19 •[She's mine]

18.8K 1K 10
                                    

Istirahat ini, seperti biasa Alana, Malla dan Riri akan pergi ke kantin. Saat berjalan menuju kantin, mata Alana menangkap sosok Marco. Awkward banget bagi Alana saat ini, dan itu akibat kejadian semalam.

Saat Marco menangkap tatapan dari Alana, Marco langsung menghampirinya dan malah mengajaknya untuk bicara. Sehingga Malla dan Riri izin ke kantin lebih dulu.

"Gue mau ngomong tentang tadi malem!" Ujar Marco.

"Marco, gue beneran minta maaf. Gue nggak bisa-" ucapan itu terhenti saat Alana melihat Marco malah terkekeh. Apa yang lucu?

"Lo nggak salah, kok. Gue yang harusnya minta maaf. Gue harusnya siap dengan apapun jawaban yang bakal lo kasih ke gue. Dan soal gue ninggalin lo sendirian di cafe, gue minta maaf. Gue nggak seharusnya kayak gitu, gue terlalu egois!" Marco memberikan senyuman pada Alana.

Alana merasa lega dengan ucapan itu, dan rasa canggung nya seketika menghilang. "Hemm... kita saling memaafkan aja. Teman!" Alana mengacungkan jari kelingkingnya sebagai tanda pertemanan.

Marco membalas kelingking itu, " "Harus ya kayak anak kecil? Hahaha...teman!"

"Hehehe... Ya udah gue duluan, ya?!" Pamit Alana ingin segera menyusul teman-temannya.

"Oke" balas Marco.

Alana berjalan dan dari arah belakang terdengar suara panggilan memanggil Alana. Suara yang cempreng kayak nenek lampir. Siapa lagi kalau bukan Mega. "Mau ngapain lagi tuh anak?!" Gumam Alana mempercepat langkahnya.

Namun Alana kurang cepat. Langkahnya terhadang oleh Mega, "Gue suruh lo untuk istirahat di kelas! Kenapa kabur? Lo takut sama gue?!" Tanya Mega nyolot.

Memang sebelumnya Mega menyuruh Alana untuk diam di kelas saat jam istirahat ini. "Siapa lo nyuruh-nyuruh gue!" Timpal Alana menampar ucapan Mega barusan.

Mulut Mega membentuk huruf 'O' kagum dengan sifat Alana yang ikutan nyolot. "Gue kagum sama lo. Cuma lo yang berani ngelawan ucapan gue. Cuma lo yang berani jambak rambut cantik gue." Mega bertepuk tangan di depan muka Alana.

Alana sedikit memundurkan wajahnya. "Apa sih mau lo?!" Tanya Alana.

"Itu bego apa tolol sih?! Gue berkali-kali ngomong ke elo kalo lo nggak boleh deket-deket sama Melvin!" Tukas Mega.

"Gue nggak deketin Melvin! Melvin nya aja yang deketin gue. Lagi pula dia risih deket sama lo katanya!" Celetuk Alana datar tapi manjur membuat Mega naik darah.

"ALANA!!!" Geram Mega mengepal kedua tangannya di depan wajah Alana.

Satu, dua.... tiga, kabur!!! Alana lari lagi! Sial! Lagi laper di suruh lari! Alana sampai di sudut mading sekolah, paling tidak ada celah untuk sembunyi.

Alana bersandar di dinding sebelah mading, mencoba mengatur nafas. Matanya tertutup untuk menenangkan diri.

Sebuah sentuhan di bahu Alana membuat matanya mendadak terbuka.

"Eh? Ini gue!" Ujar Melvin.

Alana mengelus dada, "syukur deh!"

"Lo kenapa? pasti Mega lagi!" Tebak Melvin.

"Iya, udah lo diem aja!"

"Tau gue! Udah ayo ke kantin!" Melvin menarik pergelangan tangan Alana.

"Eh? Gue nggak mau berantem lagi sama Mega! Gue nggak mau masuk ruang BK!" Protes Alana.

"Tenang, kan ada gue!" Jawab Melvin santai.

Sesampainya di kantin Alana mendapati Mega sedang tengak-tengok mencari keberadaan seseorang. Siapa lagi kalau bukan Alana. Mampus gue!

Alana mencoba berbalik arah sebelum ketahuan Mega, namun genggaman Melvin sangat kuat. Hingga Mega menyadari keberadaannya. Alana mencoba menutup matanya pasrah dengan apa yang akan terjadi.

"ALANA!!!" Teriak Mega.

Alana langsung membuka matanya saat sadar Mega berada di hadapannya. Alana melihat sekitar, oke sekarang dia menjadi sorotan semua murid di kantin.

Alana melihat Mega melipat kedua tangannya si depan dada dan mengarahkan matanya ke arah tangan kanan Alana. Alana mengikuti arah pandangan itu dan sadar dengan keberadaan tangannya yang masih di genggam Melvin. Alana langsung melepaskan genggaman itu.

"Itu tadi Melvin yang narik-narik gue!" Sergah Alana sebelum Mega salah paham lagi.

"Lo budek atau apa bolot sih?! Gue capek ngomong sama lo!" Geram Mega di depan semua murid.

Ini sangat memalukan bagi Alana! Dapat omelan nggak jelas dari seseorang orang yang bukan siapa-siapanya, ini aneh! Alana kini bungkam tak tau harus bilang apa lagi.

"Jangan ganggu Alana!" Ujar Melvin. Tapi itu tidak membuat Alana tenang sedikit pun.

"Melvin, kenapa sih lo harus belain cewek kayak dia!" Ujar Mega.

"Karena dia sekarang udah jadi pacar gue!" Tukas Melvin.

What??!! Alana langsung menoleh ke arah Melvin tak percaya. Sempat kaget juga, atau lebih tepatnya shock pakai banget! Bukan hanya Alana dan Mega yang terkejut, tetapi satu kantin ini. Sebagian dari mulut mereka menganga membentuk huruf O.

Mega terkekeh, "Gue nggak percaya, kalo kalian pacaran! Apa buktinya?" Tantang Mega.

Melvin meraih tangan Alana dan menggenggamnya. Genggaman itu ia tarik ke atas, tepatnya ke depan muka Mega agar ia melihat dengan jelas genggaman itu.

Mega terkekeh lagi, "Cuma pegangan tangan?! Hahaha... yang lagi friendzone juga bisa kali!" Ledek Mega.

"Buat semua yang ada di sini, jangan pernah ganggu Alana. Kalo kalian ganggu Alana, bahkan buat dia lecet sedikit pun, kalian bakal berurusan sama gue," Melvin berkoar keseluruh isi kantin, kini tatapannya beralih ke arah Mega, "Termasuk elo!"

Alana menutup matanya, takut melihat reaksi orang-orang tentang dirinya.

"Alana, sejak kapan lo jadian sama Melvin?! JAWAB GUE!" Teriak Mega.

Alana tersadar dan membuka matanya melihat ke arah sekitar. Semua orang yang ada di sini melotot!  Alana melirik ke arah Melvin bingung mau jawab apa.

"JAWAB!" Tukas Mega.

"Ke- kemarin, iya baru kemarin!" Jawab Alana gugup.

"Sekarang percaya?" Tanya Melvin pada Mega.

"Lo beneran pacaran? Serius?" Tanya Mega masih tak percaya.

"Ya iyalah! Sekarang gue minta sama lo, jangan ganggu Alana lagi, atau lo bakal berurusan sama gue!!" Ancam Melvin sekali lagi. Melvin menarik tangan Alana untuk keluar dari kantin yang masih bungkam dengan perlakuan Melvin tadi. Alana yakin, ia akan langsung jadi bahan gosip seantero sekolah.

Alana di bawa ke pinggir lapangan futsal yang sepi. Alana langsung melepaskan genggaman itu, dan langsung menampar pipi Melvin.

Plaakkk....

"Aaauuu... kenapa lo nampar gue?!" Melvin memegang pipinya yang sakit.

"Kenapa lo ngelakuin itu di depan satu kantin?!" Alana balik tanya.

"Gue cuma mau tolongin lo doang! Seharusnya bilang 'makasih', kek! Dasar nggak tau terimakasih!"

"Tapi bisa kan pake cara lain!"

"Tadi yang ada di otak gue cuma itu, masa gue harus mikir dulu! Tadinya gue niat mau cium lo, tapi gue jijik sendiri!"

Plaakkk...

Tamparan untuk kedua kalinya,"Jangan mesum, bukannya minta maaf! Lagi pula kenapa lo mau tolong gue? Biasanya lo cuek!" Tanya Alana heran. Kenapa Melvin bersikap beda padanya, berbeda dengan saat dia berhadapan dengan cewek lain.

"Gue bakal jawab semua itu nanti malem!" Kata Melvin sebelum akhirnya pergi.

.

°·.·°·.·°·.·°·.·°·.·°·.·°·.·°·.·°·.·°·.·°
Yang mau baca story aku yg lain ^^ langsung kunjungi work aku ya,
blackthorn_girl

Makasih

CARE [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang