"Maaah, si Abang jahat sama seniorku!" seru Yeri saat menginjakkan kaki ke dalam rumah.
Jongin yang berjalan di belakangnya itu mendengus mendengar aduan Yeri pada sang ibu. "Makanya jangan deket-deket sama cowok lain selain abang sama Papa," kata Jongin menimpali.
"Emang kenapa sih?" tanya Mama.
"Itu, tadi Kak June mau anterin aku pulang Ma, terus gak jadi soalnya Abang udah jemput, eh tapi Abang kayak sewot ke Kak June gitu Ma," jelas Yeri sambil melepas atribut MOSnya.
"Iyalah. Kalo kamu ada apa-apa sama dia gimana?"
"Udah dong Bang, kan seniornya niat baik sama Adek," potong Mama saat Jongin mulai emosi.
"Sekarang gak ada cowok yang bener!" kata Jongin sebelum menaiki tangga untuk ke kamarnya.
Yeri yang mendengar hal itu hanya mendumel pelan. "Dia juga dong!" gumamnya.
"Udah, ayo mandi abis gitu makan," ujar Mama menengahi sambil memunguti atribut Yeri yang berantakan di ruang tengah.
Yeri mengangguk sebelum menaiki kamarnya juga.
&&&
Hari kedua MOS.
Yeri memandang dirinya dari kamera ponsel. Dirinya yang rambutnya di ikat dua dengan pita merah, kemudian topi kerucut dari kertas karton dengan penuh warna, juga nama dada yang di gantung dengan foto wajahnya full screen.
Jongin tertawa melihat penampilan adiknya yang persis anak SD sedang bertamasya keliling kota.
"Jelek, Bang..." katanya, menilai penampilannya sendiri.
"Siapa bilang cantik?" ledek Jongin. "Udah sana, nanti keburu bel."
Yeri menutup pintu mobil sambil menutupi wajahnya dengan nama dada, kemudian ia berjalan dengan cepat menuju kelasnya yang ada di ujung koridor.
Malu, benar-benar malu.
Penampilannya sangat kekanakan dan menggelikan bagi anak remaja. Bagi dirinya juga, sih.
"Woooow,"
Yeri terkejut begitu menjumpai Bobby saat berbelok memasuki kelasnya. Bobby yang akan keluar dari kelas Yeri itu juga tidak sengaja berpas-pasan dengan Yeri.
"Wah, Kim Yerim," Bobby tampak mengingat-ingat. "Lo yang nangis kemaren kan?" tebaknya saat ia sudah ingat.
"Bukan nama saya, Kak."
"Gue bisa baca, nih nama lo.", Bobby menunjuk nama dada yang di angkat Yeri untuk menutupi wajahnya.
Sontak Yeri mengumpat dirinya yang bodoh.
"Loh, Dek, kamu kemaren nangis? Kenapa?", tiba tiba Nayeon sudah ada di samping Bobby dan bertanya.
Yeri kebingungan dan baru saja akan menjawab akan tetapi Bobby lebih dulu cepat menjelaskan.
"Nih anak kemaren aku ceritain, yang,"
"OOH! Makanya ya, kemaren June nyelametin kamu dari siksa kubur," ujar Nayeon di iringi tawa.
"Lah? Si ampas bawa dia pergi pas tatib?"
Nayeon mengangguk mengiyakan.
Yeri masih tidak paham dan memilih untuk hanya tersenyum. Malu, sih, sebenarnya. "Yauda Kak, aku duluan," kata Yeri sembari melenggang masuk kelas.
"Eh bentar!" seru Bobby memanggil Yeri.
Gadis itu sontak menoleh pada Bobby, "Kenapa Kak?" tanyanya.
Bobby berjalan mendekati Yeri dan melihat penampilan Yeri yang cukup lucu. Kemudian ia menarik Yeri ke depan kelas yang masih lumayan sepi itu.
"Yang, anak orang mau di apain?" tanya Nayeon pada sang kekasih.
"Jangan nangis ya Dek," kata Bobby sambil tersenyum jahil. "Sekarang angkat kaki kanan ke belakang, terus tarik telinga dua-duanya." Titah Bobby.
Yeri menurut, melakukan hal yang di perintahkan Bobby. Kemudian lelaki itu mengeluarkan ponsel dan memotret Yeri sambil tersenyum senang.
"Ih, yang, di marahin June tau rasa kamu.", Nayeon menggeleng pelan atas kelakuan jahil Bobby lalu menyuruh Yeri kembali ke tempat duduknya.
Bobby sendiri sedang tertawa saat mengirim foto Yeri ke grup LINE dirinya, June, dan Hanbin.