"Sore, Om." Sapa June seraya menundukkan kepalanya melihat Papa Yeri yang menurunkan kaca mobil.
Papa Yeri terkejut dengan sapaan June yang menurutnya tidak biasa itu, kemudian segera membalasnya dengan senyuman. "Sore, nak..." balasnya.
"June, Om."
"Oh, June." Papa tersenyum, "Makasih lho, Jun, udah sering-sering nungguin Yeri kalo pulang sekolah."
June membalasnya dengan senyuman lebar, hingga memperlihatkan deretan giginya.
Yeri yang sedari tadi ada di samping June itu tampak memandang seniornya aneh. Ada apa gerangan sampai June menyapa Papanya dengan senyuman lebar?
"Kak, pulang dulu ya." Yeri akhirnya pamit pada June seraya melambaikan tangan dan beranjak memasuki mobil sedan ayahnya.
June mengangguk dan balas melambaikan tangan.
Papa Yeri hanya tersenyum melihat June yang sepertinya memiliki motif. "Kita pulang dulu, ya, June. Kapan kapan main ke rumah, ya," ujar Papa Yeri seraya menutup kaca mobil dan melanjutkan perjalanan.
June tersenyum lebar mendengar lampu hijau dari Papa Yeri tersebut.
"Bapaknya peka amat," gumam June seraya kembali tersenyum lebar sampai tersipu malu sendiri.
Sementara June yang masih tersenyum-senyum tidak jelas, beda dengan Yeri dan sang Papa yang masih terdiam dengan di temani oleh lagu Teasure – Bruno Mars dari salah satu saluran radio.
Yeri melamun, memikirkan tentang kejadian June yang menyeretnya pulang dari Mingyu dan Jungkook tadi, dan mengira-ngira maksud perkataan Bobby yang masih menjanggal di pikirannya.
Sedangkan Papa masih memikirkan sosok June yang tampaknya cukup baik.
"Dek," panggil Papa. "Kamu pacaran sama June?"
Anak gadis yang duduk di sebelahnya itu melongo mendengar pertanyaan tiba-tiba dari ayahnya. "Papa kok ngomong gitu?" tanya Yeri balik.
"Lho, orang Papa cuman nanya." Papanya tersenyum jahil.
"Ya, tapi, nggak gitu juga, Pa, nanyanya." Elak Yeri seraya mengalihkan tatapannya.
"Emang kamu nggak suka sama June tadi?"
"Bukannya nggak suka, Pa,"
"Ya, berarti suka."
Yeri merasakan hawa di mobil sangat panas sehingga ia mengipaskan tangannya pada wajahnya. "Duuh, nggak gitu juga, Paaah!" elaknya sekali lagi.
Papa hanya tersenyum mendengar ucapan anak gadisnya itu, kemudian tampak menerawang jauh seraya tersenyum-senyum. Yeri sendiri terlihat kesal dengan tingkah Papanya yang aneh.
&&&
"Dek, bangun. Ada yang nyari tuh!" Mama mengetuk-ngetuk pintu kamar Yeri dan membuat sang empunya kamar terjaga dari mimpinya. Yeri memilih diam terlebih dulu untuk mengumpulkan nyawa dan ingatannya, kemudian baru berdeham keras; mengode pada Mama bahwa ia sudah bangun, dan akhirnya tidak ada lagi suara ketukan.
Yeri tampak duduk dengan lemas dan mengusap matanya, lalu melihat jam dinding yang memperlihatkan sekarang pukul 8 pagi. Seingatnya, di hari sabtu ini ia ada kerja kelompok pukul 10 pagi, tapi kenapa sudah ada yang datang 2 jam sebelumnya?
Mau tidak mau, Yeri berjalan keluar kamarnya dengan keadaan keadaan yang masih berantakan. Ia turun dari tangga sembari berhati-hati karena ia menuruni tangga sambil memejamkan mata, lalu ia berusaha membuka matanya yang sebenarnya masih berat.