Alana terbangun dari tidurnya. Melihat mentari yang menyorot lewat sela-sela gorden, "Gue kesiangan!" Alana pun langsung bangkit dan segera ke kamar mandi.
Setelah menggunakan seragam, ia baru teringat kejadian tadi malam. "Posternya?! Terus siapa yang bawa gue ke kamar? Astaga...!" Pekik Alana menepuk dahi.
Alana melihat kejanggalan di atas nakas dekat tempat tidurnya. Ia mendapati tumpukan benda mulai yang paling atas adalah handphone-nya, di susul dengan binder dan beberapa lembar kertas. Alana Mencoba mengarahkan langkahnya ke sana.
Alana melotot kaget saat melihat ketiga barang itu, "Jangan bilang kalo yang buat posternya itu Melvin! Terus binder gue kok ada lakban kayak gini! Ahh...nanti aja bahasnya, takut telat!"
Alana hanya membawa poster itu dan meninggalkan handphone nya yang lowbat. Ia langsung pergi ke ruang makan untuk sarapan, sambil menunggu Melvin.
"Pagi tante," Sapa Alana sopan duduk di berhadapan dengan Anna.
"Pagi, Al. Melvin kemana?" Tanya Anna seraya menengok jam tangannya.
"Nggak tau deh, tan. Pintu kamarnya masih ke tutup tadi." Jelas Alana menerima piring yang sudah berisi roti lapis selai kacang dan choco rice atau sering disebut meses dari Anna. Yummy...itu kesukaan Alana. Alana langsung melahapnya.
Tiba-tiba Melvin datang sambil berlari kecil dan masih mengancingkan baju seragamnya. Melvin mengarah ke meja makan dan langsung menyambar roti lapis untuknya tanpa duduk terlebih dulu. "Sarapannya di motor aja sambil jalan, telat nih! Melvin berangkat ya, bund?!" Melvin langsung berjalan keluar.
"Eh? Sarapan dulu, nak!" Khawatir Anna.
Alana bangkit dan pamit kepada tante Anna, dan ia tak melepaskan roti lapisnya. "Al, berangkat tante. Assalamualaikum..."
"Wassalamualaikum..." Anna tersenyum melihat Alana mencium punggung tangannya, tidak seperti Melvin yang main nyelonong aja keluar rumah
Alana langsung berlari menyusul Melvin yang sudah stay di motor besarnya. "Lo lama banget sih!" Omel Melvin.
Alana sudah bisa menebaknya jika Melvin akan memarahinya lagi. "Iya maaf" Alana langsung naik ke atas motor Melvin sambil terus mengunyah roti lapis.
Melvin memakai helm dan tancap gas. Muka Alana berubah tegang saat merasakan motor yang di taikinya itu mengebut. Masih untung rambut Alana di ikat, kalo nggak pasti bakal berantakan abis.
Mereka sampai di sekolah, tapi kali ini tak ada murid yang sibuk memperhatikan mereka berdua. Karena mereka tiba di sekolah tepat bel masuk berbunyi, dan para murid mulai memasuki ruang kelas.
Alana turun dari motor itu sambil merapihkan rambut yang sedikit kusut, "Lo itu kalo bawa motor-" belum sempat Alana menyelesaikan kalimat itu, tapi Melvin langsung pergi tanpa mengucapkan satu patah katapun. "Terserah lo!" Geram Alana.
Alana berjalan ke kelasnya. Alana menepuk dahi saat ingat sesuatu, "Ya ampun, gue lupa bilang makasih ke Melvin soal poster! Entar aja deh!!" Alana melanjutkan berjalan ke kelas.
•
«•»
•
Istirahat pertama ini Alana akan mengunjungi Marco untuk menyerahkan poster itu. Marco kini berada di ruang OSIS bersama dengan OSIS yang lain. Alana pun masuk ke ruang itu. Ia duduk di antara Marco dan Dito.
"Mar, nih posternya. Lo cek aja dulu!" Alana menyerahkan beberapa lembar poster itu kepada Marco.
Marco mengecek dengan teliti sambil mengangguk, "Bagus kok! Lo buat sendiri?" Tanya Marco.
"Hmm...sebenernya yang buat itu Melvin." Ujar Alana jujur.
"APA?" Teriakkan itu membuat semua anak di ruangan ini menoleh ke arah Marco. "Eh? Engg...maksud gue...dia jago juga buat poster!" Marco mencari alasan. Alana hanya mengangguk sambil tersenyum.
Dito menyenggol lengan Alana, "Lo sama Melvin pacaran, ya?! Kok, Melvin nggak pernah cerita ke gue!" Kata Dito sedikit berbisik. Dito memang teman dekatnya Melvin, tapi mereka jarang berkumpul karena Dito lebih suka menyendiri di perpustakaan.
Alana melotot ke arahnya, "Ya enggaklah" tolak Alana dengan cepat.
"Tapi kok, kalian berangkat sama pulang bareng?" Tanya Dito kepo.
"Emangnya nggak boleh?!" Tantang Alana menaikkan sebelah alisnya.
"Heemmm..." Marco berdehem menatap mereka berdua. Mereka berdua pun hanya tersenyum kaku. Marco berdiri untuk memulai rapat, "Bisa gue mulai?" Tanya Marco mencari perhatian semua anak di ruangan ini. Semua anak diam dan langsung mengarahkan pandangannya kepada Marco.
Marco pun mulai berbicara langkah kerja kami untuk acara pensi yang lima hari lagi. Tak lupa Marco menyampaikan pendapat yang sempat Alana lontarkan sebelumnya. Tentang penggalangan dana untuk anak jalanan. Semuanya setuju dengan itu. Baguslah...
•
«•»
•
Selesai rapat, Marco akan membantu Alana menempelkan beberapa poster di beberapa mading di sekolah ini. Alana keluar dari ruangan itu setelah anak OSIS yang lain keluar.
Alana keluar ruangan dan mendapati Melvin tengah mengikat tali sepatu di depan pintu, "Melvin"
Melvin langsung berdiri saat selesai mengikat tali sepatu itu, "Al, gue mau ngomong sama lo!" Pinta Melvin dengan wajah yang lesu.
"Ya udah, ngomong aja. Oh iya, gue juga mau ngomong makasih karena lo udah buatin poster ini." Alana menunjukkan poster yang ia pegang. Melvin hanya mengangguk. "Lo mau ngomong apa?" Tanya Alana.
Marco keluar dari pintu dan berdiri di sebelah Alana. Marco memberikan tatapan tajam pada Melvin, tapi Melvin tak menghiraukan. Melvin hanya menatap Alana. "Gue mau ngomong empat mata!" Melvin melirik ke arah Marco. Alana mengerti maksud matanya itu.
"Tapi kita mau nempel poster!" Ujar Marco.
"Biar gue yang bantu Alana nempelin posternya!" Pinta Melvin. Alana melirik Marco tidak enak hati dengan perlakukan Melvin.
"Hmm...ya udah, nggak papa, Mar! Gue sama Melvin aja yang nempel!" Balas Alana dengan ragu.
"Oke" Marco pergi dengan berat hati. Sebenarnya Marco tak rela melihat mereka terus berdua, tapi itu Alana yang meminta.
Alana dan Melvin pun berjalan menuju mading di sekolah ini. "Mau ngomong apa?" Tanya Alana seraya menempelkan poster yang dibantu oleh Melvin.
"Nanti aja, di sini banyak orang!" Cetus Melvin.
"Tadi malem siapa yang bawa gue ke kamar?" Tanya Alana.
"Menurut lo siapa?" Melvin malah balik tanya.
"Elo?" Jawab yang Alana tau. Karena cuma Melvin yang ada di TKP.
Melvin tak menjawab, mungkin itu tandanya ia menjawab 'iya'. "Lo makan apa sih? Berat banget tau nggak?!" Gerutu Melvin.
"Hah? Masa sih? Terakhir gue nimbang berat gue cuma 48 kg!" Protes Alana tak percaya. Melvin menyembunyikan senyum saat melihat raut wajah Alana yang sedikit kesal di bilang gemuk. Padahal itu hanya sebuah lelucon yang dibuat Melvin.
~Thanks~
KAMU SEDANG MEMBACA
CARE [Tahap Revisi]
Teen Fiction#35 - teenfiction 02/08/2018 #7 - Care 08/01/2020 "Atas dasar apa lo peduli sama gue? Keluarga gue aja nggak peduli sama gue. Bahkan sahabat lama gue aja nggak peduli sama gue. Dan lo, lo siapa? Lo itu cuma orang asing yang singgah di hidup gue!"-Al...