O28.

663 95 10
                                    

YERI

Cengeng, itulah gue di masalalu. Tiada hari tanpa menangis, bahkan temen-temen SMP gue pada tanya kenapa bisa-bisanya airmata gue gak pernah abis padahal setiap hari gue nangis terus, mereka sempat menanyakan hal ini pada guru biologi gue dan hanya di balas tawa oleh beliau. Tetapi tetap saja, setiap pengambilan rapor semester, Mama di beritahukan wali kelas gue berbagai cerita serta alasan gue menangis pada semester itu. Hingga Mama menyarankan gue untuk konsul ke seorang psikiater karena lelah melihat gue yang cengeng ini. Bahkan ketika abang gue akan mendaftar SBM di salah satu PTN dan bingung dengan jurusannya, gue menangis kenceng banget sampe abang gue sendiri bingung. Yang mau daftar siapa, yang nangis siapa.

Gue gak tau kenapa gue se-cengeng ini, tapi Papa pernah bilang, ada gen cengeng: dari Nenek. Gue gak pernah cerita gen ini ke orang lain karena terdengar konyol, tapi serius! Itu kata Papa, masa gak percaya sama omongan Papa sendiri, sih?

Alasan gue nangis itu random banget. Eh enggak, awalnya itu gue bakal merinding dan mulai berkaca-kaca. Pokoknya tuh, ya, mata gue sensitif banget kalo sama sesuatu yang berbau mewek-mewekan. Liat aja, setiap gue keluar bioskop, gue pasti nangis. Iya, nangis terharu lah, nangis sedih lah.

Sampai gue masuk SMA dan mengikuti ospek. Inget, 'kan, gue cari kelas aja sampe nangis? Malu sih... tapi gimana? Udah keburu keluar duluan airmatanya. :(

Dan di SMA itu juga, gue pacaran untuk pertama kali.

Padahal sebelumnya, abang gue bener-bener protective sama gue. Ada temen cowok gue kerkel di rumah aja, langsung deh Bang Jongin jadi satpam; belaga nonton TV di ruang tamu padahal di kamarnya udah ada TV, terus curi-curi pandang bahkan tiap temen cowok gue ngobrol sama gue, Bang Jongin sok-sokan dehem atau batuk. Duh, apaan deh? Jadi gak enak sama temen lainnya, tapi lucu juga. Karena dengan tingkah protective Bang Jongin itu gue bisa menjadi the luckiest sister.

Brb ganti nama jadi Yerim Gibson, Jongin Gibson.
Ah, maksa lo @marshmallouw.

Hingga gue dekat sama seseorang di SMA ini. Seseorang yang –entah bagaimana bisa, selalu ada di sekitar gue ketika gue sedang menangis. Iya. Itu. Udahlah, gue males nyebut namanya.

Gamon? ENGGAKLAH.

Ish.

.

..

...

Serius, enggak gamon dan enggak lagi benci sama dia. Tapi.... iya gue kecewa.

Pernah nggak, sih, lo ngerasain: ketika lo udah berusaha mati-matian untuk bertahan, tapi orang lainnya sama sekali enggak ngeliat pertahanan kita? Bukan lagi berjuang, tapi bertahan.

Berjuang itu adalah Dia, sementara Gue adalah bertahan.

Di saat dia sudah lelah berjuang, akhirnya hanya gue yang bertahan. Makanya tanpa perjuangannya dan pertahanan gue, kita sudah tidak bisa lagi bersama.

Lalu ia mengajak untuk tidak bersama lagi.

"Then, are you happy? You are free now," kata Bang Jongin sambil menatap gue dari spion mobilnya.

Gue yang ketika itu memperhatikan jalan hanya dapat menghembuskan napas berat secara diam-diam. Lega rasanya, tapi gue gak bisa mengungkapkannya dalam sebuah kata-kata.

Gak ada orang yang seneng sehabis putus cinta.

Walaupun orang itu bahagia, Tuhan akan membuktikan keadilanNya, orang itu akan merasakan sedih juga. Ada waktunya, mungkin nggak sekarang tapi nanti.

Dan gue percaya itu.

Seperti dua minggu kemudian gue putus, gue melihat Dia melintas di depan gue bersama teman-temannya (kebetulan bukan Bobby dan Hanbin), saat itu gue merasakan ada seseorang memperhatikan gerak-gerik gue sampai gue berbelok ke kelas. Mungkin waktu itu gue GR, tapi kejadiannya gak hanya sekali.

Waktu di kantin.

Waktu gue gak sengaja liat Dia ngeliatin gue dari koridor.

Waktu Dia pura-pura makan popmie di sevel, sementara gue lagi nungguin Bang Jongin ngejemput.

Waktu dia yang gak pernah absen nontonin Live IG gue. Sumpah gue rasanya mau ketawa, tapi...? Serius, ya, Kak June tuh gak suka nontonin live ig orang. Apalagi mantannya.

Dan semuanya terbukti dari lambe turahnya Kak Hanbin.

Iya, Kak Bibin mah gitu orangnya.

Sampai klimaks, gue duduk di halte sendirian sambil ngedengerin lagu kesukaan kita dulu. Dia dateng, dan entah ada angin apa- dia ngajak gue balikan.

Tentu gue tolak.

Bayangin: bagaimana rasanya kalau tangan kalian terjepit pintu? Iya, sakit. Terus kalau udah tau sakit, setiap kali kalian akan menggunakan pintu, kalian pasti akan lebih berhati-hati. Iya, 'kan?

Sama kayak gue.

Second chance?
Bilang gue pelit, tapi memang itu. Orang meninggal, emang pernah Tuhan berikan kesempatan untuk hidup sekali lagi?

Menurut gue, kesempatan itu memang ada. Mungkin gak sekarang tapi nanti.

Nanti, ketika lo sudah mendapatkan pasangan lainnya dan dengan itu, lo harus memperhatikan segalanya baik-baik atau lo akan melakukan kesalahan yang sama. Terjebak dalam lobang yang sama, kemudian merasakan penyesalan yang sama. Kalian mau kayak gitu? Enggak, 'kan?

Lagipula, menurut gue, semua kisah cinta SMA gak harus berakhir bahagia. SMA adalah manis pahit kehidupan. Manis ketika lo merasakan cinta maupun mencoba hal-hal dewasa dengan pertama kali, namun pahit juga ketika lo merasakan jatuh sejatuh-jatuhnya dan menyesal senyesal-nyesalnya. Hidup ini berwarna dan jika tidak ada abu-abu di dalam warna, maka hidupmu hanyalah sandiwara.

Dulu, Kak Soojung pernah bilang, "Jangan pernah jatuh cinta, karena kelak kamu akan benar-benar jatuh. Cukup cintai dia."

Sekarang gue sadar, gue emang harus cintai dia tapi dengan cara yang dewasa; gue harus merelakan dia.





[][][]

Jongin : Selamat tanggal 5 september. Happy birthday, sayang @marshmallouw.

Sudah sudah. Bubar.

JUNE & YERITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang