Extra Part (end)

8.9K 337 35
                                    

"Dokter Raiden!"

Seorang wanita dalam seragam perawat memanggil Raiden dengan raut wajah ceria. Usia perempuan itu masih terlalu muda, mungkin lebih muda dari Irene. Wanita itu berjalan dengan langkah riang membawa rekam medis pasien di tangannya.

"Apakah kau sudah makan siang?" Tanyanya dengan aksen Skotlandia yang sudah samar-samar.

Raiden tersenyum. "Belum. Aku baru hendak turun ke kafetaria. Mau pergi bersama?"

Gadis muda itu mengangguk, membuat rambut pirangnya yang dikucir kuda bergerak-gerak. Ia segera mengambil posisi di sebelah Raiden, menggandeng lengan pria itu yang hanya tersenyum.

Mereka berhenti di kafetaria.

"Kau mau pesan apa, Prim, um, Sunny?" Tanya Raiden.

Tanpa banyak berpikir, Sunny menjawab, "sandwich tuna dan soda." Lalu tersenyum sangat lebar.

"Kau yakin kau mau makan sandwich? Bukankah katanya kau..."

Sunny menggerakkan telunjuknya di depan hidung Raiden. "Sudah tidak masalah bagiku. Aku bisa makan apapun sekarang."

"Aku tidak akan bertanggungjawab kalau sesuatu terjadi padamu."

"Tidak akan terjadi apa-apa, boss." Sunny menjawab mantap.

Mereka duduk di kursi kosong yang paling dekat dengan jendela. Pemandangan di bawah tidak terlalu menyenangkan. Hanya taman rumah sakit yang kosong dan mengkerut karena musim dingin. Di atas --di langit-- juga sama tidak menyenangkannya. Hujan salju terus turun, menjadikan NYC semuram suasana hati seseorang.

"Bagaimana kabar Wyns? Apakah dia sudah tahu kalau kau adalah dokter penanggungjawabku sekarang?" Sunny bertanya sambil bertopang dagu.

Raiden menyesap air mineralnya. "Dia baik." Jawab Raiden. "Tapi, yah, aku belum memberitahunya apapun. Mungkin setelah suasana hatinya membaik."

Sunny mengangguk. "Ibu hamil memang begitu. Biarkan saja dia." Katanya sambil membetulkan letak sandwichnya. Ia mengambil gigitan besar dan mengunyahnya pelan-pelan.

"Kau harus hati-hati saat memakannya. Perutmu mungkin belum terbiasa." Raiden berkata dengan cemas setelah memperhatikan remaja di depannya itu makan.

"Sudah kubilang, tenang saja. Secara harfiah, perut ini bukan perutku yang dulu. Jadi tidak akan jadi masalah." Sunny mengusap perutnya dengan wajah sumringah.

"Ya, ya, aku tahu. Semuanya yang ada di tubuhmu adalah milik Primrose Allard. Tapi jiwamu..." Raiden berhenti untuk menepuk bahu Sunny. "Jiwamu masih sepenuhnya Sunny Summers. Pertahankan itu."

Raiden tersenyum lalu menggigit sandwich-nya sendiri.

Untuk sesaat Sunny terdiam. Kemudian ia tersenyum sambil mencondongkan tubuhnya. "Hey, bukankah ini familiar?"

Raiden mengangkat pandangannya untuk melihat Sunny lalu mengernyit. "Apanya?"

"Bermain rahasia-rahasiaan seperti ini. Aku dengar dari Bibi Audrey, katanya kau pernah membuat kejutan besar untuk Wynstelle. Kau berpura-pura sakit dan merahasiakan keberadaanmu." Mata Sunny menyiratkan kejenakaan saat berbicara. Itu membuat Raiden tidak tahan untuk tidak tersenyum.

"Aku tidak pernah berencana untuk pura-pura sakit. Itu ide gila Dave. Kau kenal dia, bukan? Kau perlu tahu, sebenarnya aku tinggal di Rumah Sakit waktu itu karena aku terlibat proyek penelitian dengan beberapa profesor disini. Aku dibebastugaskan untuk fokus pada penelitian itu. Orang-orang di Rumah Sakit Universitas ini sangat menyenangkan. Jadi setelah penelitian itu selesai, aku memutuskan untuk pindah kesini." Cerita Raiden.

Ange Déchu | Book 01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang