DUA

39.5K 2.3K 44
                                    

"Otak tolong kerjasamanya yah!."

••••

Lea Pov

Gue berjalan menyusuri lorong yang mulai sepi dengan tergesah-gesah karena waktu menunjukan pukul tujuh kurang dua puluh lima menit yang artinya sebentar lagi pelajaran akan di mulai.

Kalau sampai gue telat masuk kedalam kelas, gue kutuk kak Eno jadi batu meskipun tidak akan mempan. Karena penyebab gue terlambat adalah ban mobil kak Eno yang tiba-tiba kempes untung saja di pagi hari seperti ini sudah ada bengkel yang buka.

Sekarang masalah yang gue hadapi adalah mencari kelas XI IPS B yang gue gak tau keberadaannya sampai membuat gue harus naik turun tangga.

"Oke! Ini kelasnya di lantai berapa sih! Kata pak satpam di lantai dua tapi di lantai dua gak ada!"

Gue akhirnya memutuskan untuk berlari karena waktu semakin menipis dan gue pasti terlambat masuk ke dalam kelas. Ternyata jika niat baik pasti akan ada jalan keluarnya, dan kelas itu sekarang tak jauh dari hadapan gue hanya berjarak beberapa langkah saja.

"Ayo Lea semangat waktu tinggal enam menit lagi!" Gue coba menyemangati diri sendiri. Ya siapa lagi kalau bukan gue, di sini gak ada yang gue kenal.

Tanpa banyak bicara gue langsung berlari menuju kelas yang akan menjadi kelas gue untuk beberapa tahun kedepan. Gue masih berdiri mematung melihat ke dalam kelas melalui celah pintu, kelas sudah penuh dengan para murid tanpa pikir panjang gue menarik nafas dan masuk ke dalam kelas dengan membuka pintu. Saat pintu gue buka kelas yang tadinya seperti pasar hewan, sunyi seketika dan semua perhatian tertuju ke gue. Dan hal ini yang paling gue gak suka jadi pusat perhatian banyak orang.

"Murid baru coy! Cakep juga." Siapapun yang berbicara seperti itu ingin rasanya gue karetin mulutnya.

Mendapat tatapan dari seisi kelas, gue mencoba untuk menjadi masa bodoh dan memilih duduk di bangku pojok yang dekat dengan jendela.

"Selamat pagi para siswa. Ayo yang duduk di atas meja segera turun dan duduk pada bangku kalian masing-masing!"

Suara guru tersebut membuat semua murid berhamburan dan duduk pada tempatnya masing-masing. Dan gue bisa merasakan bagaimana aura guru matematika itu.

"Pagi ini kelas kita kedatangan murid baru. Lea silahkan maju ke depan dan perkenalkan diri kamu." Gue berdiri dari bangku pojok dan berjalan menuju kedepan kelas untuk memperkenalkan diri, seperti di sekolah pada umumnya murid baru harus memperkenalkan diri. "Nama gue Denisa Putri Qalea atau kalian semua bisa panggil gue Lea dan gue pindahan dari kota London."

"Silahkan duduk Lea. Jika ingin berkenalan lebih lanjut dengan Lea kalian lakukan saat jam istirahat saja. Sekarang kita mulai pelajaran matematika, keluarkan buku kalian dan buka halaman 50."

Sekarang gue sudah kembali duduk dan bingung ketika guru matematika memberi perintah untuk membuka buku halaman 50. Jangankan untuk membuka, membeli bukunya saja gue belum. Tapi gue langsung menoleh saat mendengar suara dari samping. "Pakai buku gue aja dulu nih!" ucap seorang gadis berkaca mata itu dengan memberikan bukunya ke gue. "Terus, lo gimana?" gadis itu tersenyum kecil. "Gue bisa gabung sama temen sebangku, lo kan duduknya sendirian. Eh! Iya, kenalin gue Devina ketua kelas di kelas ini, jadi kalau ada apa-apa lo bisa tanya sama gue." Gue langsung menerima buku milik Devina itu. "Oke, terimakasih."

Setelah menerima pinjaman buku milik ketua kelas, gue membuka halaman 50 dan kebingungan di detik itu juga. "Ya tuhan! Rumusnya banyak banget." Dari pada semakin bingung, gue langsung memperhatikan guru yang sedang menerangkan di depan kelas.

Setelah hampir satu jam guru menerangkan berbagai rumus dan cara-caranya, akhirnya bu guru memberikan tugas untuk di kerjakan di kelas. "Sekarang kalian kerjakan halaman 62 latihan A tiga nomor saja."

Mengerjakan soal yang hanya tiga nomor tapi rumusnya sampai setengah buku, belum di tambah soalnya di tulis juga. "Ya tuhan!" gue langsung menepuk pelan kening saat soal yang gue kerjakan semakin susah dan ribet seperti jalan di jakarta yang macet.

"Ini udah di bagi 20 tapi hasilnya kenapa gak bisa bulat sih. Udahlah sekarang pokoknya di kerjakan dulu!"

Pelajaran matematika ini seketika membuat rambut gue seakan menjadi keribo, padahal tidak sama sekali rasanya otak gue seperti terbakar.

Setelah hampir satu jam setengah lebih sedikit, akhirnya gue selesai mengerjakan soal matematika tiga nomor itu. Entah benar atau tidak jawabannya yang penting sudah mencoba. "Akhirnya selesei juga!"

***

15 menit kemudian....

Lima belas menit setelah semua siswa mengumpulkan tugas yang di berikan oleh bu guru, gue sedikit terkejut saat pintu kelas tiba-tiba di buka oleh seseorang. Semua murid langsung memusatkan perhatian pada cowok itu termasuk gue.

Gue hanya mengikuti arah pandang bu guru yang terus menatap cowok itu seakan ingin menelannya hidup-hidup. "Menyeramkan sekali."

Suara bu guru mulai mengisi ruang kelas dan membuat semua siswa terdiam tanpa ada suara sedikit pun. "Areza Galuh Pratama. Dari mana saja kamu!"

Ketika guru sudah menyebut nama lengkap muridnya, pasti guru tersebut sudah sangat jengkel atau marah dengan murid tersebut. Tapi gue melihat cowok yang sedang berdiri di depan kelas itu sangat santai sekali, seolah sudah biasa dengan teriakan guru itu. Murid bernama Areza itu menjawab pertanyaan bu guru dengan santai. "Jalan-jalan di sekitaran sekolah bu sampai ke halaman belakang."

Mendengar jawaban cowok itu, guru di depan kelas nampak sangat kesal, bahkan wajahnya menyeramkan. Membuat gue yang tidak di marahi jadi ikut takut. "Kamu taukan sekarang waktunya sekolah bukan jalan-jalan Are!"

Bu guru berdiri dari duduknya dengan tangan mengebrak meja, tidak kencang namun cukup membuat gue dan seisi kelas kaget. Sedangkan cowok itu masih bisa berdiri dengan santai di depan kelas, bahkan di wajahnya tidak menampakan wajah ketakutan sama sekali.

"Saya tau bu ini waktunya sekolah bukan jalan-jalan, saya juga tau kalo ini sekolah bukan kebun binatang tempat rekreasi." Ucap cowok itu dengan memasukan tangannya ke dalam saku celana. Guru yang sedang berdiri di samping mejanya nampak mulai sangat kesal. "Keluar kamu! Kalau besok-besok kamu telat lagi. Silahkan tidak usah masuk kelas tapi bersihkan kamar mandi sekolah!"

Entah kenapa saat melihat cowok itu. Otak gue secara otomatis mengingat Nerdy yang sama bandelnya dengan dia. Bahkan mungkin lebih parah Nerdy dari pada cowok itu, karena Nerdy sempat akan terjerumus memakai narkoba. Tapi gue belum mengenal cowok itu dan tidak ingin mengenalnya juga. "Eh! Kepedean banget gue, emang itu cowok juga mau kenalan sama gue!" hidup gue sudah cukup pernah di masuki oleh Nerdy yang seperti itu, dan gue gak akan mengulang kesalahan yang sama dengan meletakan hati pada orang yang salah. "Ah, Sudahlah!"

Setelah cowok itu di keluarkan dari dalam kelas. Kelas sedikit mulai ramai, karena pelajaran matematika akan segera berakhir dan ganti dengan pelajaran bahasa indonesia, tapi gue masih gak habis pikir dengan mata gue yang dari tadi melihatnya keluar dari dalam kelas. "Ah sial!" gue langsung menggelengkan kepala saat mengingat apa yang sudah terjadi.

"Kenapa hidup gue langsung menjadi aneh saat bertemu dengan cowok seperti mereka!"

Setelah itu bel pergantian pelajaran berbunyi dan gue yakin bahkan sangat yakin jika cowok itu tidak akan masuk kedalam kelas. "Dih! Untuk apa gue peduli sama itu cowok masuk atau gak. Bukan urusan gue. Otak tolong kita harus berkerja sama dengan baik."

TBC

AREZA & QALEA (COMPLETED/RE-POST/NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang