24 •[Joules?]

17.6K 1K 25
                                    


Alana turun dari motor itu. Alana menatap sekelilingnya yang terus memperhatikannya dengan Melvin. "Mel, gue malu! Ini semua gara-gara lo!"

Melvin turun dari motornya. Ia meraih tangan Alana dan berbisik di telinganya, "Lo tenang aja!"

"Gimana bisa tenang?!" Gerutu Alana.

"Belaga santai aja!" Melvin menarik lengan kiri Alana untuk mengantarkannya ke kelas.

Alana hanya bisa pasrah akan takdir berikutnya. Alana mencoba tak menghiraukan sekitarnya yang bergosip ria tentang mereka berdua.

Kok, Melvin mau ya sama dia?

Padahal Mega lebih cantik.

Mungkin Melvin cuma manfaatin dia kali, buat ngerjain semua tugas fisikanya.

Melvin ngeliat apa sih dari Alana? Cantik juga nggak!

Mereka itu nggak cocok. terbalik dari film beauty and the beast, yang bener itu handsome and the beast. Hahahaha...

Telinga Alana cukup panas mendengar itu. Alana merasa tak tahan, ia melepaskan genggamannya dari Melvin. Alana segera berlari menjauh dari sana.

Melvin yang melihat Alana pergi mengerti maksudnya. Melvin melihat sekitarnya, "Diem!! Lo semua nggak tau apa-apa soal gue sama Alana! Bubar semua!!!" Teriak Melvin membuat semuanya diam dan pergi.

Alana berlari menuju ruang seni yang sepi, setidaknya ia bisa bebas menangis di sana. "Kenapa semuanya benci sama gue! Apa salah gue?!" Gumam Alana.

"Lo nggak salah, kok! Yang salah itu Melvin!" Pekik seseorang dari arah belakang.

Alana menoleh ke arah suara tadi, "Marco?"

"Kenapa lo harus pacaran sama orang yang nggak bisa ngerti lo?" tanya Marco.

"Bukan gitu, lo nggak ngerti!" Bantah Alana.

Marco mendekat ke Alana dan memegang kedua bahu Alana. "Kalo lo jadi pacar gue, gue akan ngertiin lo, gue akan lindungin lo, gue akan-" belum selesai Marco berbicara Alana memotongnya.

"Maafin gue, gue salah nolak lo! Gue sama Melvin itu cuma pura-pura supaya gue nggak di bully sama Mega! Tapi, gue salah, itu malah buat gue makin sakit hati! Gue... gue tarik kata-kata gue waktu itu! Gue mau jadi pacar lo, dan gue akan berusaha cinta sama lo!"

"Jadi... kita pacaran?" tanya Marco.

"Kasih gue waktu, supaya seantero sekolah nggak anggep gue player" balas Alana.

Braakkk...

Pintu ruang seni ini terbanting oleh Melvin. Alana dan Marco yang kaget langsung melepaskan pelukkan tadi.

Melvin berjalan ke arah Marco untuk meraih kerah bajunya, "Apa maksud lo menghasut pacar gue?"

"Eh? Melvin jangan ribut! Udah.. udah!" Titah Alana mencoba melerai.

Melvin melirik Alana, "Lo diem aja! Ini urusan laki-laki!" Melvin memberikan tatapan tajam pada Marco, "Jawab gue!"

Marco hanya terkekeh, "Udahlah... sandiwara lo itu udah terbongkar! Lagi pula Alana itu udah nggak mau lagi jadi pacar pura-pura lo, dan dia lebih memilih gue!"

CARE [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang