"Kami pulaaang." Seru Irene dan Adara bersamaan ketika mereka tiba di depan pintu. Dave sedang bersama Miranda dan Elliot, menikmati nasi goreng kimchi di meja dapur Wyns sambil membicarakan sesuatu. Mereka berhenti berdiskusi untuk membalas seruan Irene.
"Darimana kalian?" Tanya Dave.
"Kami ke taman. Ada food truck yang menjual es krim rasa teh hijau super enak disana." Jawab Irene. Ia duduk di sebelah Dave sementara Adara duduk di pangkuan Elliot.
"Lihat, es krimnya menempel di pipimu." Kata Dave lalu mengusap noda es krim di pipi Irene itu dengan ibu jarinya.
"Kimchi siapa yang kalian pakai ini?" Tanya Irene sambil menggiring sesendok penuh nasi goreng kimchi ke mulutnya.
"Wyns." Jawab Miranda enteng.
"Dia bisa membunuh kita kalau ketahuan." Gumam Irene.
Miranda menggeleng. "Tidak akan. Dia sedang bersenang-senang sekarang."
Irene melebarkan mata. "Oh, ya?"
Ketiga orang lainnya mengangguk.
"Pokoknya aku tidak bertanggung jawab atas ini semua. Kuserahkan pada kalian. Aku tidak mau ikut campur." Ujar Irene lalu turun dari kursi, menggandeng Adara ke kamar untuk menemaninya tidur siang.
"Kurasa aku juga harus pergi. Aku ada jadwal mengajar hari ini." Kata Dave sambil melirik arlojinya.
"Kau 'kan sudah kaya, kenapa harus bekerja di universitas itu lagi, sih?" Tanya Elliot.
Miranda terkikik. "Kurasa alasannya karena dia ingin melihat gadis-gadis cantik setiap hari."
Dave mendesis. "Jangan sampai Irene mendengarnya, teman-teman. Aku bisa celaka."
Elliot dan Miranda kompak tertawa. Dave lalu berpamitan, menghampiri Irene untuk mengecupnya kemudian keluar dari sana. Ia menutup pintu apartemen Wyns dengan tergesa-gesa. Tas jinjingnya hampir tersangkut karenanya. Ia mengusap-usap tas itu dengan sayang lalu hampir melonjak saking kagetnya melihat Andrea turun dari lantai atas tanpa bersuara dan kini berada beberapa langkah saja darinya.
"Mau kemana, Dave?" Tanya Andrea. Pria itu menimbang-nimbang ponsel di tangannya dengan resah.
Dave tahu itu hanya pertanyaan basa-basi saja. Jadi, Dave menjawab seadanya. "Mengajar. Kau... mau kemana?" Dave balik bertanya. Dilihat dari penampilannya, sepertinya Andrea akan pergi ke suatu tempat. Pria itu tampak sangat bugar meskipun wajahnya tidak ceria. Ia terlihat sedikit formal dengan celana kain yang licin dan rapi serta sweater tipis warna krem pucat yang lengannya sudah disisihkan hingga ke siku.
Andrea mungkin sedikit tidak siap dengan pertanyaan yang Dave lontarkan. Ia menggumam agak panjang sebelum akhirnya menemukan kata-katanya. "Aku akan ke suatu tempat. Menemui beberapa teman." Balasnya dengan senyum yang dipaksakan.
Dave mengangguk, memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh.
"Kalau begitu, aku pergi dulu, kawan. Sampai jumpa." Kata Dave sambil sedikit mengangkat sebelah tangannya sebagai tanda perpisahan.
Andrea tampak semakin gusar, seolah ada sesuatu yang ingin ia katakan pada Dave tapi sesuatu yang lain mencegahnya. Dave tidak bisa menunggu pria itu berargumen dengan pikirannya sendiri, jadi Dave tetap berjalan --meski sangat lamban-- sampai akhirnya Andrea menemukan keberanian untuk memanggilnya.
"Umm, Dave!"
Dave berbalik secepat kilat. "Ya?"
Andrea menelan ludah dengan susah payah. Mimik wajahnya menampakkan rasa gugup yang kental dengan gestur tubuhnya yang terlihat tidak nyaman. Oh ayolah, tidak biasanya Andrea bertingkah seperti itu, seperti orang asing yang lidahnya terlalu kelu untuk mengucapkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ange Déchu | Book 01
Chick-LitWynstelle Allard baru saja pindah dari Brooklyn ke Savannah untuk melarikan diri setelah menjadi selingkuhan tunangan atasannya. Ia tinggal di sebuah apartemen dan bersahabat dengan 4 penghuni lain; Yuuki si penggila pesta, Miranda dan Elliot; pasan...