"Saat yang paling sepi dalam hidup seseorang adalah ketika mereka melihat seluruh dunia berantakan, dan yang bisa mereka lakukan hanyalah menatap kosong."
F. Scott Fitzgerald
●○●○●○●○●
"Siang semua." Sapa Riri yang setibanya di depan anak-anak yang sudah mengumpul di hadapannya.
"Siang, kak." Jawab mereka serempak. Mereka duduk di atas tikar yang sudah rusak, bolongannya di tambal dengan karung beras. Tikarnya juga terlihat kotor, seperti tidak pernah di cuci.
"Kakak, bawa temen-temen kakak. Yang ini namanya Kak Alana." Kata Riri memperkenalkan Alana di depan semua anak itu.
"Panggil aja, Kak Al," tambah Alana mengukir senyumannya.
"Yang ini, Kak Malla," giliran Malla yang di perkenalkan.
"Kak Mal, lebih singkat," tambah Malla malu-malu.
"Kak Al, sama Kak Mal, mau bantuin Kak Riri ngajarin kita?" tanya seorang anak perempuan yang sekiranya berumur sepuluh tahun. Alana dan Malla saling bertatapan untuk mencari jawaban yang sama.
"Hmm....iya" jawab Alana.
"Yey....yey.." sorak anak-anak itu kegirangan.
"Kalian yakin, mau bantuin gue ngajar?" tanya Riri berbisik kepada Alana dan Malla.
"Iya, nggak papa. Lagian gue di rumah mulu sendirian, mendingan bantuin lo ngajar mereka." Kata Alana.
"Gue ikut aja deh, lagi pula asyik juga, itung-itung nambah pengalaman jadi guru, hehehe....." kata Malla.
"Makasih ya..." ujar Riri.
"Sama-sama" kata Alana.
"Nyantai aja, mbak bro" kata Malla. Mereka kembali menatap anak-anak itu.
"Sebelum itu, kakak mau tau donk. Nama kalian satu persatu, kan kalian udah tau nama kakak, sekarang giliran kakak yang tau nama kalian." Kata Alana mencoba bersikap ramah.
"Kakak juga mau tau keseharian kalian, bolehkan di certain. Singkat aja." Tambah Malla.
"Oke, kita mulai dari sebelah kanan dulu." Kata Alana menunjuk anak laki-laki yang berkulit seperti sawo matang, dengan rambut yang awut-awutan, memakai baju yang terlihat banyak bolong-bolongnya. Anak itu berdiri di tempat dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi.
"Kenalin nih, name aye Ucup. [Perkenalkan, nama saya Ucup]" Katanya dengan logat betawi ala anak Jakarta. "Aye biasenye, bantuin emak ama babeh mulung barang rongsok. Terus, kalo udeh kekumpul banyak di jual, biar dapet duit. [saya biasanya, membantu ibu sama ayah mencari barang bekas. Terus, kalau sudah terkumpul banyak di jual, supaya dapat uang]" tambahnya lalu kembali duduk.
"Tepuk tangannya," kata Alana. Ucup yang di berikan tepuk tangan malah berlaga seperti seorang pemenang, ekspresinya membuat Alana, dan Malla tertawa kecil.
"Ayo lanjut, Udin." Suruh Riri yang memang sudah mengenal mereka satu-persatu. Udin yang di suruh pun berdiri.
"Yah....Udin, celana lo bolong noh. [Yah....Udin, celananya bolong tuh]" ledek Ucup membuat semuanya tertawa.
"Mane nyang bolong? [Mana yang bolong?]" tanya Udin sambil memeriksa celananya.
"Hahaha...gue kibulin mao aje lo, Udin...Udin. [Hahaha...gue bohongi mau aja lo, Udin...Udin]" kata Ucup.
"Goroh mulu sih lo! [Bohong mulu sih lo!]" kata Udin jengkel.
"Eh...udah...udah...ayo, Udin kenalin diri kamu!" Kata Malla.
KAMU SEDANG MEMBACA
CARE [Tahap Revisi]
Teen Fiction#35 - teenfiction 02/08/2018 #7 - Care 08/01/2020 "Atas dasar apa lo peduli sama gue? Keluarga gue aja nggak peduli sama gue. Bahkan sahabat lama gue aja nggak peduli sama gue. Dan lo, lo siapa? Lo itu cuma orang asing yang singgah di hidup gue!"-Al...