"June?" panggil Sana begitu melihat June sedang memainkan ponselnya di ruang OSIS sendirian.
Pemilik nama itu menoleh dan kembali melanjutkan kegiatannya; memainkan ponsel. "Ngapa San?" tanyanya.
"Ngapain lo di sini?" tanya Sana sembari mengambil tas dan membukanya untuk mencari sesuatu. "Gue kira lo lagi mimpin tatib lagi," kata Sana.
"Masih jam berapa sih? Bahas tatib mulu,"
"Jam 2 nih, udah mau pulang," ujar Sana sebelum meninggalkan ruang OSIS karena sudah menemukan buku catatan OSISnya.
June terdiam sejenak untuk mengelola perkataan Sana tadi. Harusnya dia yang menjadi pemimpin tatib MOS tahun ini, tapi kenapa hari ini tidak ada yang mengingatkannya? Ia pikir, sekarang masih jam 12 dan waktunya ishoma.
Tapi... kalau bukan dia yang memimpin tatib, lalu siapa?
"Anjir, tonggos!", June langsung berlari keluar dari ruang OSIS menuju kelas kelas yang di isi peserta MOS. Ia berlari sambil memperhatikan tiap kelas melalui jendela, hingga pada akhirnya pikirannya tertuju pada satu kelas.
Kelas Yeri.
Mulut June mengumpat kesal untuk Bobby Kim saat di lihatnya kelas yang letaknya di ujung koridor itu tampak ramai dengan anak-anak OSIS.
"WOY! Bang–"
Tubuhnya melemas dengan napas tidak teratur , ia melihat Bobby yang juga tengah memandangnya sambil tersenyum jahil. Lalu pandangannya tersebar ke seluruh sudut ruangan mencari-cari sosok yang ia anggap cengeng itu.
"Nyari siapa, Mas?" goda Bobby kemudian.
June hanya melirik Bobby kesal. "Cacat lo," katanya sebelum meninggalkan kelas tersebut dan berjalan menuju toilet sambil mengatur napasnya.
Ia memegangi dadanya, sesak sekali, apalagi tadi ia sempat membayangkan gadis itu menangis. Ooh, tidak, dia merasa sesak karena berlari maksudnya. Bukan karena Yeri. Hmmm.
"Loh, Kakak?"
June yang akan memasuki toilet laki-laki itu berhenti dan menoleh saat seseorang memanggilnya. Gadis itu baru keluar dari toilet perempuan dan tidak sengaja bertemu dengan June yang akan memasuki toilet laki-laki.
Yeri tersenyum saat June memandangnya. "Kak June abis di hukum?" tanyanya melihat June yang penuh keringat.
"Hah, enggak." June mengusap dahinya yang berkeringat. "Abis mandi," jawabnya mengasal.
Yeri mengerutkan dahi kemudian mendekat ke arah June.
"Heh, heh, mau ngapain lo?"
"Bau asem, Kak. Mandi keringet, kan?" tanya Yeri setelah mencium bau June.
June sontak tertawa tidak percaya. "Lo goblok apa gimana sih Yer?" tanyanya.
"Pinter, Kaaakk!" ujar Yeri. "Eh, tapi, aku duluan ya Kak? Tadi katanya Kak Bobby mau ngomong di kelas gitu, tapi aku kebelet pipis jadinya ke toilet dulu. Aku ba–"
"Aduh Yer, kaki gue sakit, anjir! Ampas sakit!", tiba tiba June memegangi perutnya sambil mengeluh kesakitan dan membuat Yeri panik.
"Loh? Loh? Kak? Kenapa? Kakinya yang mana?" tanya Yeri dengan bodohnya.
Gadis itu memegangi perut June, sontak June menyadari bahwa ia salah menunjuk tetapi Yeri percaya saja jika letak kaki berada di perutnya. Jadi yang bodoh siapa?
"Eeh, bukan situ. Ini!" tunjuk June pada kakinya.
Yeri yang bingung harus berbuat apa itu kemudian berjongkok dan mengangkat sedikit celana June untuk mengecek kaki lelaki itu. June yang melihat aksi Yeri itu sontak menahan tawa. Sungguh, gadis ini sangat polos. Atau bodoh?
