SEPULUH

23.5K 1.4K 5
                                    

"Cinta kadang bisa membuat siapa saja yang merasakannya nampak terlihat bodoh karena selalu mengulang kesalahan yang sama, tapi tidak denganku."

••••

Author Pov

Matahari telah muncul sejak beberapa jam lalu tapi Are masih setia meringkuk di dalam selimutnya.

Hari libur bagi Are adalah waktu untuk berhibernasi.

"Oe! Re bangun ayo jogging!"

"Eeeemmmmm!"

Entah sejak kapan Rangga dan Bima sudah berada di dalam kamar Are.

"Ayo bangun!" ucap Rangga dengan manarik selimut yang menutupi tubuh Are.

"Resek lo semua!"

"Lo yang resek kita udah nunggu lo satu jam lebih tapi lo gak bangun-bangun!"

"Lagian siapa suruh nungguin gue!"

"Nyokap lo!" ucap Bima dengan duduk di atas kasur Are.

"Udah sana cuci muka!"

Dengan malas Are bangun dari tidurnya.

"Are temennya di ajak sarapan dulu."

Are saat ini sedang berada di ruang tamu sibuk mengikat tali sepatunya.

"Nanti aja ma."

"Kok nanti?"

"Iya. Tante nanti aja."

Udara pagi hari di kota jakarta lumayan untuk melakukan jogging.

"Re. Lo gak mau ikut basket lagi?"

"Gue kalau basket jadi keinget dia Bim."

"Yaelah. Move on dong Re!"

"Gue udah move on meskipun dikit."

"Lea?"

"Iya."

"Tapi lo jangan jadiin Lea pelarian." Ucap Rangga.

"Gak kepikiran sampai situ."

Tak terasa setelah mereka berlari kecil dari rumah Are saat ini mereka telah berada di taman komplek perumahan.

"Capek!"

"Baru segitu aja udah capek Bim!"

Are mendudukan tubuhnya dengan menatap segerombolan remaja cewek. Tapi tatapannya jatuh pada cewek yang berwajah mirip dengan seseorang.

"Ngga!" ucap Are dengan menepuk-nepuk punggung Rangga yang duduk membelakanginya.

"Apaan sih Re!"

Are langsung mensejajarkan tubuhnya dengan Rangga.

"Itu Ngga!"

"Apa!"

"Dia masih di kota ini!"

"Mana?"

"itu....."

Ucap Are terpotong setelah apa yang di lihatnya tadi sudah tidak ada di tempat.

"Apaan. Itu ibu-ibu! Lo kebangetan Re masa dia lo samain sama ibu-ibu."

Are langsung menggaruk tengkuknya meskipun tidak gatal sama sekali.

***

Author Pov

"Lee. Coba main basket mau gak?"

"Iya tuh mumpung ada bola basket yang gak di pakai terus lapangannya juga kosong."

Saat ini Lea bersama Grace dan Zelia sedang berada di taman komplek perumahan.

"Iya. Tapi gue udah agak lupa cara main basket."

"Coba aja dulu sapa tau lo inget setelah main basket."

Lea mulai berjalan ke tengah lapangan di ikuti Zelia dan Grace.

Panas kota jakarta sudah mulai menyengat tapi tidak mengurangi semangat Lea dan beberapa orang yang masih tersisa di taman untuk berolahraga.

"Tangkap Lee!"

Entah sejak kapan Lea kehilangan kosentrasinya sampai bola basket melayang tepat mengenai kepalanya dan kesadarannya hilang seketika.

"LEA!"

***

Lea memegangi keningnya yang terasa berat karena terkena lemparan bola basket.

"Ya Tuhan kepala Lea sakit!"

Mata Lea melihat sekeliling kamar yang saat ini menjadi tempatnya berbaring karena terlihat sangat maskulin seperti kamar cowok.

Pintu bercat putih terbuka dan menampakan Are yang sedang membawa nampan berisi teh hangat dan bubur ayam.

"Oh! Lo udah sadar."

"Kok gue ada di kamar lo!" ucap Lea dengan mendudukan tubuhnya.

Are duduk di bangku kecil yang ada di samping kasurnya.

"Buka mulut lo!" ucap Are dengan mengarahkan sendok berisi bubur ke mulut Lea.

"Gue bisa makan sendiri!"

"Gue heran sama lo kenapa sih niat baik gue selalu lo tolak!"

Lea langsung memalingkan wajahnya kearah lain enggan menjawab pertanyaan Are.

"Sekarang gue minta hal kecil cuma buka mulut lo terus gue suapin bubur ayam bukan minta lo jadi pacar gue!"

Lea seketika mengalihkan pandangannya kembali pada Are.

"Iya-iya!"

"Gitu dong dari tadi!"

Are mulai menyuapkan sendok demi sendok bubur ayam ke mulut Lea.

"Oh! Iya. Lo tadi tanya kenapa lo bisa ada di rumah gue?"

"Iya."

"Tadi di rumah lo sepi gak ada orang karena gak ada yang tau lo taruh kunci rumah dimana akhirnya tempat paling dekat rumah gue."

"Lo tinggal sendiri di sini?"

"Sama nyokap. Tapi nyokap lagi ada urusan sejak tadi pagi."

"Oh!"

Terjadi keheningan selama beberapa menit sebelum mata Lea melihat bingkai foto dan di dalam bingkai itu terdapat foto perempuan yang tersenyum bahagia.

"Dia cinta pertama gue tapi dia juga orang pertama yang bikin hati gue terluka."

"Sori."

"Gakpapa."

Are tersenyum dengan meletakan piring yang telah kosong di atas nakas.

"Gue hanya takut terjerat pesona cowok macam lo karena kita sama-sama di lukai oleh cinta pertama dan dia juga pemberi luka pertama di hati gue."

Tiba-tiba pintu kamar Are di buka oleh seseorang dan terlihatlah Zelia dan Grace.

"Duh! Lee. Sori tadi gue ngelempar bolanya terlalu kencang ya." Ucap Grace.

"Gak kok gue aja yang kurang kosentrasi."

"Lo udah makan?" tanya Zelia.

"Udah makan bubur ayam."

"Kalian liat Bima sama Rangga?" tanya Are dengan berdiri dari duduknya.

"Mereka ada di depan katanya gak enak gangguin lo sama Lea."

"Yaudah. Gue tinggal ke depan dulu kalian santai aja di sini."

Setelah Are keluar terjadi kehebohan di antara Zelia dan Grace.

"Astaga Lee! Gue baru tau kalau Are punya sisi romantis."

"Kalian ini kenapa sih?"

"Lo liat tatapannya waktu liat lo kayak khawatir banget"

"Iya bener selama hampir dua tahun temenen sama Are baru ini gue liat Are semanis itu biasanya cuek banget."

"Terserah lo semua."

TBC

AREZA & QALEA (COMPLETED/RE-POST/NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang