(Revised version)
"Kau beruntung, kakakmu masih menyimpan peralatan-peralatan bayi ini, jadi kau tidak perlu menghabiskan tabunganmu yang tinggal beberapa digit itu." Ibunya terdengar berkomentar dari seberang ruangan. Tangan wanita itu sibuk membuka lakban pada kardus-kardus yang memenuhi ruang duduk apartemen Wyns.
Kemarin, Ibu, Audrey dan keponakan bungsu Wyns tiba di Savannah, dengan penerbangan paling awal. Itu kejutan, tentu saja. Ibunya terkenal sibuk dengan kegiatan sosialnya sementara Audrey juga selalu sibuk dengan kedua anaknya. Tetapi mereka menyempatkan datang untuk menengok langsung Wyns dan Adara. Mereka membawa banyak barang -yang baru tiba esok harinya. Kebanyakan adalah barang-barang lungsuran dari anak-anak Audrey. Yah... lumayanlah untuk menghemat tabungan Wynstelle, seperti yang ibunya katakan.
Wyns sendiri tidak kaget dengan rencana dadakan Ibu serta kakaknya tersebut. Ia sudah menduganya. Mereka pasti akan memaksa kemari. Ia senang karena Ibunya akhirnya sependapat dengannya bahwa Adara adalah bayi yang istimewa. Anaknya itu sangat cantik, dengan mata sebiru laut dan pipi yang merona. Intinya, baik Audrey maupun Ibunya, keduanya telah jatuh hati pada pesona bayi mungilnya.
Omong-omong, karena Wyns harus mengurus Adara, ia sempat meminta Andrea untuk menjemput Ibu serta kakaknya. Ibunya langsung menyukai lelaki itu. Mereka seperti dua kawan lama yang dipertemukan kembali. Dan begitu Ibunya mengetahui bahwa Andrea adalah seorang koki, Ibunya bertambah kagum dan terus memuji pria itu sepanjang hari. Sekarang Andrea sedang mengambil sisa-sisa barang di bawah untuk dibawa ke atas sini.
"Kau tidak pernah menceritakan pada kami soal Andrea. Apakah kalian berdua berpacaran?" Audrey yang sedang menjelajahi dapurnya bertanya dengan nada penasaran.
Wyns yang sedang berdiri di dekat Ibunya sambil menggendong Adara terkekeh. "Tidak, Audrey. Kami hanya berteman." Jawabnya ringan.
"Tapi dari apa yang kulihat, dia sangat menyukaimu. Tidak mungkin kau tidak mengetahui itu." balas Audrey lagi.
"Oh ya? Maaf mengecewakanmu. Tapi aku tidak tahu menahu soal itu, Audrey." Wyns tertawa.
"Sepertinya dia lelaki yang baik, Wyns." Ibunya ikut-ikutan menimpali.
"Oh please, Mom..." desah Wyns sembari memutar matanya. "Aku tahu kemana arah pembicaraan Mom dan Audrey. Apapun pendapat kalian, faktanya kami hanya berteman baik."
"Tidak ada pria dan wanita yang berteman baik tanpa jatuh cinta, Wyns. Garis bawahi itu." kata Audrey.
"Well, kurasa aku tidak begitu."
"Tidak bagimu. Tapi, baginya? Siapa yang tahu?" Audrey mengarahkan dagunya ke pintu dan tepat pada saat itu, Andrea muncul dengan dua buah kardus besar menutupi wajahnya.
"Permisi..." kata Andrea, meminta Wyns dan Zacky -anak bungsu Audrey yang baru berusia dua setengah tahun untuk menyingkir dari tempat mereka berdiri.
"Letakkan disitu, Andre. Biar aku yang mengurusnya nanti."
Wyns mengangkat alis, terkejut saat mendengar Ibunya memangkas nama indah 'Andrea' menjadi 'Andre' dan pria itu sendiri tampak tidak mempermasalahkannya. Mereka berdua --Ibunya dan Andrea, sudah terlibat lagi dengan percakapan seru mereka, mengabaikan Wyns yang memandang bingung.
Audrey yang sudah duduk di sofa di ruang duduk mengulum senyum. Sepertinya Ibu mereka sedang mencoba mengakrabkan diri dan itu artinya ia memberi dukungan penuh untuk Wyns dan Andrea.
"Kau tidak pergi bekerja?" tanya Wyns pada Andrea.
Andrea mengalihkan pandangannya dari Mrs. Allard ke arah Wyns, lalu menjawab singkat, "sebentar lagi." Lalu sudah kembali mengobrol lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ange Déchu | Book 01
ChickLitWynstelle Allard baru saja pindah dari Brooklyn ke Savannah untuk melarikan diri setelah menjadi selingkuhan tunangan atasannya. Ia tinggal di sebuah apartemen dan bersahabat dengan 4 penghuni lain; Yuuki si penggila pesta, Miranda dan Elliot; pasan...