"Lo serius Yer mau jadi anak karate?" Doyeon menganga melihat form ekstrakulikuler milik Yeri tersebut.
Sementara sang pemilik form sendiri hanya menggaruk rambutnya dan memaksakan sebuah senyuman pada temannya itu. "Iya, buat jaga-jaga kalo gue kenapa-napa gitu Doy," jawabnya.
"Sakit lo?" tanya Doyeon dan Yeri mengambil alih formnya. "Lo lembek gini. Mana bisa?" ledeknya kemudian.
Yeri sendiri malah cemberut mendengar ucapan Doyeon yang sebenarnya ada benarnya. Kemudian ia beranjak menyerahkan form-nya pada sang ketua kelas, Dino Lee. Dan respon Dino pada isi form Yeri juga tak kalah mengejutkan.
"Sinting nih," kata Dino.
Yeri hanya menyengir mendengar ucapan Dino padanya.
Doyeon baru saja akan mengeluarkan pendapatnya, akan tetapi bel masuk menginterupsi dan di susul oleh pengumuman dari speaker bahwa upacara akan di mulai 5 menit lagi. Lalu ia segera mengambil topinya dan mengajak Yeri keluar.
"Serius, Yer?" tanya Doyeon saat perjalanan menuju lapangan.
"Iya, Doy, astaga," jawabnya sembari tersenyum lebar.
"Kobam lo!" ujar Doyeon kesal.
Yeri tertawa mendengarnya, kemudian langsung mengambil barisan bersama Doyeon begitu sampai di lapangan.
Keduanya kembali berbincang-bincang mengenai ekstrakulikuler yang ada di sekolahnya. Seperti Doyeon yang akan mengambil ekstrakulikuler cheers dan bola voli, lalu Yeri yang masih kekeuh dengan ekstrakulikuler karate dan mading. Setidaknya mading tidak terlalu menguras tenaga, bisa mengimbangi karate-nya.
"Mading tuh tempatnya anak famous tau," kata Doyeon mulai bercerita. "Katanya ya, sebelum masuk ekskul mading, ntar seniornya bakal ngestalk sosmed lo dulu gitu, terus ngasih voting di mading tentang perekrutan anak baru." Jelasnya tanpa memberi jeda.
Yeri terkejut mendengarnya. "Lo kok tau sih Doy?" tanyanya, mulai pesimis.
"Tetangga gue dulu alumni sini," jawabnya enteng.
"Ngeri, ih, gak jadi daftar deh."
"Lah? Kan enak ntar Yer kalo famous," kata Doyeon. "Ntar di kelilingi banyak cowok pasti. Terus banyak temen. Mantap deh!"
Yeri tetap menggeleng, "percuma Doy, banyak temen tapi banyak muka juga," jawabnya kemudian.
Doyeon melongo mendengar jawaban Yeri lalu bertepuk tangan pelan akhirnya, ternyata teman barunya ini cukup bijak!
Kemudian keduanya diam karena upacara di mulai dengan suara seorang protokol yang menyambut upacara pagi ini dengan formal. Seluruh siswa-siswi juga terdiam, mengikuti aturan untuk tenang demi berjalannya upacara.
Namun Yeri malah tampak sibuk melihati barisan anak kelas 12 yang ada di timur, sementara ia berada di barat. Ia mengeluh dalam hati, kesal, mengapa barisan kelas 10 dan kelas 12 harus berjauhan?
"Yer, hormat!" bisik Doyeon ketika melihat Yeri melamun.
Yeri pun mengangkat tangan kanannya untuk memberi hormat dengan lemas karena pembina upacara datang, lalu ia menurunkan lagi. Di susul dengan bunyinya perut dan Yeri ingat kalau ia belum sarapan, makanya ia sangat lemas begini.
"Mmmm," Yeri menggumam pelan seraya menggerak-gerakkan kakinya, berusaha fokus pada jalannya upacara.
Keringatnya menetes, ia mengusap dahinya. Ia merasa tidak tenang dengan dirinya saat ini.
Pandangannya kembali ke arah timur, mencari-cari letak kelas June yang ia sendiri tidak tahu berada dimana.
Itu kayak Kak Bobby? Yeri menajamkan pandangannya pada barisan kelas XII IPS 1 dan mencari sosok yang ia rindukan saat ini. Tetapi lama kelamaan pandangannya mengabur dan akhirnya menggelap.