LIMA

30.5K 1.9K 24
                                    

"Kadang takdir terasa menyebalkan!"

••••

Are Pov

Gue rasanya ingin tertawa kencang jika mengingat kejadian di lorong sekolah barusan, karena untuk pertama kalinya gue di cium sepatu cewek. "Harusnya tadi gue gak usah lepas tangannya." Gue terus melangkah di tengah teriknya matahari siang, di parkiran sekolah untuk mencari motor yang entah dimana. "Motor gue dimana lagi, panas banget pula!"

Saat sibuk mencari keberadaan motor, mata gue melihat Zelia yang berdiri di luar lapangan parkir. Tanpa pikir panjang gue langsung berlari untuk menghampiri teman satu kelas gue itu.

"Lo ngapain di sini?" tanya gue dengan berdiri di samping Zelia. "Tumben nanya-nanya!" ucap Zelia dengan menatap gue. "Gue boleh minta sesuatu gak?" ucap gue dengan tersenyum lebar, bertujuan agar Zelia tidak terus memasang wajah galaknya. "Udah dateng tiba-tiba, nyapa tiba-tiba, sekarang minta-minta lagi!" ucap Zelia dengan memasukan dua tangannya kedalam saku jaket berbahan jeans yang di pakainya. "Cuma minta nomor Lea, bukan mau utang duit kok." Gue terus berdiri di samping Zelia, meskipun panas matahari membakar kulit karena gue lupa memakai jaket. "Lo tau darimana gue deket sama Lea?"

Gue merasa saat ini sedang berbicara dengan emak-emak, yang ribet dan suka sekali berbelit-belit. "Waktu di kelas tadi gue liat lo ngobrol sama Lea, waktu jam terakhir." Setelah melalui perdebatan selama beberapa menit akhirnya gue berhasil mendapatkan nomor Lea. "Makasih, udah di kasih nomornya." Zelia langsung memutar dua bola matanya dan menatap horor kearah gue. "Iya, lain kali minta sendiri ke orangnya langsung!"

Sekarang masalahnya tinggal motor gue yang entah berada dimana. Karena seingat gue di bawah pohon di bagian tengah, tapi sekarang entah berpindah kemana, karena tidak mungkin hilang. Setiap siswa yang keluar dengan menggunakan motor akan di mintai STNK oleh pak satpam, jika tidak membawa harus menyerahkan kartu pelajar.

"Astaga!" gue langsung menepuk kening, ternyata motor sport berwarna merah punya gue ada di bawah pohon paling ujung. "Lah! Perasaan tadi gak di sana." Gue semakin bingung, kenapa motor tiba-tiba pindah ke sana. Gue baru inget kalau tadi Bima pinjam motor buat nganter Susan, bendahara kelas pulang ngambil buku catatan keuangan kelas. Setelah itu gue langsung menyalakan mesin motor dan meninggalkan parkiran sekolah.

Saat sampai di depan gerbang sekolah, gue melihat Rangga yang berdiri dengan menyandarkan tubuhnya pada tembok.

"Woy! Ngelamun aja, lo lagi nungguin siapa?" Rangga hanya menjawab pertanyaan gue dengan nada lesu. "Lagi nunggu Bima, gue suruh beli kertas sampul warna coklat sama selotip tapi lama banget."

"Emang di koperasi gak ada?"

"Koperasi tutup lebih awal, gak tau deh kenapa."

"Yaudah, gue pulang dulu."

Gue langsung meninggalkan Rangga untuk pulang, karena hari semakin panas. Rangga dan Bima, masih aktif mengikuti organisasi OSIS sedangkan gue hanya ikut pada awal minggu lama-lama akhirnya gue keluar.

***

Motor gue sudah terparkir dengan manis di garasi rumah. Seperti biasa setelah gue pulang sekolah, rumah sangat sepi, tapi rasanya hari ini kenapa beda. "Atau hanya perasaan gue aja?"

Saat sedang sibuk melepas sepatu, tiba-tiba gue melihat pembantu yang menemani gue sejak kecil, sudah bersiap untuk pulang. Padahal jam masih menunjukan pukul 4 sore. "Eh! Bik, tumben jam segini udah pulang?"

"Iya, bibik ada perlu hari ini."

"Oh, iya udah. Hati-hati di jalan bik. Atau Are anterin pulang?"

AREZA & QALEA (COMPLETED/RE-POST/NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang