16 •[ancaman Mega]

18.6K 1K 6
                                    

Alana di ajak Melvin untuk duduk di bawah pohon pinggir lapangan basket tepatnya di atas rerumputan yang hijau. Alana duduk di sebelah Melvin sambil bersandar di batang pohon. Sejuk.

"Lo mau ngomong apa?" Tanya Alana datar menatap lapangan yang kosong.

"Lo suka kan sama gue?" Alana spontan menatap Melvin tak percaya jika ia akan membahas soal itu.

"Lo masih percaya sama omongan Mega?" Alana tersenyum miris.

Melvin mengubah posisi duduknya menghadap Alana, "Bukan, bukan soal Mega! Gue baca binder lo tadi malem! Kertas yang lo tulis di halaman terakhir!" Tukas Melvin.

"Kenapa lo baca sih?! Itu privasi gue, nggak sopan!" Cetus Alana kesel dan berdiri untuk pergi. Sebenarnya Alana memilih pergi untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan seputar itu. Alana berharap Melvin tidak menanyakan itu lebih lanjut.

"Heh! Gue belum selesai ngomong!" Titah Melvin ikut berdiri. "Sekarang siapa yang nggak sopan?! Lo main pergi gitu aja!" Balas Melvin.

Alana berbalik "Mau bahas apa lagi? Bentar lagi bel!" Kata Alana malas.

"Tolong jujur sama gue! Biar gue nggak bingung soal perjodohan kita, dan gue juga nggak mau nyakitin perasaan lo!" Ujar Melvin kali ini serius. Melvin menatap mata Alana yang mulai berkaca-kaca, "Gue tau lo bohong, dan semua itu lo tutupin karena lo nggak mau gue benci sama lo, kayak sikap gue ke Mega, ya kan?" Melvin tak menghiraukan beberapa anak yang lalu lalang memperhatikan mereka sambil terus berbisik.

Teettttt...

Bel masuk berbunyi. Ini bisa menjadi alasan untuk Alana segera pergi. "Hmm... udah bel!" Ujar Alana kikuk dan segera pergi tanpa menunggu balasan dari Melvin.

Melvin hanya menggaruk-garuk kepalanya dari belakang hingga depan dan sebaliknya secara kasar, layaknya orang frustasi. Alhasil rambutnya jadi berantakan.

¤•¤•¤

Jam terakhir ini gurunya nggak masuk. Berkah. Semua anak di kelas Alana bersorak riang karena dua jam pelajaran tak ada guru, walaupun diberikan beberapa soal fisika. Tapi tidak dengan Alana yang dari tadi hanya melamun untuk memikirkan apa yang akan ia katakan jika bertemu Melvin nanti.

"Gimana soal taman bacaan?" Tanya Malla. Sesaat Alana tersadar dari lamunan itu.

"Hmm... Semua anak OSIS dan guru mendukung kok." Ujar Alana.

"Syukur deh!" Balas Malla.

"Makasih, ya. Gue harap anak-anak lebih semangat belajarnya." Kata Riri.

"Udah sepatutnya kita semua yang mampu buat membantu. Lo udah liat posternya, kan?" Tanya Alana. Malla dan Riri hanya mengangguk.

"BTW, gimana hubungan lo sama Melvin?" Tanya Malla menaik turunkan alisnya.

"Melvin baca semua isi binder gue, dan sekarang dia tau kalo gue beneran suka sama dia! Please kasih gue saran, gue harus jawab apa kalo Melvin minta gue jujur?!"

Alana melirik Malla, "Hmm... gue sih nggak tau mau kasih saran apa. Takut nanti salah."

Setelah mendengar jawaban Malla, mata Alana beralih melirik Riri untuk meminta jawaban, "Kalo menurut gue sih, mending lo jujur aja. Buat kedepannya kita nggak pernah tau bakal gimana. Mungkin aja Melvin suka sama lo, dan kalian jadian!"

CARE [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang