17 •[Melvin vs Marco]

18.2K 1K 5
                                    

Alana pulang dengan mengurai rambutnya, terpaksa untuk menutupi pipinya yang memar. Alana melihat Melvin sudah menunggu di motornya.

"Alana?" Tanyanya sedikit kaget tak menyangka kalau orang yang di hadapannya itu adalah Alana.

Alana hanya menunduk, "Melvin, lo pulang duluan aja, gue mau pergi sama temen temen gue."

"Gue ikut" kata Melvin.

"Hah?"

"Lo pasti denger dengan jelas ucapan gue barusan, jadi gue nggak perlu ulang. Hmm... tumben banget rambut lo di urai?" Tanya Melvin.

"Nggak pa-pa. Mending lo nggak usah ikut ya, motor lo nanti gimana? Gue mau ke rumah Riri naik angkot"

"Ya udah gue ikutin angkot yang kalian tumpangin naik motor gue, bereskan!" Timpal Melvin. 

"Nggak boleh! Emangnya nggak malu cowok sendirian?!" Elak Alana.

"Nggak masalah" ujar Melvin membuat Alana kehabisan alasan untuk melarang Melvin ikut. Melvin mengangkat dagu Alana dan mengecek semua bagian wajah Alana."Pipi lo merah? Kenapa?" Tanyanya Melvin melihat memar di pipi Alana.

Alana langsung menarik tangan Melvin dari wajahnya, "Nggak pa-pa, kok."

"Nggak pa-pa gimana? Nanti kalo bunda gue liat, gue bisa di marahin. Emang lo abis ngapain sampe kayak gitu?"

"Hemm... ini... itu... cuman kepentok tembok, ya... cuma itu." Alana berharap Melvin percaya perkataanya. Tapi dari raut wajah Melvin sepertinya dia percaya. semoga saja. "Lo mending nggak usah ikut, deh!" Alana melirik sekitarnya gelisa berharap Mega tak melihat mereka.

Melvin melihat Alana bingung, "Lo cari siapa?!"

"Hmm... Nggak. Gue udah di tunggu tuh!" Alana menggigit bibir bawahnya sambil menatap kedua sahabatnya di ujung koridor.

"Gue ikut!" Melvin kekeh dengan keputusannya.

Tiba-tiba Marco datang, hal itu membuat Malla dan Riri yang berdiri di ujung koridor memutar bola matanya seraya menarik nafas panjang, "Tambah lama, deh. Emang nggak enak ya, di hampit sama dua cowok sekaligus!" Gerutu Malla dan dibalas anggukkan dari Riri.

Tiba-tiba Marco menempelkan sekantong es batu ke pipi Alana, "Gue tau, pasti gara-gara Mega!"

Alana memegang kantong plastik yang berisi es batu itu, "Biar gue sendiri! Makasih"

"Kenapa lo nggak bilang, kalo semuanya gara-gara Mega?!" Tanya Melvin.

"Udahlah, udah nggak sakit kok" timpal Alana menganggap enteng.

"Al, lo mau pergi ke tempat anak jalanan itu, ya?" Tanya Marco sengaja tidak menganggap kehadiran Melvin di sebelahnya.

"Hmm..." Alana mengangguk ragu.

"Gue ikut, ya?" Tanya Marco lagi

"Boleh" jawab Alana datar. Melvin langsung melotot mendengar jawaban itu.

"Lo gimana sih? Dia boleh ikut, gue masa nggak boleh?! Pokoknya kalo si Comar ini ikut, gue juga mesti ikut!" Tukas Melvin keras kepala.

"Oke, lo boleh ikut. Tapi, lo boncengin Marco ya? Soalnya dia naik mobil!" Ujar Alana membuat keduanya saling memberi tatapan jengah.

"Eh?... Nggak-nggak! Gue nggak rela motor gue di naikin sama dia!" Sergah Melvin sinis.

"Siapa juga yang mau naik motor jelek lo! Gue naik angkot aja sama lo, Al." ujar Marco.

"No way, angkot untuk cewek! Cowok-cowok naik motor aja! Udah ah... kasihan Malla sama Riri, gue tunggu di halte!" Alana langsung pergi menghampiri kedua sahabatnya itu.

CARE [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang