, dia udah balik dari toilet tuh." Cerocos Malla semangat tanpa bertanya apa tujuan Alana meneleponnya.
"Maa...af, u..da..ah..gang..gu...hiks..." Alana mencoba untuk tegar dan mengerti apa yang sedang di alami sahabatnya itu. Alana tidak mau merusak malam terbaiknya.
"Oke, bye" sambungan terputus sebelum Alana membalasnya. Mungkin Malla tak mendengar suara tangis Alana, karena sedang asyik dengan dunianya sendiri.
"Siapa yang harus gue ajak ngobrol? Binder mamah? Dia bisu, nggak akan ada balasan untuk curhatan gue! Hikss....hikss...." deru tangis Alana makin kuat.
Alana terdiam begitu mendapatkan ide untuk menelepon kakaknya, Elskan. Alana langsung membuka lockscreen pada layar ponselnya, dan mencari kontak Elskan. Terdengar sahutan dari sana.
"Why?" tanya Elskan.
"Bang El, sibuk nggak?" Tanya Alana menahan suara tangisnya.
"Sorry, I'm very busy. Abang sibuk banget nih, tugas kuliah belum selesai" kata Elskan dengan suara seperti kelelahan.
"Oh ya udah, maaf ganggu" Alana langsung menutup teleponnya. Alana memgeluarkan air Tanya lagi.
Mesti gimana lagi? Biar gue dianggep! ,pikir Alana. Semuanya sibuk sama dunianya masing-masing. Gue sebel sama semua orang. Kenapa nggak ada yang ngerti perasaan gue? Papah, bang El, keluarga gue sendiri!!! Bahkan Malla sahabat gue udah lama!!!, Gerutu Alana sambil mengacak-acak rambutnya layaknya orang yang sedang frustasi.
"Gue sebel sama semuanya!!!" Gerutu Alana seraya mengepalkan tangan, dan mengertakan giginya.
Alana bangkit dan menghapus airmata kesedihan itu. Ia mengambil buku binder nya yang bernuansa kota paris tergeletak di kasur. Ia berjalan ke meja belajar. Alana duduk di kursi belajarnya, sambil merangkai senyum yang tak di lihat siapapun. Ia mengambil sebuah bolpoint yang berisikan tinta warna hitam pekat. Ia membuka binder nya, dan mulai menuangkan luapan perasaannya ke atas lembaran kosong.
Dear mom,
Mamah, apa kabar? Al, kangen banget sama mamah. Nggak ada yang ngerti perasaan Al. Al, di sini butuh temen curhat, tapi kayaknya mereka sibuk semua. Ya sudah lah....enggak usah bahas itu. Yang pasti mamah tau kalo Al di sini lagi kesepian.
Oh ya mah....Al di jodohin sama cowok yang Al suka. Tapi, Al bingung mesti seneng apa sedih? Soalnya, papah selalu nggak bisa bagi waktunya buat Al. Al, kesel. Tadi juga, Al kira, Al bisa curhat sama papah. Tapi papah malah ngajak rekan bisnisnya. Udah gitu, pake ada acara jodoh-jodohin segala lagi. Emangnya sekarang jaman siti nurbaya. Al juga takut, dia jadi ngejauhin Al karna perjodohan ini. Udah dulu ya curhat, Al udah ngantuk nih....
Night
Alana menutup binder nya dan beranjak pergi kepulauan kapuk. Ia membaringkan tubuhnya. Ia berharap agar mendapatkan mimpi yang indah dan mimpi indah itu menjadi nyata di esok harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CARE [Tahap Revisi]
Teen Fiction#35 - teenfiction 02/08/2018 #7 - Care 08/01/2020 "Atas dasar apa lo peduli sama gue? Keluarga gue aja nggak peduli sama gue. Bahkan sahabat lama gue aja nggak peduli sama gue. Dan lo, lo siapa? Lo itu cuma orang asing yang singgah di hidup gue!"-Al...