Melvin sengaja bolos saat jam pelajaran terakhir sebelum pulang. Melvin hanya berpikir keras selama itu. Tadinya ia masih belum yakin ini yang namanya CINTA. Namun, setelah berpikir tadi ia mengerti.
Bel pulang sudah berbunyi dua menit yang lalu. Melvin berdiri untuk kembali ke kelas dan mengambil tasnya. Kelas sepi hanya meninggalkan Dito yang menunggu Melvin kembali.
"Lo dari mana aja? Dua jam pelajaran bolos!" Celetuk Dito.
"Ada urusan dikit!" Timpal Melvin enteng.
"Masalahnya sedikit? Tapi sampe dua jam pelajaran!"
"Ya udahlah... gue mau pulang!" Melvin meraih tasnya.
"Eh, bentar! Nih selembaran buat pensi! Awas lo sampe nggak dateng!!" Tukas Dito memberikan selembar itu.
"Buang aja, gue nggak bakal dateng! Kalo nggak lo kasih ibu kantin buat kertas gorengan aja!" Melvin langsung cabut.
•-•-•-•
"Al, tadi gimana?" Tanya Malla. Kini mereka tengah berjalan keluar sekolah, sedangkan Riri pulang lebih dulu.
"Melvin cuma merasa kalah dari Marco, dan gue merasa sebagai alat permainannya dia aja!" Timpal Alana malas.
"Terus, terus?!"
"Ahhh... udahlah males bahas itu lagi!" Sudahi Alana.
Tiba-tiba Marco berlari ke arah mereka. Malla merasa tak ingin jadi kambing conge memilih untuk pergi.
"Pulang bareng gue yuk!" Ajak Marco.
Alana menggaruk kepalanya bingung harus menolak dengan cara halus seperti apa? Karena sebenarnya Alana malah risih kalau setiap hari di kuntit.
"Hmm... nggak bisa deh kayaknya, lain kali ya?! Nggak papa, kan?" Balas Alana kecut.
"Kenapa? Melvin lagi?" tanya Marco curiga.
Cepat-cepat Alana mengelak agar tak terjadi kesalahpahaman, "Bukan! Tapi....hmm..." Alana bingung harus beralasan apa.
"Tapi??..." Marco menaikkan sebelah alisnya menunggu alasan yang akan di lontarkan oleh Alana.
"Tapi...kakak gue yang bakal jemput gue!" Alana menelan saliva dengan sulitnya.
"Ohh... kalau besok?" tanya Marco.
"Hmm... besok ya?!.." Alana gigit jari jempolnya. "Kayak juga nggak bisa deh, termasuk beberapa hari kedepan. Soalnya gue bakal di anter jemput sama dia selama dia di sini!" Celetuk Alana asal.
"Oh ya udah, nggak papa kok! Tapi, lusa pensi lo gue jemput ya?" Timpal Marco.
"Hmm?... eh.. oke, oke. Gue duluan, ya?!" Alana langsung pergi tanpa mendapat balasan dari Marco.
Alana membatalkan niatnya untuk keluar gerbang sekolah. Ia berjalan ke arah koridor sekolah yang sudah sepi tak seorangpun selain dirinya. Ia memilih ke sini agar tak bertemu Marco di gerbang nanti. Ia duduk di kursi yang tersedia. Mengotak atik ponselnya untuk mencari kontak Elskan.
"Kenapa?" tanya Elskan.
"Jemput Al, donk bang! Di sekolah nih!" Pinta Alana.
"Gue nggak tau sekolah lo dimana? Lagi pula bukannya lo biasanya pulang bareng Mel... Mel... siapa tuh calon tunangan lo?!!" Timpal Elskan.
"Lagi marahan! Udahlah, Bang El kan bisa searching di Google maps!" Saran Alana.
"Iya, tunggu di gerbang ya lo gue nggak mau masuk buat nyari lo!" Pekik Elskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CARE [Tahap Revisi]
Teen Fiction#35 - teenfiction 02/08/2018 #7 - Care 08/01/2020 "Atas dasar apa lo peduli sama gue? Keluarga gue aja nggak peduli sama gue. Bahkan sahabat lama gue aja nggak peduli sama gue. Dan lo, lo siapa? Lo itu cuma orang asing yang singgah di hidup gue!"-Al...