DUA PULUH DELAPAN

15.8K 955 7
                                    

"Terjebak masa lalu atau terjebak sakit hati? Aku tidak memilih keduanya aku lebih baik terjebak dalam rasa yang terpendam."

••••

Lea Pov

Waktu terus berjalan tidak terasa gue sekarang masuk kelas dua belas dan lagi-lagi harus satu kelas dengan Are dan yang lainnya.

"Ngelamun terus!"

"Enggak!"

Grace langsung duduk di samping gue dengan tersenyum.

"Lo gimana sama Rangga?"

"Gimana apanya? Gini-gini aja."

"Oh."

"Lo sendiri?"

"Itu pertanyaan yang jawabannya bahkan susah untuk gue cari."

Tiba-tiba terdengar suara ribut dari arah belakang yang seketika membuat gue dan Grace menoleh.

"Bima! Gak usah resek!"

"Iya gue tau kalau gue ganteng!"

"Balikin buku novel gue!"

Sedih gue terasa semakin bertambah saat melihat keributan ini bahkan keributan yang membuat hati gue semakin berat untuk pergi.

"Lo suka sama Bima? Kalau ngeliatin sampai gak kedip."

Gue langsung menoleh ke samping saat bukan Grace lagi yang duduk di samping gue melainkan Are karena sibuk memperhatikan Bima dan Zelia membuat gue tidak sadar entah sejak kapan Grace pergi.

"Bibir lo perlu di tabok deh kayaknya, Re!"

"Di cium aja jangan di tabok, emang lo gak sayang bibir ganteng gini malah mau di tabok."

"Astaga tuhan salah apa gue bertemu dengan cowok model kayak gini."

"Mungkin ini kesalahan yang indah dalam hidup lo yaitu ketemu sama gue."

Perasaan aneh menjalar di hati gue saat mendengar kalimat yang keluar dari mulut Are.

"Gak ada yang namanya kesalahan terindah."

"Ada, buktinya kesalahan gue berharap lo nerima cinta gue tapi bahkan sampai detik ini aja gue belum dapat jawaban apa pun dan ini menurut gue kesalahan terindah."

"Lo boleh cari yang lain, Re."

"Gue gak mau cari yang lain sampai gue tau apa jawaban dari lo, apapun itu."

Gue saat ini sedang ada di rumah Grace bersama yang lain untuk belajar kelompok karena tidak lama lagi akan menghadapi ujian dan tugas gue kali ini benar-benar ekstra karena di tambah harus mengajari Are.

"Sekarang kita belajar apa dulu sejarah, geografi, matematika atau lainnya?" tanya Zelia dengan mengeluarkan satu persatu buku dari dalam tasnya.

"Terserah apa aja."

Saat ini gue sedang terserang darah tinggi dadakan karena ulah Are yang sangat tidak bisa memahami rumus matematika yang gue ajarkan sampai berkali-kali.

"Serius Re!"

"Iya ini gue juga serius tapi otak gue emang gak nyampe!"

"Lo itu sebenarnya bisa tau gak sih tapi males aja. Inget sekarang kita udah kelas dua belas."

"Ajari gue sampai ngerti, kayak lo ajari gue cara bersabar buat dapat jawaban."

"Gue bakal jawab setelah pengumuman kelulusan. Jadi sekarang kita fokus belajar aja dulu, oke?"

Lima belas menit kemudian gue di buat bingung oleh Are karena entah keajaiban dari mana Are bisa mengerjakan semua soal yang bahkan gue belum pahami rumusnya atau emang Are sengaja ngerjain gue.

"Itu lo bisa!"

"Kebetulan aja."

"Lo itu aneh banget sih! Bisa ngerjain matematika tapi sering bolos waktu pelajaran matematika."

Setelah belajar kelompok gue dan yang lain tidak langsung pulang karena kita menginap untuk menemani Grace yang sedang di rumah sendirian.

"Grace itu beneran yang cowok boleh nginep di sini?"

"Iya beneran. Lagian kita gak kumpul kebo!"

Gue langsung memukul pelan kepala Grace karena berbicara sembarangan.

"Astaga gosong!"

Gue dan Grace langsung berlari menghampiri Zelia yang sedang menggoreng sosis.

"Masak sosis aja gosong kasian banget Bima kalau jadi suami lo tiap hari harus makan masakan gosong kayak gini."

Zelia langsung memukul lengan gue cukup keras karena sakitnya cukup terasa.

Waktu menunjukan pukul sebelas malam, tapi mata gue masih tidak bisa terpejam sempurna karena otak gue terus memikirkan jawaban apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan Are.

Akhirnya gue memutuskan untuk keluar dari kamar Grace menuju dapur dan meminum susu hangat siapa tau dengan cara itu gue langsung bisa tertidur.

Saat jalan menuju dapur gue melewati bingkai foto yang cukup banyak tapi mata gue langsung tertuju pada foto Nerdy yang berseragam SMP merangkul tubuh Grace dan mungkin foto itu di ambil ketika Grace sedang berlibur ke London.

"Kangen sama Nerdy?"

Suara Are dari arah belakang membuat gue langsung terjingkat dan membalikan tubuh menghadap Are.

"Lo kenapa belum tidur?"

"Gue baru selesei main game tapi Bima sama Rangga udah tidur duluan."

"Oh."

"Lo tidur sana, cewek gak baik tidur malam-malam."

"Gue mau buat susu hangat biar gue bisa tidur."

Sepertinya rumah Grace cocok menjadi toko karena apapun yang gue cari pasti ada.

"Hari ulang tahun lo kapan?"

Saat ini gue di temani oleh Are yang sedang duduk di kursi meja makan.

"Waktu gue jawab pertanyaan lo, itu hari ulang tahun gue dan tepat dengan hari kelulusan kita."

Gue bisa melihat senyum dari bibir Are dan itu membuat gue semakin gelisah.

"Are. Apa lo bisa kasih kasih senyum itu lagi waktu nanti jawaban dari pertanyaan lo gue jawab." Batin Lea

TBC

AREZA & QALEA (COMPLETED/RE-POST/NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang