AREZA & QALEA (COMPLETED/RE-POST/NEW VERSION)

DUA PULUH ENAM

"Manusia itu memiliki dua sisi buruk dan baik karena tidak ada manusia yang sempurna."

••••

Author Pov

Malam semakin larut tapi Are masih setia duduk di balkon kamarnya dengan di temani secangkir moccacino hangat yang hampir dingin karena belum di minum sama sekali oleh Are.

"Mikirin apa kok belum tidur?"

Suara dari belakang tubuh Are membuatnya langsung menoleh dan tersenyum kecut.

"Mama kenapa belum tidur?"

"Barusan mama selesei ngerekap semua data keuangan kantor. Are sendiri kenapa belum tidur?"

Are menundukan kepalanya menatap secangkir moccacino yang mulai dingin itu tanpa napsu.

"Are kangen papa."

"Hei. Kamu jangan sedih begitu."

"Are kangen kayak gini mah."

Are memberikan sebuah foto yang menunjukan bagaimana Are kecil tertawa riang di pelukan papanya.

"Are beneran pengen ketemu papa? Bukannya dulu Are bilang sendiri kalau gak mau lagi ketemu papa."

"Are cuma pengen kayak Rangga atau Bima yang bisa main futsal bareng papa mereka atau hanya sekedar ngobrol santai sebagai lelaki."

"Are ikut mama sekarang."

"Kemana?"

"Ke ruang tamu."

"Ngapain?"

Tanpa banyak bicara tangan Are langsung di tarik oleh mamanya sampai Are hampir terjungkal karena tersandung selimut.

"Kamu banyak nanya, Re."

Are keluar dari dalam kamar menuruni tangga dan mensejajarkan langkah dengan mamanya.

"Halo anak laki-laki papa."

Langkah kaki Are yang hampir menuruni tangga terakhir langsung terhenti saat mendengar suara yang cukup lama sudah tidak di dengarnya.

"Itu kakak Arve yang tadi papa bilang?"

Suara berbisik dari gadis yang berdiri di samping papanya membuat perhatian Are langsung teralih pada gadis berwajah hampir sama dengannya.

"Iya. Dia kakak kamu."

Otak Are masih sibuk mencerna kalimat yang keluar dari mulut papanya dan gadis bernama Arve itu.

"Maafkan papa, Re."

"Untuk apa? Karena udah nyakitin hati mama."

Saat ini Are hanya berdua dengan papanya karena Arve sedang bersama mamanya entah kemana.

"Ini buat kamu."

Are mengernyitkan keningnya saat papanya memberikan map berisi berkas.

"Apa itu, pa?"